Harakatuna.com. Jakarta – Perselisihan jual beli mobil di Jakarta Barat yang sempat memanas sisakan jejak radikalisme. Pada Rabu, 29 Januari 2020, Polisi menyita 20 senjata. Senjata api ilegal ini disita dari enam tersangka: JR, AK, GTB, WK, MH, dan AST.
Sementara itu, empat pistol ilegal disita dari tersangka WA alias AG. Ia merupakan pencuri toko emas di Pasar Pecah Kulit, Taman Sari, Jakarta Barat, Jumat, 28 Februari 2020.
Empat dari 24 senjata api itu berjenis laras panjang. Adrianus menilai senjata ini sangat berbahaya jika berada di tangan orang yang salah. Dia tak memungkiri kepemilikan senjata api itu bertujuan melakukan pembunuhan berencana.
“Kalau untuk senpi laras pendek bisa dikatakan ini untuk gaya hidup. Kalau senjata laras panjang dengan teleskop yang presisi seperti ini, kira-kira gaya hidup apa ya? Tentu kita bisa berpikir apa ini dibeli dengan tujuan serius? Pembunuhan terhadap pelaku politik misalnya kalau kita lihat situasi di suatu negara,” ujar Adrianus.
Kriminolog UI Tanggapi Penyitaan 24 Senjata Api Ilegal
Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala meminta polisi memburu pemasok senjata api (senpi) ilegal kepada para kriminal. Korps Bhayangkara harus memutus mata rantai peredaran senjata mematikan itu.
“Pengusutan jangan berhenti di pembeli saja, tapi juga ke pemasok,” kata Adrianus di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu, 18 Maret 2020. Anggota Ombudsman itu menilai keberadaan senjata api ini berbahaya. Kepemilikan senjata api tanpa izin bisa mengancam nyawa seseorang.
“Kalau kita punya senjata ilegal bisa dipakai untuk perampokan, terorisme, pembunuhan. Artinya yang dianggap senpi ilegal harus didalami lebih serius,” ungkap dia.
Adrianus menduga pemasok senjata api ilegal ini memiliki jaringan. Pasalnya, bisnis jual beli senjata api dianggap menguntungkan. “Senpi ini adalah satu dari lima di dunia yang menghasilkan provit terbesar selain narkotika dan perdagangan orang,” imbuh dia.
Di sisi lain, Adrianus mengatakan senjata api ilegal laras pendek juga tak kalah mengkhawatirkan. Pemiliknya dapat tak segan-segan menodong masyarakat.
“Kita lihat beberapa waktu lalu ada pemukulan di Kemang, ada insiden di jalan dia keluarkan senpinya. Ini harus hati-hati, ada perilaku berubah ketika orang punya senpi,” jelas Adrianus.