33.3 C
Jakarta

Dinamika Feminisme

Artikel Trending

KhazanahPerempuanDinamika Feminisme
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Menjadi ideologi jika suatu kata tertentu diakhiri dengan “isme”. Menyoal suatu ideologi erat kaitannya dengan paham yang jumlahnya tak karuan banyak. Pluralisme pun yang bertebaran dipandang negatif, taruh kata Marxisme. Padahal secara sederhana Marxisme ingin memerjuangkan hak-hak masyarakat kecil dalam ranah ekonomi, sosial dan politik, dalam bahasa lain, Marxisme memerjuangkan keadilan.

Dinamika serupa juga dialami oleh feminisme. Isme yang muncul cenderung belakangan ini mendapat banyak kecaman dan pandangan negatif dari masyarakat. Oleh sebagian kelompok, feminisme dianggap sebagai kelompok pemarah karena mempertanyakan dan menggugat pelbagai persoalan (Arivia, 2006). Parahnya, feminisme didaku melawan kodrat iIahi dengan menempatkan perempuan berjejeran dengan laki-laki.

Feminisme adalah gerakan sosial yang telah mengalami evolusi sepanjang berabad-abad terakhir. Namun istilah tersebut baru muncul sekitar abad ke-18 M oleh Charles Fourier yang merujuk pada gerakan sosial-politik yang mengadvokasi kesetaraan gender.

Namun, hingga kini, banyak yang berpikir bahwa feminisme hanya tentang teori-teori kompleks yang sulit dipahami, tetapi sebenarnya, feminisme jauh lebih dari sekadar kerangka teoritis. Ini adalah gerakan yang melibatkan sejumlah perubahan dalam tindakan, pemikiran, dan sikap masyarakat terhadap gender.

Pelbagai peradaban memiliki dinamika yang beragam terhadap persoalan perempuan. Arab pra Islam memandang perempuan sangatlah rendah, mereka dianggap aib dan wajib dibunuh (Syukur, 2011).

Tak hanya Arab, Yunani Kuno pun yang didaku sebagai peradaban yang adiluhung juga memandang perempuan sebagai barang komoditi yang bebas diperlakukan oleh laki-laki (Saeed, 1994).

Maka dari itu, perjuangan feminsime benar-benar secara masif dan komprehensif dengan sungguh-sungguh dilakukan, bagaimana tidak, seperti contoh di atas, Yunani Kuno yang menjadi pusat ilmu pengetahuan memberlakukan perempuan secara demikian rendahnya.

Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa feminisme adalah gerakan yang dinamis. Ini tidak statis, melainkan terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Salah satu contoh utama kecairan ini adalah pergeseran fokus dalam feminisme sepanjang waktu.

Awalnya, gerakan feminisme pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 lebih berkonsentrasi pada hak-hak politik seperti hak pilih dan hak milik. Namun, seiring berjalannya waktu, fokus ini mulai meluas untuk mencakup hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya wanita.

Selain itu, feminisme juga mengalami perubahan dan dinamika dalam pendekatan dan strategi yang digunakan. Ada berbagai aliran feminisme, seperti feminisme liberal, feminisme radikal, dan feminisme Marxisme dan masih banyak lagi. Aliran-aliran ini memiliki perspektif dan metode yang berbeda dalam memperjuangkan kesetaraan gender.

BACA JUGA  Mengapa Orang Bisa Patriarkis Tanpa Mengakuinya?

Sebab persoalan feminisme tidak hanya terletak dalam teks namun juga pada konteks dimana teks itu dikembangkan (Moghissi, 2005).  Ini menciptakan kecairan dalam gerakan, dengan beragam pendekatan yang muncul untuk mengatasi tantangan yang berbeda dalam masyarakat.

Feminisme adalah gerakan yang mencakup beragam perspektif, dan seringkali ada perbedaan pendapat tentang isu-isu kunci seperti seks, seksualitas, prostitusi, dan transgender dan lainnya. Ini menciptakan dinamika internal yang menantang, tetapi juga menggambarkan kecairan dalam berpikir yang diperlukan untuk mengatasi kerumitan isu-isu tersebut.

Secara lebih lanjut, feminisme juga merespon pelbagai tantangan modern seperti krisis lingkungan, agama, rasialisme, ekonomi dan lain sebagainya. Gerakan seperti ini memang perlu diupayakan mengingat persoalan yang begitu kompleks tidak akan selesai jika hanya dibahas oleh kaum laki-laki saja.

Toh, kaum laki-laki dapat menjawab persoalan tersebut tetap saja akan menghasilkan kesimpulan yang bias gender dimana kedirian dan perspektif perempuan absen.

Tantangan utama yang dihadapi feminisme adalah bagaimana menemukan keseimbangan antara keberagaman pendapat dan menyatukan daya untuk mencapai tujuan kesetaraan gender. Ini memerlukan dialog terbuka, penghargaan terhadap perbedaan, dan komitmen untuk mencapai kesepakatan bersama.

Dinamika feminisme menjadi salah satu kekuatannya. Kemampuannya untuk beradaptasi dengan perubahan, mengatasi perbedaan, dan membangun solidaritas global adalah sumber kekuatan yang akan membantu gerakan ini terus berjuang untuk kesetaraan gender.

Dinamika dalam feminisme adalah cerminan dari evolusi gerakan ini dalam menghadapi perubahan sosial, budaya, dan politik. Feminisme bukanlah konsep statis, adalah gerakan yang terus berkembang untuk mencerminkan isu-isu dan tantangan yang relevan dalam masyarakat modern.

Dengan berbagai pendekatan, perbedaan pendapat, dan perubahan fokus, feminisme tetap menjadi kekuatan penting dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan membangun dunia yang lebih adil bagi semua orang, tanpa memandang jenis kelamin mereka.

Oleh karena itu, penting untuk terus mendukung dan berpartisipasi dalam dialog feminis untuk memastikan bahwa gerakan ini tetap relevan dan efektif dalam mencapai tujuannya.

Satrio Dwi Haryono
Satrio Dwi Haryono
Pegiat Komunitas Dianoia. Minat pada kajian kefilsafatan, keislaman, dan kebudayaan.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru