29.7 C
Jakarta

HTI: Dimusnahkan Pemerintah, Dihidupkan oleh Ambisi Khilafah

Artikel Trending

KhazanahTelaahHTI: Dimusnahkan Pemerintah, Dihidupkan oleh Ambisi Khilafah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com-Barangkali menjadi sebuah fakta umum bahwa, HTI masih hidup sampai sekarang. 2017 silam, di mana ketika pemerintah melarang organisasi ini secara kelembagaan untuk melakukan aktivitas yang semula dilaksanakan secara bebas, dimusnahkan oleh pemerintah. Mereka tidak bisa bergerak lagi atas nama HTI. Akan tetapi, apakah pasca itu HTI mati? Tidak. Mereka lebih buas daripada singa. Di kampus, masjid, masyarakat bahkan media sosial, aktivis khilafah memiliki otoritas keagamaan yang dipercaya di lingkungannya.

Di media sosial, misalnya. Melalui media online, propaganda yang dilakukan oleh para aktivis khilafah untuk mencemarkan nama baik pemerintah, mengkritik fenomena sosial karena dianggap bertentangan dengan syariat Islam terus menyebar. Beberapa waktu lalu, saya dibuat tercengang ketika Muslimahnews.net ketika mengkritik tulisan yang diterbitkan oleh Harakatuna.com yang membahas tentang khilafah yang diterapkan di Afghanistan oleh Taliban.

Menurut para aktivis khilafah, tulisan tersebut merupakan mispersepsi karena tidak sesuai dengan fakta yang ada. Padahal, kita disuguhkan kenyataan di Afghanistan, penerapan khilafah yang dipimpin oleh Taliban, dengan atas nama Islam, ternyata tidak menciptakan kesejahteraan. Justru sebaliknya. Gagasan besar yang dibawa oleh HTI dan Taliban sama, yakni mendirikan negara Islam.

Dalam konteks ini saya memahami bahwa, gerakan yang dilakukan oleh para aktivis khilafah adalah gerakan propaganda untuk merebut kepercayaan. Di lembaga sosial, aktivis khilafah melakukan gerakan yang memberikan kontribusi kepada masyarakat. Mereka merebut peran pemerintah yang tidak hadir dalam memberikan kesejahteraan, kemakmuran. Sehingga kedatangan mereka untuk membantu masyarakat bak oase di tengah gurun pasir. Padahal di balik kebaikan yang disajikan oleh lembaga sosial jebolah HTI, ada misi besar di balik itu, yakni membangkitkan khilafah.

Berjuang secara Ekstra Parlementer

HTI selama ini berjuang dalam gerakan berbasis ekstra parlementer. Upaya ini bisa menjadi ruh yang baru dalam mendukung proses demokratisasi. Munculnya gerakan ekstra parlementer ini menjadi salah satu upaya yang diusung karena aktivitas pilitik konvensional dipandang tidak berhasil menjadi satu-satunya domain yang cukup dalam merangkul keprihatian dan kepentingan masyarakat.

BACA JUGA  Politik Identitas dan Politik Dinasti: Dua Isu Besar dalam Pemilu 2024

Makanya tidak heran, ketika para aktivis khilafah lebih melakukan gerakan sosial, bergerak untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, kemudian menyusupkan ideologi khilafah di dalamnya. Sebab gerakan itu yang dirasa berpengaruh cukup kuat untuk menciptakan perubahan dari visi besar yang dimilikinya.

Konsep pemerintahan Islam yang diperjuangkan oleh aktivis khilafah, dengan gerakan yang berbasis ekstra parlementer, diwujudkan melalui seminar dialog, diskusi, tabligh akbar, demonstrasi dan rapat-rapat umum. Gerakan ini menyeluruh ke seluruh lapisan masyarakat bahkan seluruh belahan dunia. Para aktivis khilafah dalam gerakannya juga memprioritaskan pembinaah jama’ah. Upaya ini menjadi kekuatan politik untuk memperjuangkan cita-cita politiknya.

Merebut masjid, pengajian, dan aktivitas dakwah, merupakan upaya yang sangat ciamik untuk mengambil suara masyarakat. Pemikiran Islam yang dibawa oleh HTI, diharapkan mampu mengubah perasaan umat agar mereka mencintai apapun yang dicintai oleh Allah Swt dan membenci segala yang dibenci oleh Allah Swt. Para aktivis khilafah berjuang untuk mewujudkan pola interaksi yang Islami di tengah masyarakat. Kehadiran mereka kemudian menjadi representasi umat Islam dalam perjuangan penerapan syariah Islam.

Sampai disini kita memahami bahwa, menjadi sangat wajar segala bentuk propaganda yang dilakukan oleh aktivis khilafah dalam rangka, merebut otoritas, mencuri suara masyarakat untuk berlomba-lomba tampil paling Islam, menegakkan Islam di negara Indonesia karena merasa pemerintah tidak menjamin kesejahteraan bagi rakyatnya. Gagasan ini akan diterima oleh masyarakat karena kekecewaan kepada sistem, dan akan terus mendapatkan legitimasi dari masyarakat.

HTI bukanlah organisasi thariqat, atau organisasi keagamaan yang mengusung pola dan gerakan Islam untuk mewujudkan saleh secara spiritual dan sosial. HTI tidak lebih dari sekedar gerakan politik yang mengusung visi besar untuk merubah Indonesia. Hari ini mereka melakukan propaganda. Katanya untuk memusnahkan keburukan dan menjadikan masyarakat Islami. Padahal, mereka hanya ingin Indonesia menjadi negara khilafah. Kita tidak ingin menjadikan negara Indonesia seperti negara Afghanistan, hancur direbut oleh para preman yang mengatasnamakan Islam. Meskipun mereka dimusnahkan oleh pemerintah, akan tetapi gerakan mereka tetap hidup. Dihidupkan oleh ambisi menegakkan negara Islam. Wallahu a’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru