27.2 C
Jakarta

Salafi Adalah Kamuflase Wahabi, Wahabi Adalah Kamuflase Zionis Yahudi

Artikel Trending

Milenial IslamSalafi Adalah Kamuflase Wahabi, Wahabi Adalah Kamuflase Zionis Yahudi
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Palestina dicecar dan Israel dibela, itulah kelakuan ustaz-ustaz Wahabi. Orang ziarah kubur dikafirkan namun kuburan Ibnu Taimiyah mereka sembah, itulah kelakuan dedengkot Wahabi. Maulid Nabi diharamkan tapi Bin Baz mereka rayakan maulidnya, itulah Wahabi. Dan yang terkini, ulama-ulama Indonesia seluruhnya dianggap menyimpang namun mereka bungkam dengan penyimpangan rezim Ibnu Saud di Arab Saudi. Ironi, bukan?

Penyimpangan dan kesesatan Wahabi sebenarnya sudah terang-benderang. Namun, karena kelicikan mereka di satu sisi dan keawaman umat Muslim di sisi lainnya, masih banyak yang tertipu dengan Wahabi dan rela menjadi pengikutnya. Mereka, misalnya, mengubah isi banyak kitab Aswaja, memanipulasi nama-nama imam mazhab, sekaligus diam-diam menjadi antek-antek Inggris, Amerika, hingga Israel. Ironis.

Sementara itu, di media sosial, orang-orang Wahabi selalu mengaku paling benar, paling dekat dengan Al-Qur’an, bahkan dengan penuh hinaan menyebut orang-orang NU dan Muhammadiyah sebagai “Jawahiliyah”—suatu cemoohan yang meresahkan dan mengancam persatuan. Apa yang Wahabi lakukan mirip dengan yang Nabi Saw. nubuatkan: mereka merasa dekat dengan Al-Qur’an namun sikap dan perilakunya lebih barbar dari setan.

Ironi Wahabi yang paling menunjukkan penyimpangan mereka adalah standar gandanya melihat penyimpangan. Ada orang ziarah kubur, tahlil, dan istigasah dikafirkan. Namun, ketika baru-baru ini Arab Saudi menggelar festival fashion yang dipenuhi perempuan hanya memakai bikini dan tanktop, Wahabi diam dan mempersilakannya. Wahabi melempem terhadap Arab Saudi yang semakin ke sini semakin sekuler.

Apakah semua itu perlu diherankan? Tentu saja tidak. Sejak awal, Wahabi memang berisi musuh-musuh Islam yang menyamar untuk mengancurkan negara dari dalam. Dalam tubuh Wahabi itu sebenarnya tidak lain adalah para zionis.

Zionisme di Tubuh Wahabi

Menurut Mehmet Hasan Bulut (2021), Wahabi yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan wujud protestantisme Islam. Dalam doktrin Wahabi, meminta syafaat dari para nabi, mengunjungi makam para wali dan berdoa, membangun makam di atas kuburan, dan menghargai warisan Nabi Saw. adalah syirik dan menyimpang. Mereka yang melakukan hal-hal tersebut dianggap kafir oleh Wahabi.

Muhammad bin Abdul Wahhab juga menganggap Al-Qur’an tidak bersifat Ilahi. Ia juga tidak percaya bahwa Muhammad adalah seorang nabi—dan menganggapnya ulama besar belaka. Dalam laporan kepada Napoleon Bonaparte saat berada di Mesir, disebutkan bahwa Muhammad bin Abd al-Wahhab adalah seorang Yesuit Prancis yang pindah agama lalu menetap di Najd dengan satu tujuan: membangun kerajaan di Arab.

Wahabi pun mulai melakukan pembantaian sesama Muslim pada masa pemerintahan Abdulaziz bin Muhammad al-Saud. Sang putra, Saud bin Abdulaziz al-Saud, juga menghancurkan kuburan—mencegah umat Islam melaksanakan ziarah. Gubernur Turki Utsmani waktu itu, Muhammad Ali Pasha, kemudian mengirim putranya untuk menghadapi Wahabi atas perintah Sultan Mahmud II. Lalu, mana anasir zionisme dalam Wahabi?

Ini menarik. Kerajaan Inggris telah mengikuti gerakan Wahabi sejak awal. Wahabi adalah sekutu potensial Inggris melawan Turki Utsmani yang notabene Sunni. Menurut Bulut (2021), mata-mata Inggris Jesuit Gifford Palgrave, Wilfrid S. Blunt, dan petugas British East India Company Lewis Pelly dari British Royal Geographical Society berhasil menjalin komunikasi dengan Saudi dan menandatangani perjanjian aliansi.

BACA JUGA  Mengakhiri Propaganda Ajaran Radikal di Medsos

Setelah Turki Utsmani runtuh, Inggris bahkan mempersiapkan keluarga al-Saud untuk berkuasa di Arab Saudi sebagaimana rencana membuat zionis Israel berkuasa di Palestina. Ibnu Saud yang merebut Makkah dan Madinah dari Turki Utsmani atas dukungan Inggris pun diproklamasikan sebagai Raja Arab Saudi pada 1926. John Philby, agen intelijen Inggris yang ditunjuk menjadi penasihat keluarga Ibnu Saud pun memainkan perannya.

The New York Times pada 1929 melaporkan, Philby dan rezim Ibnu Saud berkompromi dengan zionisme: mengokupasi Palestina untuk Israel. Selain itu, Philby sebagai penasihat Raja Abdulaziz juga dihargai atas jasanya dalam perang dengan melayani sebagai perantara dengan perusahaan minyak dan mobil Amerika. Ia menjadi sosok kunci koalisi Arab Saudi dengan Inggris, Amerika, serta zionis Israel.

Namun demikian, zionisme di tubuh Wahabi tidak hanya menyasar kepentingan politik Saudi, melainkan doktrin keberislaman Wahabi itu sendiri. Maka tidak heran jika ajaran Wahabi berusaha menentang ulama yang sahih, yang kredibel, melalui tuduhan-tuduhan yang radikal. Ulama Al-Azhar dikafirkan semua, keturunan Nabi dilabeli Syiah, ulama Indonesia dianggap pelaku syubhat, dan lainnya.

Milenial dalam Incaran Wahabisasi

Artikel berjudul “The Zionists and St. John Philby” karya Susan Hattis Rolef sangat direkomendasikan untuk dibaca, jika ingin memahami sepak terjang keluarga Ibnu Saud dalam menghancurkan Islam melalui Wahabi. Belakangan, Wahabi juga dijadikan agenda global Saudi untuk menancapkan pengaruhnya di satu sisi dan menyusupkan spirit zionisme ke seluruh umat Islam di sisi lainnya.

Untuk tujuan itu, proyek Wahabisasi dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif. Terstruktur maksudnya mapan secara doktrin maupun pendanaan dari rezim Ibnu Saud, sementara sistematis yang dimaksud ialah langkahnya yang detail—seperti mengubah turats klasik agar identitas zionisme tidak diketahui masyarakat, juga agar masyarakat mau menjadi bagian dari penganut wahabisme.

Sistematis yang dimaksud di situ kaitannya dengan “dusta sistemik” yang Wahabi lakukan. Zionisme berkamuflase menjadi Wahabi, dan setelah Wahabi ditolak ia berkamuflase lagi menjadi Salafi. Hari ini, ketika seseorang hendak melawan Wahabi, maka Wahabi akan berdalih begini: “Saya manhaj salaf,” “Saya ikut Al-Qur’an,” bahkan tanpa malu menyebut “Saya Salafi bukan Wahabi”. Sistematis sekali, bukan, kamuflase mereka?

Adapun masif yang dimaksud ialah gerilyanya yang melingkupi berbagai aspek. Wahabi punya lembaga amal, lembaga pendidikan, bahkan infiltrasinya di mana-mana. Di Blok M Square, sebagai contoh, Wahabi menyasar generasi muda Indonesia melalui kajian rutin di Masjid Nurul Iman. Banyak pemuda-pemudi datang ke sana dan dicekoki ajaran Wahabi secara rutin, masif, dan berkelanjutan.

Apa dampaknya bagi generasi milenial? Banyak sekali. Wahabi berhasil membuat generasi muda Indonesia jadi beringas, benci sesama warga negara, dan barbar dalam urusan mencaci-maki siapa pun yang berbeda. Perhatikan komentar-komentar generasi bangsa yang otaknya telah teracuni Wahabi berikut. Satu kata: menakutkan. Maka, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali tegas untuk memberantas Wahabi hingga musnah dari Indonesia.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru