26.9 C
Jakarta
Array

Pelajaran dari Suriah untuk Indonesia

Artikel Trending

Pelajaran dari Suriah untuk Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ada banyak banyak pesan yang disampaikan oleh mufti Damaskus, Dr Adnan Al-Afyouni, yang beliau juga merupakan ketua dewan rekonsiliasi nasional Suriah dalam acara seminar yang di selenggerakan oleh Ikatan Alumni Syam Indonesia dengan tema “Jangan Suriahkan Indonesia”.

Beliau bercerita bahwasanya negeri Suriah adalah negeri yang damai, negeri dimana tiak ada orang miskin, semua pendidikan dari tingkat sd sampai kuliah dan kesehatan dari semua golongan telah ditanggung oleh pemerintah, semua warganya hidup rukun walaupun berbeda agama dan aliran. Bahkan menurut penuturan beliau hal ini telah berlangsung sejak 1400 tahun yang lalu. Ahsin Mahrus, ketua ikatan pelajar Indonesia di Damaskus yang telah lama hidup di Suriah menyatakan bahwa warga Suriah termasuk orang yang sangat ramah-ramah dan baik hati kepada orang asing yang belajar di negeri Suriah.

Betapa damainya negeri Suriah sebelum terjadinya Arab Spring, mereka mampu menjaga perdamaian dengan baik. Bahkan menurut penuturan Dubes Indonesia untuk Suriah, Drs Joko Harjanto tidak ada celah apapun untuk rakyat dan kaum oposisi untuk menyerang pemerintah, karena kondisi ekonomi dan keamanan sangat stabil, akan tetapi setelah dimulainya Arab Spring dan munculnya ISIS pada tahun 2013 di Suriah, negeri yang semulanya damai secara perlahan menjadi hancur seperti kota mati.

Dr Adnan Al-Afyuni menyatakan ada tiga hal yang menyebabkan Suriah hancur seperti ini. Pertama bahwa lima tahun sebelum terjadinya Arab Spring yaitu sekitar tahun 2008 Amerika Serikat mengetahui bahwa di Suriah terdapat pusat gas alam yang sangat menjanjikan. Dua keinginan Qatar untuk mengalirkan pipa gas melalui Suriah, ketiga Amerika Serikat ingin mengamankan posisi sekutunya, Israel dari serangan Negara muslim di timur tengah.

Atas dasar kepentingan di atas kemudian kelompok sekutu mulai memainkan huru hara dan fitnahnya di Suriah, karena mereka mengetahui bahwa menciptakan huru hara dari sektor ekonomi dan keamanan tidak bisa, maka akhirnya mereka memulai fitnah tersebut dengan dengan memainkan agama untuk mempropaganda umat muslim di Suriah, di mulai dari saling menghujat ketika khutbah. Akhirnya hal ini berhasil dan membuat negeri Suriah hancur berantakan.

Prof Dr Said Romadhon Al-Buti mengatakan bahwa orang yang cerdas itu telah menyadari fitnah sejak permulaan makanya akan mendamaikan fitnah tersebut lebih awal. sedangkan kebanyakan orang menyadari fitnah setelah terjadi kerusakan. Kebanyakan mereka menyadari adanya fitnah setalah terjadinya kerusakan dan kehancuran.

Dari sini kita sebagai warga Indonesia harus bisa bersyukur dan terus menjaga persatuan, padahal celah untuk menghancurkan Indonesia sangat terlihat dimulai dari banyaknya suku dan etnis, ketimpangan ekonomi. Akan tetapi sampai saat ini Indonesia masih bisa jaya dan makmur.

Marilah kita belajar dari Suriah untuk terus mempertahankan kesatuan dimulai dengan kesadaran untuk tidak mempolitisasi agama yang bisa menyulut perpecahan, dan jadilah warga Negara yang baik dengan selalu menjaga persatuan dan kesatuan, jangan menjadi warga Negara yang mudah dipropokasi dan jangan menjadi warga Negara yang sombong karena tidak mau mensyukuri nikmat yang begitu luar biasa, karena menurut KH Munip Zuhri warga yang sombong atau dalam istilah jawa adalah warga yang Mentholo inilah yang akan berpotensi menimbulkan kegaduhan dan kekacauan di NKRI.

[zombify_post]

 

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru