33.2 C
Jakarta
Array

Ketika Rasulullah Saw Menghentikan Goncangan Gempa

Artikel Trending

Ketika Rasulullah Saw Menghentikan Goncangan Gempa
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ada sejumlah riwayat hadis yang menceritakan kejadian gempa pada masa Rasulullah saw. Terhitung dua kali gempa terjadi di zaman Nabi saw. Dari dua kejadian itu Nabi Besar Muhammad saw menghentikan goncangan gempa tersebut dengan ucapan dan hentakan kaki beliau saw.

Pertama riwayat yang diceritakan oleh al-Bukhari dalam kitabnya, Shahîh al-Bukhârî. Cerita itu berasal dari sahabat Anas bin Malik ra. Berikut adalah redaksi hadisnya:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ وقَالَ لِي خَلِيفَةُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَوَاءٍ وَكَهْمَسُ بْنُ المِنْهَالِ قَالاَ: حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: صَعِدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أُحُدٍ وَمَعَهُ أَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ، وَعُثْمَانُ، فَرَجَفَ بِهِمْ، فَضَرَبَهُ بِرِجْلِهِ، قَالَ: «اثْبُتْ أُحُدُ فَمَا عَلَيْكَ إِلَّا نَبِيٌّ أَوْ صِدِّيقٌ، أَوْ شَهِيدَانِ»

Suatu ketika saat Nabi Besar Muhammad saw mendaki gunung Uhud beserta beberapa sahabat di antaranya Abu Bakar al-Shiddiq, Umar bin al-Khaththab, dan Ustman bin ʻAffan. Tidak lama goncangan gempa mereka rasakan. Nabi Muhammad saw spontan menghentakkan kakinya seraya mengatakan, “Tenanglah Uhud, yang berada di atasmu hanya seorang Nabi, Shiddiq (baca: Abu Bakar al-Shiddiq), dan dua orang syahid (baca: Umar bin al-Khaththab dan Utsman bin ʻAffan).   

Dua nama terakhir disebut syahid oleh Nabi Muhammad saw merupakan sebuah prediksi jika keduanya kelak akan menjadi syahid. Dan terbukti Umar dan Utsman meninggal syahid dalam keadaan terbunuh.

Dalam jalur riwayat lain (baca: sanad) –masih dalam shahîh al-Bukhârî– yang lebih ringkas (baca: hadîts ʻâlî), ditemukan perbedaan redaksi namun tidak ditemukan perbedaan secara makna dan konteksnya. Berikut adalah redaksinya:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ قَتَادَةَ، أَنَّ أَنَسًا رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، حَدَّثَهُمْ قَالَ: صَعِدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُحُدًا وَمَعَهُ أَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ، وَعُثْمَانُ، فَرَجَفَ، وَقَالَ: «اسْكُنْ أُحُدُ – أَظُنُّهُ ضَرَبَهُ بِرِجْلِهِ -، فَلَيْسَ عَلَيْكَ إِلَّا نَبِيٌّ، وَصِدِّيقٌ، وَشَهِيدَانِ»

Kejadian kedua terjadi di gunung Tsabîr yang terletak di sekitaran kota Mekah. Dalam upaya menghentikan goncangan gempa, apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw pun sama seperti yang dilakukan oleh beliau saat gempa Uhud. Pun sama halnya dengan pelaku peristiwa tersebut juga sama. Hanya saja riwayat yang mengisahkan gempa Tsabir ini tingkat kualitas hadisnya adalah hasan. Riwayat ini disebutkan oleh al-Tirmidzi dalam kitab sunan-nya dari Tsumamah bin Hazn al-Qusyairi, seorang Tabiin yang dekat dengan Utsman bin Affan. Ia sempat mengunjungi Ustman di kediamannya sesaat sebelum terbunuh. Saat itu Ustman memberinya petuah, cerita dan nasehat. Salah satunya tentang goncangan gempa yang beliau rasakan bersama Rasulullah saw. Berikut redaksinya:

عَنْ ثُمَامَةَ بْنِ حَزْنٍ القُشَيْرِيِّ قَالَ عثمان بن عفان: أَنْشُدُكُمْ باللهِ وَالإِسْلَامِ هَلْ تَعْلَمُونَ أَنَّ رَسُولَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ عَلَى ثَبِيرِ مَكَّةَ وَمَعَهُ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَأَنَا فَتَحَرَّكَ الجَبَلُ حَتَّى تَسَاقَطَتْ حِجَارَتُهُ بِالحَضِيضِ قَالَ: فَرَكَضَهُ بِرِجْلِهِ وَقَالَ: «اسْكُنْ ثَبِيرُ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ نَبِيٌّ وَصِدِّيقٌ وَشَهِيدَانِ؟» قَالُوا: اللَّهُمَّ، نَعَمْ. قَالَ: اللهُ أَكْبَرُ شَهِدُوا لِي وَرَبِّ الكَعْبَةِ أَنِّي شَهِيدٌ، ثَلَاثًا

Aku bersumpah demi Allah dan Islam, apakah kalian tahu ketika Rasulullah berada di atas gunung Tsabîr kota Mekah ditemani oleh Abu Bakar, Umar dan saya sendiri. Gunung Tsabir bergoncang sampai-sampai bebatuan gunung berjatuhan. Seketika itu Nabi saw menghentakkan kaki beliau dan mengatakan, “Tenanglah Tsabîr, yang ada di atasmu hanya seorang Nabi, Shiddiq dan dua orang syahid”. Orang-orang yang mendengar cerita Utsman pun menjawab iya. Ustman pun meminta kesaksian dari para hadirin bahwa dia akan meninggal dalam keadaan syahid.

Seakan-akan Nabi sudah memberi isyarat bahwa Ustman meninggal dunia dalam keadaan syahid. Riwayat serupa ini juga dicamtumkan oleh al-Daruquthni dalam sunan-nya. Tidak ada perbedaan redaksi maupun makna. Wallahu Aʻlam

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru