Harakatuna.com. – Saat Rasulullah SAW lahir, bahkan sampai permulaan diutusnya, dunia tidak mengenal tauhid sama sekali. Di mana-mana manusia diwarnai oleh kepercayaan syirik kepada Allah SWT. Syirik mengajak manusia ke neraka, seperti firman Allah:
اُولٰۤىِٕكَ يَدْعُوْنَ اِلَى النَّارِۖ وَاللّٰهُ يَدْعُوْٓا اِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِاِذْنِهٖۚ
Artinya: “Mereka (kaum musyrik) mengajak manusia ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.”
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang termulia di muka persada sehingga malaikat disuruh bersujud kepada nabi Adam begitu dia diciptakan. Kalau seandainya Islam memperbolehkan makhluk Allah yang satu menyembah yang lain, niscaya batu-batu menyembah tumbuh-tumbuhan, tumbuh-tumbuhan menyembah binatang, binatang menyembah jin, jin menyembah malaikat, malaikat menyembah manusia dan seterusnya. Tapi akibat syirik telah terjadi kehidupan yang jungkir balik. Sehingga pernah menjadi corak kehidupan, bahwa menyembah batu. Bukankah ini akibat syirik?
Di sinilah rahasianya mengapa ajakan Rasulullah menyembah Allah, hanya Allah semata, tidak boleh kepada yang lain. Ajakan yang benar-benar menarik hati, kendatipun terhalang oleh nafsu dan kebiasaan yang sudah karatan. Sebab menyembah Allah pasti akan memperoleh surga. Oleh karena itu, seorang da’i harus penuh keyakinan kepada surga, dan nada dakwahnya jangan sampai meninggalkan faktor yang amat prinsipil ini.
Pada awalnya, Rasulullah berdakwah dan berjuang sendirian. Baru setelah keluar dari Gua Hira’ dapat pengikut empat orang. Tiga belas tahun nabi di kota Mekah. Dan terpaksa hijrah karena gencarnya tekanan kaum Quraisy. Nabi di Madinah tetap dikejar-kejar, dan terpaksa (mereka) dilakukan perang.
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ
Artinya: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.”
Bagaimana tidak berat, beliau (Rasulullah) hanya berkekuatan 313 sahabat melawan musuh kurang lebih 1000 orang. Sedang permulaan bergerak dan berdakwah di Mekah sama sekali jauh dari seimbang. Padahal syirik itu bukan hanya melanda Mekah, melainkan seluruh dunia, yang waktu itu dunia didominir oleh syirik. Karena itu tidak heran kalau Nabi getol dimusuhi.
وَاِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَحْدَهُ اشْمَـَٔزَّتْ قُلُوْبُ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِۚ
Artinya: “Dan apabila yang disebut hanya nama Allah, kesal sekali hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat” (QS. Az Zumar:45)
Begitu nabi memproklamirkan laa ilaaha illallah, spontan kaum musyrik berkomentar:
اَجَعَلَ الْاٰلِهَةَ اِلٰهًا وَّاحِدًا ۖاِنَّ هٰذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ
Artinya: “Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shad:5)
Kesimpulannya, Islam adalah agama yang apabila seseorang memegang ajaran-ajarannya dengan sepenuhnya, dia akan menjadi orang muslim yang kuat. Orang yang malas, tidak mau berjuang, berarti banyak menyia-nyiakan tenaga terpendam pada dirinya. Sebenarnya (pada diri manusia) banyak kekuatan yang terpendam, kecuali dia berjuang. Ibarat orang berlatih terus mengangkat besi, ia akan jadi olahragawan yang tangguh, menduduki kelas walter (kekuatan) dalam angkat besi. Karena itu seorang da’i haruslah pejuang.
Sumber: Koleksi naskah KH. Badri Mashduqi tentang Dakwah