27.3 C
Jakarta

MUI Tangsel Sosialisasi Islam Wasathiyah Sebagai Perekat Bangsa

Artikel Trending

AkhbarDaerahMUI Tangsel Sosialisasi Islam Wasathiyah Sebagai Perekat Bangsa
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Tangsel – Berwawasan wasathiyah berarti berwawasan moderat, tidak cenderung ke kanan atau ke kiri, apalagi ekstrem kanan atau ekstrem kiri. Khotib atau Dai harus berceramah dengan perkataan yang benar, bukan dengan kasar atau keras. Tidak dibenarkan melawan kemungkaran dengan kemungkaran yang lain.

Demikian disampaikan Ketua Umum MUI Tangsel, KH. Saidih, pada kegiatan “Sosialisasi Islam Wasathiyah Sebagai Perekat Bangsa”, Sabtu (26/08/2023) bertempat di aula gedung Kelembagaan Kota Tangsel, Jalan Siliwangi No 2, Pamulang.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Tangsel tersebut dibuka oleh Asda 1 Pemkot Tangsel, Dadang Raharja, dengan mengundang 50 peserta perwakilan dari MUI Kecamatan, Fatayat, NU, Muhammadiyah, penyuluh Kemenag, dan lainnya.

Lebih lanjut Ketua Umum MUI Tangsel mengatakan khalotib yang berwawasan wasathiyah harus mengedepankan perkataan mulia. Ia mengingatkan, jangan sampai ceramah seorang khotib memicu kegaduhan, misalnya saling ejek, baik di kalangan internal umat Islam maupun kepada umat lain.

“Perkataan seorang khotib harus mengandung hikmah dan pengaruh positif kepada objek dakwah. Momen khutbah harus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan agama umat Islam, meningkatkan spiritualitas dan membangun kedekatan dengan Allah SWT,” ujarnya.

Ketua panitia sekaligus Ketua Komisi Dakwah, KH. Ahmad Sofyan Mastas, menjelaskan peserta kegiatan tersebut berasal dari lintas ormas keagamaan, dari NU dan Muhammadiyah, para penyuluh Kemenag dan para da’i dan para tokoh. Mereka setiap hari bersentuhan dengan umat.

“Tujuan kegiatan ini menjelaskan bahwa Islam moderat tidak cukup kepada para mubaligh tetapi juga kepada kaum milenial, memberikan penjelasan tentang bagaimana takfiri dan aksi radikalisme yang menggunakan simbol agama bahwa kekerasan sering terjadi mengatasnamakan agama,” ujarnya.

Mensosialisasikan Islam menjadi rahmatan lil’alamin, sambungnya, tentunya akan menghasilkan khairul ummah. Jika Islam sebagai bangunan, pintunya rahmatan lil’alamin dan pintu keluarnya adalah khairul ummah.

“Sehingga bisa saling mengayomi dan ujungnya akan terwujud kerukunan umat beragama dan cinta Islam rahmatan lilalamin. Kami mengucapkan terima kasih kepada para narasumber dan peserta,” ungkapnya.

BACA JUGA  Berkat Hari Suci Agama, Dua Puluh Warga Binaan Hindu di Jatim Peroleh Remisi Nyepi

Wakil Ketua Bidang Dakwah, KH. Cholisuddin Yusa, mengatakan MUI memiliki fungsi pelayanan kepada masyarakat. Dan Islam Wasathiyah adalah yang harus dikedepankan. Namun tidak hanya Wasathiyah, tapi harus diimbangi dengan himmah sebagai payung bagi semua.

“Satu sisi MUI menjadi partner aktif bagi pemerintah dalam membangun Indonesia, maka harus saling mendukung. Sehingga MUI menjadi garda terdepan. Pola dakwah yang tawasut harus jadi rujukan, dan bukan hanya itu tapi harus saling toleran,” pesannya.

“Konsepnya adalah tidak boleh memihak kepada siapapun. Jika ada masalah harus duduk bersama. Dan ini menjadi modal untuk menjadi lebih baik,” sambung ulama bersuara lembut itu.

Asda I Pemkot Tangsel, Dadang Raharja, menyampaikan Pemkot Tangsel menyambut baik adanya sosialisasi Islam Wasathiyah sebagai perekat antar umat Islam dan antar umat.

“Kami berharap kegiatan ini terus dilakukan karena kebersamaan antar kita dan umat. Bahkan antar kita saja sering terjadi gesekan. Apalagi dengan umat lain. Jika itu dipersoalkan tidak akan selesai. Maka ada moderasi beragama, pengakuan kebenaran agama masing-masing bukan mengakui kebenaran semua agama,” katanya.

Pada kesempatan tersebut, ia juga menyampaikan dalam waktu tidak terlalu lama Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi pada 14 Februari 2024 dan sudah dirasakan memanas.

“Kami percaya Tangsel bisa meredam karena Tangsel daerah yang aman, nyaman, dan damai. Kita tidak boleh terpancing dengan informasi hoax. Mudah-mudahan di Tangsel bisa ditekan dan minimalisir. Maka acara sosialisasi Islam wasathiyah ini bisa menuju Indonesia yang damai,” pesannya .

Bertindak sebagai Narasumber pertama, Drs. H. Djedjen Zainuddin, M.Pd., dengan tema “Konsep Islam Wasathiyah Dalam Membina Ukhuwah Islamiyah.” Dan Narasumber kedua, Dr. H. Hasani Ahmad Said, dengan tema “Dakwah Wasathiyah Islam : Islam Wasathiyah Dalam Konteks Hubungan Antar Umat Beragama dan Komponen Bangsa.”

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru