27.3 C
Jakarta

Mantan Napiter Ini Beberkan 5 Ciri Orang Terpapar Radikalisme

Artikel Trending

AkhbarNasionalMantan Napiter Ini Beberkan 5 Ciri Orang Terpapar Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatun.com. Jakarta – Mantan Narapidana Terorisme (napiter) Umar alias Abu Hafsah membeberkan 5 ciri-ciri orang yang telah terpapar paham radikalisme di Indonesia.

Hal ini dia sampaikan dalam kegiatan silaturrahmi dan dialog kebangsaan bersama Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam (FKPAI) se-Jabodetabek, Kamis 9 Desember 2021.

“Ada beberapa cori orang yang sudah terpapar paham radikal. Di antaranya seperti tertutup (eksklusif) dalam beragama, menganggap Indonesia thogut, tidak mau upacara bendera, menganggap kafir bagi da’i yang berseberangan dengan kelompok mereka, dan merasa paling benar sendiri,” kata pria itu.

Dia menyebut di antara ciri-ciri itu, doktrin lain yang sangat kuat adalah perintah membunuh siapapun yang tidak sepaham dan utamanya aparat pemerintahan dengan cara apapun.

Sehingga, pihaknya mengajak kepada para penyuluh agama di Indonesia untuk mewaspadai setiap gerakan agama yang mencurigakan.

Senada dengan Umar, Ustadz Rikal Dikri yang turut menjadi narasumber kegiatan itu mengatakan, bahwa doktrin jihad yang digaungkan oleh kelompok radikal adalah memecah-belah umat Islam.

“Jihad yang sesungguhnya adalah mengupayakan perdamaian, bukan memecah belah dan melakukan tindakan teror,” ucap Rikal.

Dirinya mengisahkan, Nabi Muhammad SAW pada zaman dahulu tidak ingin mendirikan negara hanya untuk satu golongan saja, akan tetapi mendirikan negara atas kesepakatan yang terdiri dari berbagai agama.

BACA JUGA  Begini Penjelasan BNPT dan LPSK terkait Mekanisme Kompensasi bagi Korban Tindak Pidana Terorisme

“Dalam konteks Indonesia, Pancasila adalah Piagam Madinah atau kesepakatan. Sehingga Indonesia menjadi titik temu beragam perbedaan, karena membela negara juga bagian dari membela agama,” lanjut Rikal.

Dalam kegiatan yang diikuti oleh 90 peserta tersebut, turut hadir Kasubdit Kontra Radikal Densus 88 Antiteror Polri, Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Selatan, Kasi Bimas Islam Jakarta Selatan, Staff Depag Jakarta Selatan dan Para Penyuluh Agama Harian (PAH) PNS/Non PNS se-Jabodetabek.

Dalam pemaparannya, Kasubdit Kontra Radikal Densus 88 Antiteror Polri AKBP Moh Dofir menyampaikan pentingnya melaksanakan Assesment terhadap para penyuluh agama seperti mengoptimalkan fungsi pengawasan dan penindakan terhadap pondok pesantren (ponpes) yang tidak berizin, melaksanakan pengawasan kepada para penggalang dana yang berkedok yayasan atau lembaga amal yang berafiliasi dengan jaringan radikal.

Lanjutnya, pentingnya pemetaan terhadap penyuluh agama, pembinaan kepada para khatib Jum’at wilayah Jakarta serta mengedepankan tokoh-tokoh moderat supaya dapat menjaga harmonisasi di lingkungan masyarakat.

“Pemetaan terhadap penyuluh agama dan khatib Jumat ini sangat penting karena dapat mendeteksi dini penyebaran paham radikalisme,” ujarnya.

Ia menekankan supaya jangan sampai kecolongan. Sebab menurut dia jika penyuluh agama dan khatib terpapar radikalisme, bisa berakibat bahaya karena dapat berpengaruh langsung terhadap masyarakat.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru