26.9 C
Jakarta

Kasih Putih Toleransi Glenn Fredly

Artikel Trending

Milenial IslamKasih Putih Toleransi Glenn Fredly
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Glenn Fredly. Musisi kenamaan, pelantun lagu Salam Bagi Sahabat, meninggal pada Rabu (8/4) lalu, dalam usia 44 tahun. Pria yang 25 tahun lalu adalah vokalis Funk Section itu menghadirkan rasa kehilangan mendalam bagi kita semua. Tidak saja sebagai penyanyi, Glenn adalah pejuang kemanusiaan, persaudaraan, toleransi. Lagu yang tadi, berikut petikan liriknya:

Pengharapan datang

Bila kau membuka hatimu

Cari dan temukan pastikan

Pengharapan ada padamu

Hidupmu indah

Bila kau tahu

Jalan mana yang benar

Harapan ada, harapan ada

Bila kau mengerti

Bila kau percaya

Sarat narasi religiusitas universal, bukan?

Banyak yang berkesan dari Glenn, dan kita sadari justru ketika telah meninggalkan kita. Rekam jejaknya di dunia permusikan tanah air tidak sekadar menghibur karena syairnya, tetapi juga pesan-pesan di setiap baitnya. Agama baginya tidak menjadi penghalang, ia justru menjadi jembatan dari terangnya lanskap toleransi.

Tahun lalu, Glenn diundang dalam acara Shihab & Shihab. Suami Mutia Ayu ini mengenakan baju koko, berkopyah, duduk di samping Quraish Shihab dan Najwa Shihab. Dalam postingannya di Instagram, 25 Mei 2019, sekalipun dibesarkan dalam tradisi Nasrani, ia mengaku diberkati saat mendengar tausiah Quraish Shihab tentang Islam rahmat dan sarat kemananusiaan.

“Kemanusiaan mendahului keagamaan. Kita bisa berbeda pendapat namun hendaknya bersama-sama mengejar kebaikan dalam kemanusiaan,” terangnya dalam caption.

Glenn juga dikenal pengagum Kiai Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Ia mengaku mengagumi Gus Dur melalui buku-buku yang dibacanya. “Bicara Gus Dur yang saya paham adalah bagaimana berbicara tentang guru bangsa. Dan, banyak angle, banyak spektrum, banyak layer yang bisa dilihat dari seorang Gus Dur,” ujar Glenn di acara Ziarah Budaya Sewindu Haul Gus Dur di Auditorium Driyarkara, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 5 Februari 2018.

Meski hari ini telah tiada, tetapi kasih putih toleransi Glenn akan dikenang selamanya. Sosok Glenn bukan saja sosok pemusik. Ia sosok pejuang persaudaraan-kemanusiaan. Musik dan toleransi adalah dua hal yang selalu lekat dengan dirinya.

Musik dan Toleransi

Melalui seni, Glenn mengajarkan kita semua tentang sejatinya toleransi. Melalui musik, kita terpana dengan toleransi Glenn Fredly. Musik dan toleransi, dua hal ini sepintas tidak ada keterkaitan. Padahal tidak demikian. Toleransi adalah ajaran berkasih lintas agama maupun golongan, sementara musik juga tidak mengenal kalangan. Siapa pun, boleh berlantun dalam syairnya.

Apa yang ia perlihatkan kepada kita, itulah toleransi yang sesungguhnya. Ia berhasil menghilangkan sekat indentitas dirinya, Kristen, dengan identitas di luar dirinya, Islam. Tetapi, pada saat yang bersamaan, ia menciptakan rasa damai di antara para pemeluk agama. Dalam bahasa Arab, damai adalah as-salam, sementara pelaku kedamaian disebut al-muslim.

Lalu laikkah Glenn disebut al-muslim? Jelas. Memang, kalau dirunut secara bahasa, tidak sesederhana itu. Kata al-islam dan al-muslim itu masing-masing adalah masdar dan isim fa’il dari fi’il madhi aslama, maknanya ‘menyerahkan diri’ dan ‘orang yang menyerahkan diri’, karena kata ini adalah bentuk muta’addi. Tetapi bagaimana kalau muta’addi aslama jangan kita terjemahkan dengan ‘menyerakan diri’, melainkan ‘mendamaikan’? Semua hanya pemaknaan.

BACA JUGA  International Women’s Day dan Peran Perempuan dalam Terorisme

Yang jelas, toleransi yang diperlihatkan Glenn berbeda dengan toleransi sebagian aktivis Muslim toleran. Beberapa dari mereka berusaha rajin datang ke gereja, sebagai bentuk toleransi, tetapi pada saat yang sama mereka menghina agamanya sendiri, Islam. Jelas itu keliru. Glenn pernah berbaju koko, hadir di kajian Quraish Shihab, tetapi ia tidak pernah menjelekkan agamanya sendiri.

Bagi Glenn, toleransi adalah peleburan identitas awal dengan identitas yang lain, bukan menghilangkan identitas awal dan menonjolkan identitas lainnya. Kalau ada orang Islam mengaku aktivis toleransi, Muslim moderat, rajin ikut kegiatan gereja, tetapi suka menghina saudara Muslimnya yang dianggap tidak toleran, maka sejatinya dia berada dalam toleransi yang palsu.

Semua merasa kehilangan Glenn. Ia dirindukan kebesaran hatinya: setia dengan keyakinan lama, dan inklusi dengan keyakinan yang berbeda. Melalui musik, ia mendakwahkan toleransi. Ia masuk ke relung kesadaran kita, membuat kita malu pada diri sendiri. Siapa yang tidak rindukan sosok Glenn?

Rindu Sosok Glenn

Rindu Glenn Fredly, rindu sosoknya, rindukan ia bermusik, seperti yang sudah membuat semua kita terpukau. Ia pemusik yang bukan hanya bisa menyanyi. Lebih dari itu melalui nyanyian, ia menyuguhkan kita hasrat berkasih sesama. Ada kasih putih dalam diri Glenn—kasih yang tidak mempedulikan perihal sekat keagamaan, dan harmoni dalam kemanusiaan.

Barangkali kekagumannya dengan sosok Gus Dur telah mengajarkannya demikian. Barangkali kebesaran hatinya masuk ke ruang dakwah Quraish Shihab, adalah di antara penerapannya. Yang jelas, langka manusia sepertinya. Sekalipun toleransi diajrkan di mana-mana, seringkali porsi penerapannya tidak tepat, berlebihan, kebablasan.

Pada sosok Glenn, toleransi tersebut porsinya tepat, pas. Tidak ada yang pernah mendengar ia menghina Kristen, atau pemeluknya, sebagaimana Muslim aktivis toleransi menghina saudara seagamanya yang tidak sepandangan. Tetapi Gus Dur sudah tidak ada. Kini, Glenn Fredly juga telah meninggalkan kita. Siapakah di antara kita bersedia menjadi seperti mereka?

Merindukan sosok Glenn adalah kerinduan terhadap sejatinya toleransi. Kerinduan akan rasa damai yang tidak dihantui perbedaan identitas keagamaan. Untuk menyemai itu semua, harus ada perhatian serius terhadap inklusi dalam beragama. Eksklusivisme harus disingkirkan jauh-jauh, karena toleransi di tengah sikap eksklusif adalah kemustahilan.

Kasih putih toleransi Glenn telah membuat kita semua terperanjat, bagaimana ia dipuja saat meninggal. Semua orang berkabung, berbela sungkawa. Bukan Glenn saja yang hilang, tetapi kasih putih dalam dadanya. Tentu kita tidak sedang berbicara surga atau neraka, karena itu ketentuan Yang Maha Kuasa. Tetapi yang namanya kasih, kasih putih, teramat indah, bukan?

Yang patah tumbuh, yang hilang berganti. Hasrat mengindonesiakan toleransi adalah azimat yang tidak boleh hilang dilekang waktu. Akan lahir sosok seperti Glenn, sosok toleransi sejati. Apakah itu kita, Anda, para pemeluk agama, atau pegiat kemanusiaan. Entah itu datang dari kalangan musisi atau bukan. Tidak jadi masalah. Sosok toleran akan dirindu, dinantikan.

Kasih putih toleransi Glenn yang menyilaukan mata kita semua, pelajaran apa lagi yang kita serap dari cahayanya?

Wallahu A‘lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru