28.2 C
Jakarta

Islam Yes! Partai Islam No!: Sebuah Penegasan Utuh yang Terus Diterima Hingga Hari ini

Artikel Trending

KhazanahTelaahIslam Yes! Partai Islam No!: Sebuah Penegasan Utuh yang Terus Diterima Hingga...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Nur Cholis Madjid, salah satu cendekiawan muslim yang dikenal dengan pemikir Islam salah satu penegasan yang amat terkenal yakni “Islam Yes! Partai Islam No!. ungkapan ini tidak serta sebagai eksistensialis belaka. Lebih dari itu, kalimat diatas justru sebuah penegasan yang utuh lahir dari keresahan masyarakat pada era 70-an dalam menanggapi gejolak politik yang lahir dari kelompok-kelompok Islam.

Apa yang digagas oleh Nur Cholis Madjid, tidak lain adalah sebuah visi yang amat nyata melihat kondisi sosial masyarakat Indonesia pada waktu itu dengan berbagai pergolakan pemikiran, keresahan yang dialami oleh umat beragama. Hari ini pun sama! Apa yang disampaikan oleh Nur Cholis Madjid masih tetap relevan dengan melihat sekelumit permasalahan yang muncul.

Islam liberal dengan segala penolakan yang amat panjang

Dalam tulisan sebelumnya, saya menyampaikan bahwa salah satu pemikiran Islam yang berkembang adalah Islam liberal. Lagi-lagi, penulis menyampaikan bahwa tulisan sederhana ini tidak bisa menjawab sepenuhnya wacana yang memerlukan penjabaran amat panjang.

Kehadiran Islam liberal disatu sisi menjadi angin segar sebagai sebuah jawaban dari para kelompok-kelompok yang keukeuh dengan pendirian negara Islam di Indonesia. Nur Cholias Madjid merupakan salah satu tokoh yang menolak keras tentang pendirian negara Islam. Baginya, apa yang digagas, kemudian kita kenal Islam liberal adalah kritik atas kejumudan yang ada pada diri masyarakat dalam melihat agama, selanjutnya disebut “fiqihisme”

Meskipun demikian, penolakan atas kritikan yang disampaikan oleh Nur Cholis Madjid tersebut bukan main!

Pentingnya pembaharuan Islam

Pembaharuan Islam sebagaimana yang disampaikan oleh Nur Cholis Madjid dalam berbagai tulisannya, mampu memberikan pemahaman kita sebagai umat Islam dalam menjalankan relasi beragama dan bernegara. Menjadi Islam tidak serta merta kemudian mengislamkan negara Indonesia dengan mendirikan negara Islam. Artinya, kita tetap bisa berislam dengan tanpa bersikeras untuk mendirikan negara Islam di Indonesia.

Jika lihat hari ini, peleburan ekspresi beragama Islam disatukan dengan optimisme dalam mendirikan negara Islam di Indonesia. apa yang terjadi hari ini sangat jelas menggambarkan Islam sebagai agama yang kaku, tidak melihat keadilan, dan kondisi sosial yang ada di Indonesia.

Benar adanya bahwa apa yang disampaikan oleh Cak Nur, bahwa:

BACA JUGA  Kawal Pasca Pemilu: Hidupkan Persatuan, Hentikan Perpecahan!

“Kemenangan Islam merupakan kemenangan ide-ide keadilan, kesamaan, kebenaran dan lainnya yang menerangi semua umat manusia, dan Islam dapat menyesuaikan dunia modern ini, asalkan umat Islam mampu memahami agama mereka dengan sungguh-sungguh, maka Islam akan menjadi agama yang paling relevan dengan tingkat pemikiran mutakhir manusia”.

Kalimat diatas, menunjukkan bahwa Islam adalah agama modern yang mampu membawa umatnya dalam tingkat komodern-an yang nyata. Sehingga apa yang diperjuangkan oleh para pendukung pendirian negara Islam tidaklah menuju masa depan yang maju, akan tetapi sebaliknya. Sebab mereka dininabobok-an dengan masa silam. Cak Nur dalam kalimat diatas juga bisa dilihat bahwa ia sedang melakukan upaya untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama rahmatal lil ‘alamin, yakni rahmat bagi seluruh alam, tidak pada satu golongan, satu kaum, ataupun menindas kaum lainnya.

Label Islam, khususnya dalam gejolak politik yang dibawa oleh partai-partai Islam yang membawa label Islam dalam setiap gerakan yang dilakukan, perlu kita tolak secara tegas ketika dihadapkan dengan kenyataan bahwa mereka mendukung pendirian negara Islam. Tidak hanya partai Islam, kelompok apapun yang mendukung pendirian negara Islam dengan alasan bahwa upaya tersebut merupakan salah satu ucara untuk menunjukkan keberislaman dengan misi dakwah yang disampaikan oleh Rosulullah Saw, perlu kita tolak secara tegas.

Hari ini, kita masih berperang melawan itu, kelompok-kelompok ini tidaklah dalam misi berdakwah, akan tetapi misi merebut kekuasaan yang membawa senjata Islam sebagai alat untuk kepentingan kelompoknya.

Yang dimaksud oleh penulis tidak lain adalah kehadiran laskar jihad, front pembela Islam (almarhum), HTI (almarhum), Ikhwanul Muslimin Indonesia dan sejenisnya. Ghirah perjuangan yang diberikan meskipun sudah berhasil dikalahkan dengan upaya pembunuhan oleh pemerintah, tetap saja! Eksistensi mereka hari ini tidak bisa dibendung dan semakin gencar berjuang.

Pembaharuan Islam begitu penting untuk melihat berbagai perkembangan sosial bergelut dengan wacana-wacana agama. Sebab hal itu tidak akan pernah selesai. Yang jelas, mari sepakat untuk terus menentang orang-orang yang gencar mendirikan negara Islam. Wallahu a’lam

Tulisan ini merupakan hasil pemahaman dari pelatihan yang diadakan oleh Sister in Islam (SiS), dengan peserta berasal dari Indonesia, Malaysia dan Singapura, bertemakan “Pembaharuan, Konservatisme, dan Masa Depan Gerakan Islam di Nusantara

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru