32.7 C
Jakarta

Terorisme dan Resolusi Jihad Kaum Santri

Artikel Trending

Milenial IslamTerorisme dan Resolusi Jihad Kaum Santri
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Presiden Joko Widodo melalui Keppres Nomor 22 Tahun 2015, menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri, pengakuan ini menjadi momentum bersejarah mengingat kiprah para santri membantu para pahlawan berjuang melawan penjajah. Dengan payung hukum yang tersedia, maka ia dianggap patriot sejati yang mempelopori kemerdekaan negeri ini.

Pasca sehari dari peringatan Hari Santri, kabar tak sedap beredar luas di media massa on-line tentang meninggalnya Syekh Adnan Al-Afyouni mufti dari Damaskus. Ia dibunuh secara tragis oleh teroris yang mengebom mobilnya di kota Qudsaya, Damaskus. Pembunuhan keji tersebut dilaporkan adanya alat peledak yang dipasang di mobilnya (22/10/2020).

Tak hanya di kalangan kaum santri yang merasakan kesedihan atas derita yang dialami ulama yang terkenal moderat ini. Dan, umat Islam di belahan dunia pasti  terpukul perasaannya jika mendengar kabar bahwa ia (Syekh Adnan Al-Afyouni) meninggal karena mendapat serangan berupa bom oleh kelompok teroris. Tindakannya sangat terkutuk, keji, dan tak manusiawi.

Menurut M. Najih Ramadhan, Syekh Adnan Al-Afyouni adalah ulama yang dinilai sangat berperan penting dalam proses merekonsiliasi konflik di Suriah. Ialah ulama yang turun langsung mengislahkan pihak-pihak yang bertikai, dan salah satu ulama yang mendapat kepercayaan, baik dari pemerintah maupun oposisi, karena integritasnya yang tinggi (23/10/2020).

Sedangkan ketika saya mengkonfirmasi teman melalui Whatssap, ia sedang yang menempuh pendidikan strata tiga di Universitas Damaskus, mengatakan, Syekh Adnan Al-Afyouni sudah lama menjadi target karena ia ujung tombak pemerintah dalam proses rekonsialiasi. Ia menceritakan pengalamannya, lebih dari 30 kali upaya pembunuhan dilakukan (23/10/2020).

Pergolakan politik antara pemerintah dan kelompok-kelompok Islam radikal di Suriah, dan penyelesaian daerah-daerah di sana. Tampaknya, ketegangan tersebut memicu gejolak konflik besar sehingga memunculkan api balas dendam yang tidak menyisakan sedikit pun rasa kemanusiaan. Aksi terorisme ini jelas adalah tindakan yang sangat-sangat tak beradab.

 Terorisme Vs Santri

Dalam kontek Indonesia, peristiwa terorisme pasca perayaan Hari Santri menjadi bukti terorisme masih menghantui seluruh umat yang ada di negeri ini. Fondasi keislaman semenjak di pesantren perlu menghadirkan spirit Islam yang orientasinya pada kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian. Terutama, radikalisme yang kini memuncak lewat ragam gerakan.

Yenny Wahid (2020) melaporkan hasil kajian The Wahid Institute menunjukkan tren intoleransi dan radikalisme di Indonesia telah meningkat, nilainya sekitar 0,4% atau sekitar 600.000 jiwa warga negara Indonesia pernah melakukan tindakan radikal. Adapun yang terpapar paham radikal jumlahnya sekitar 11,4 juta jiwa atau berkisar 7,1% (mediaindonesia.com).

ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), al-Qaeda, Jamaah Islamiyah (JI) dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Mereka merupakan kelompok jihadis yang kerap kali dalam tindakannya memakai dalil-dalil Islam untuk mencari legitimasi kebenaran atas kekerasan yang mereka lakukan. Di sini lah, letak pemalsuaan pada teks dan konteks akibat teroris yang berlindung di balik agama.

BACA JUGA  Jalan Licik HTI Harus Segera Dilenyapkan di Bumi Indonesia

Pada kenyataannya, tindakan radikal-teroristik lahir dari rahim kelompok jihadis Islam yang selalu menebar radikalisme agama semisal Islam. Pun ajarannya sering menjadi identitas simbolik mereka dalam memperjuangkan ide-ide politik Islam dalam tatanan bernegara dengan memakai teks-teks kitab yang bersentuhan dengan wacana khilafah, dan negara Islam.

Oleh karena itu, santri sebagai generasi patriot mengharuskan dirinya menjadi pelopor Islam yang menegakkan kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian. Santri yang dibekali akhlak sekaligus ilmu pasti menjadi harapan umat kedepannya, sisi lain, tantangan santri adalah bagaimana revolusi jihad kaum santri tetap berjalan mengkampanyekan perlawanan pada terorisme.

Santri yang memunculkan identitas Islam yang lemah lembut, dan ingklusif. Kiprahnya sangat dibutuhkan untuk memperkenalkan Islam moderat yang anti ekstremisme, radikalisme, dan terorisme. Kekerasan dalam bentuk apa pun wajib dianggap musuh semua agama termasuk negara. Paling tidak, idealisme santri tetap harus mengemukakan Islam yang ramah.

Jihad yang Moderat

Kiprah santri tak hanya mengukir sejarah dalam momentum Resolusi Jihad NU di Surabaya, melainkan juga banyak pesantren-pesantren besar yang menghidupkan gerakan dakwah melalui media massa online maupun cetak. Ditambah lagi, dengan agenda Hari Santri Nasional yang menjadi wujud bahwa santri pernah menjadi pelopor kemerdekaan NKRI.

Terlepas dari konteks yang berbeda, kreativitas santri dalam menulis kontra wacana anti radikalisme dan terorisme sangat urgen. Paling tidak, ia mampu memerankan dirinya sebagai penulis atau konten kreator di pelbagai media Islam milik pesantren guna menangkal penyebaran radikalisme.

Dalam banyak kesempatan, para ulama yang dulunya santri menjadi representatif mereka dalam mengkonstruksi wawasan-wawasan Islam wasathiyah. Yang tak lain tujuannya adalah berislam dengan mengedepankan keberagaman, dan kebhinekaan. Di antaranya, ulama yang pernah menjadi santri kiai Abdurrahman Wahid, kiai Mustafa Bisri, kiai Ma’ruf Amin, dkk.

Tak sedikit pula, jihad santri kini lewat konsep dakwah Islam wasathiyah telah menghadirkan keislaman yang ramah, toleran dan inklusif. Bahkan, menjadikan konter wacana itu sebagai deradikalisasi radikalisme. Dalam hal ini, santri yang berperan penting dalam memutus mata rantai penyebaran paham radikal Islam yang tersebar di media massa on-line.

Pada hemat saya, Resolusi Jihad yang moderat telah dibuktikan dengan peran dakwah yang konsisten memberikan pesan-pesan damai. Keberhasilan jihad mereka dapat dilihat atas prestasi dan munculnya media Islam yang dikelola para santri. Dan mereka konsen membangun kontra narasi, baik di bidang intoleransi, radikalisme, ekstremisme, terorisme, dkk.

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru