29.4 C
Jakarta
Array

DMI Sebut 2 Faktor Pemicu Radikalisme

Artikel Trending

DMI Sebut 2 Faktor Pemicu Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta– Saat negara memperjuangkan kemakmuran rakyat, negara harus berhadapan dengan suatu musuh besar bernama radikalisme. Menurut Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaaruqutni, radikalisme tidak hanya berasal dari ideologi tertentu keagamaan. Akan tetapi menurutnya, ada 2 faktor pemicu radikalisme: ketidakadilan dan kemiskinan.

“Sebenarnya di mana ada ketidakadilan dan kemiskinan ada di satu tempat pasti lah akan terjadi masalah-masalah yang berhubungan tentang ancaman keamanan dan kekerasan sosial,” ujar Imam kepada Validnews, Rabu (16/10).

Menurut ketua DMI, 2 faktor pemicu radikalisme tidak hanya diderita oleh Indonesia. Akan tetapi radikalisme yang terjadi di negara-negara belahan dunia lainnya juga disebabkan dengan 2 faktor pemicu. Imam mengatakan bahwa ketidakadilan secara terus-menerus yang diterima masyarakatlah yang kemudian mendorong mereka untuk melakukan perlawanan.

Karena dirasakan terjadi terus-menerus, mereka kemudian sampai menyalahkan ideologi bangsa dan mencari ideologi alternatif untuk menggantikan itu.

Ketidakadilan ini seperti kasus korupsi yang terus terjadi di Indonesia. Imam menerangkan, terus bergulirnya kasus korupsi oleh para pejabat negara telah menimbulkan mosi ketidakpercayaan pada jalannya roda pemerintahan. Masyarakat akhirnya merasa terhianati dengan kasus yang terus bergulir dan berulang tersebut.

“Di antaranya yang paling parah kita itu adalah terus menerus terjadinya praktik korupsi yang masif. Akhirnya pancasila menjadi tertuduh disitu,” pungkas Imam.

Oleh karena itu, negara, kata Imam, harus memperlihatkan betul bahwa dirinya sedang berjuang untuk mengatasi ketidakadilan tersebut. Negara harus memperlihatkan bahwa dirinya tengah bergerak untuk terus memajukan kemakmuran kepada rakyat. Dia yakin upaya tersebut lah yang kemudian menjadi substitusi bagi ketidakadilan yang terjadi dalam masyarakat.

“Sementara kajian yang saya lakukan, itu harus ditumbuhkan keadilan menjadi ada substitusi, bagaimana menjadi adil, kemudian sosial ekonomi harus ditumbuhkan, bagaimana rakyat menjadi makmur. Kalau itu sudah dilakukan, orang akan mengatakan, “untuk apa kita berkelahi orang kita juga sudah makmur,” tambah Imam.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru