Harakatuna.com – Sudah menjadi ketetapan Allah, bahwa iblis adalah makhluk tidak kasatmata yang harus terus dilawan manusia. Hal ini lantaran iblis dan perkumpulannya akan terus menggoda manusia untuk terjun ke dunia maksiat dan terjerumus ke neraka. Iblis sendiri pernah ditanya Nabi Muhammad tentang dua pertanyaan interogasi yang bisa menjadi pelajaran bagi umat manusia.
Abu Laits As Samarqondi dalam kitabnya Tanbihul Ghafilin merekam dua pernyataan interogasi Nabi Muhammad kepada iblis. Dua pertanyaan tersebut adalah siapa musuhmu dan siapa yang menjadi sahabatmu.
وَذُكِرَ عَنْ وَهْبِ بْنِ مُنَبِّهٍ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى. قَالَ: أَمَرَ اللَّهُ تَعَالَى إِبْلِيسَ أَنْ يَأْتِيَ مُحَمَّدًا ﷺ. وَيُجِيبُهُ عَنْ كُلِّ مَا يَسْأَلُهُ فَجَاءَهُ عَلَى صُورَةِ شَيْخٍ وَبِيَدِهِ عُكَّازٌ فَقَالَ لَهُ «مَنْ أَنْتَ»؟ قَالَ: أَنَا إِبْلِيسُ فَقَالَ: «لِمَا جِئْتَ»؟ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ آتِيَكَ، وَأُجِيبَكَ عَنْ كُلِّ مَا تَسْأَلُنِي فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ. «يَا مَلْعُونُ كَمْ أَعْدَاؤُكَ مِنْ أُمَّتِي»؟. قَالَ: خَمْسَةُ عَشَرَ أَوَّلُهُمْ: أَنْتَ، وَالثَّانِي: إِمَامٌ عَادِلٌ، وَالثَّالِثُ: غَنِيٌّ مُتَوَاضِعٌ، وَالرَّابِعُ: تَاجِرٌ صَادِقٌ وَالْخَامِسُ: عَالِمٌ تَخَشَّعَ، وَالسَّادِسُ: مُؤْمِنٌ نَاصِحٌ، وَالسَّابِعُ: مُؤْمِنٌ رَحِيمُ الْقَلْبِ، وَالثَّامِنُ: تَائِبٌ ثَابِتٌ عَلَى التَّوْبَةِ، وَالتَّاسِعُ: مُتَوَرِّعٌ عَنِ الْحَرَامِ، وَالْعَاشِرُ: مُؤْمِنٌ حَسِنُ الْخُلُقِ، وَالْحَادِي عَشَرَ: مُؤْمِنٌ كَثِيرُ الصَّدَقَةِ، وَالثَّانِي عَشَرَ: مُؤْمِنٌ يُدِيمُ عَلَى الطَّهَارَةِ مَعَ النَّاسِ، وَالثَّالِثُ عَشَرَ: مُؤْمِنٌ يَنْفَعُ النَّاسَ، وَالرَّابِعُ عَشَرَ: حَامِلُ الْقُرْآنِ يُدِيمُ عَلَى تِلَاوَتِهِ، وَالْخَامِسُ عَشَرَ: قَائِمٌ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ،
ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «وَمَنْ رُفَقَاؤُكَ مِنْ أُمَّتِي»؟ قَالَ: عَشَرَةٌ: أَوَّلُهَا: سُلْطَانٌ جَائِرٌ، وَالثَّانِي: غَنِيٌّ مُتَكَبِّرٌ، وَالثَّالِثُ: تَاجِرٌ خَائِنٌ، وَالرَّابِعُ: شَارِبُ الْخَمْرِ، وَالْخَامِسُ: الْقَتَّاتُ، وَالسَّادِسُ: صَاحِبُ الزِّنَا، وَالسَّابِعُ: آكِلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَالثَّامِنُ: الْمُتَهَاوِنُ بِالصَّلَاةِ، وَالتَّاسِعُ: مَانِعُ الزَّكَاةِ، وَالْعَاشِرُ: الَّذِي يُطِيلُ الْأَمَلَ فَهَؤُلَاءِ أَصْحَابِي وَإِخْوَانِي.
Artinya: “Diceritakan kisah dari Wahab bin Munabbih, seorang ulama dan ahli hikmah, yang menceritakan tentang perintah Allah kepada iblis untuk menemui Nabi Muhammad Saw dan menjawab semua pertanyaannya. Dalam pertemuan tersebut, iblis datang dalam wujud seorang lelaki tua sambil membawa tongkat. Nabi Muhammad Saw kemudian bertanya, “Siapa kamu?” . Iblis menjawab, “Aku iblis.” Nabi Muhammad Saw kembali bertanya, “Kenapa kamu datang?” Iblis menjawab, “Allah memerintahkan aku untuk datang dan menjawab apa pun yang engkau tanyakan.” Kemudian Nabi Muhammad Saw bertanya, “Wahai makhluk terkutuk, siapa saja musuh-musuhmu dari umatku?”.
Iblis menjawab, “Ada lima belas orang yang menjadi musuh utamaku:
- Engkau sendiri, wahai Nabi Muhammad Saw.
- Seorang pemimpin yang adil.
- Orang kaya yang rendah hati.
- Pedagang yang jujur.
- Ulama yang khusyuk.
- Mukmin yang suka menasehati orang lain.
- Mukmin yang hatinya penuh kasih sayang.
- Orang yang bertaubat dan terus istiqomah.
- Orang yang selalu menjauhi yang haram.
- Mukmin dengan akhlak mulia.
- Mukmin yang dermawan dan rajin bersedekah.
- Orang yang selalu menjaga wudhu dan kebersihan diri.
- Mukmin yang suka memberi manfaat kepada orang lain.
- Hafiz (penghafal Al-Qur’an) yang rajin membacanya.
- Orang yang rajin shalat malam saat orang lain tidur.”
Setelah itu, Nabi Muhammad Saw bertanya lagi, “Lalu siapa saja teman-temanmu dari umatku?” Iblis menjawab, “Ada sepuluh golongan yang menjadi teman dan sahabatku:
- Pemimpin yang zalim.
- Orang kaya yang sombong.
- Pedagang yang berkhianat.
- Pemabuk.
- Tukang adu domba.
- Pezina.
- Orang yang makan harta anak yatim.
- Orang yang meremehkan shalat.
- Orang yang enggan membayar zakat.
- Orang yang selalu berharap panjang umur, tapi tak mau beramal.”
Dua pertanyaan interogasi Nabi Muhammad kepada Iblis ini sungguh bisa menjadi hikmah dan pembelajaran bagi umat manusia agar selamat dari tipu daya iblis dan setan, Wallahu A’lam Bishowab.