26.9 C
Jakarta

Pemberontak Suriah Berusaha Lepas dari Bayang-Bayang Masa Lalu Alqaeda

Artikel Trending

AkhbarInternasionalPemberontak Suriah Berusaha Lepas dari Bayang-Bayang Masa Lalu Alqaeda
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Idlib – Pemimpin kelompok pemberontak yang menguasai sebagian besar barat laut Suriah menjadi terkenal selama dekade terakhir, dengan mengeklaim melakukan pengeboman mematikan, mengancam balas dendam terhadap pasukan Barat, dan mengirim polisi agama untuk menindak wanita yang dianggap berpakaian tidak sopan. Saat ini pria yang dikenal sebagai Abu Mohammed al-Golani berusaha keras untuk menjauhkan kelompoknya, Hayat Tahrir al Sham, yang dikenal sebagai HTS, dari bayang-bayang masa lalu Alqaeda.

Kelompok HTS kini aktif menyebarkan pesan pluralisme dan toleransi beragama. Sebagai bagian dari rebranding kelompok tersebut, al-Golani menindak faksi-faksi ekstremis dan membubarkan polisi agama yang terkenal kejam.

Untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, umat kristen melakukan misa di sebuah gereja yang telah lama ditutup di Provinsi Idlib. Dalam sebuah pertemuan dengan peujabat agama dan pejabat lokal, Al-Golani mengatakan bahwa hukum Islam tidak boleh dipaksakan.

“Kami tidak ingin masyarakat menjadi munafik sehingga mereka beribadah saat melihat kami, dan tidak melakukan (ibadah) setelah kami pergi,” kata al-Golani.

Al-Golani merujuk ke Arab Saudi, yang telah melonggarkan kontrol sosialnya dalam beberapa tahun terakhir setelah puluhan tahun menerapkan aturan syariat yang ketat. Perubahan ini muncul saat kelompok al-Golani semakin terkucil.

Negara-negara yang pernah mendukung pemberontak dalam perang saudara di Suriah sedang memulihkan hubungan dengan Presiden Suriah Bashar Assad. Arab Saudi, yang pernah menjadi musuh Assad, berbalik arah dan memimpin upaya untuk kembali merangkul Suriah ke Liga Arab setelah 12 tahun isolasi regional.

Bahkan Turki, yang merupakan negara pendukung utama kelompok oposisi bersenjata di Suriah, telah mengisyaratkan pergeseran.  Pekan lalu, menteri luar negeri Turki bertemu dengan menteri luar negeri Suriah di Moskow. Ini adalah pertemuan pertama sejak 2011.

Menteri luar negeri Rusia dan Iran, yang merupakan sekutu utama Assad, juga hadir dalam pertemuan itu. Pertemuan tersebut menandai langkah signifikan menuju pemulihan hubungan antara Damaskus dan Ankara.

Pada saat yang sama, Amerika Serikat menganggap HTS sebagai kelompok teroris dan telah menawarkan hadiah senilai 10 juta dolar AS untuk informasi tentang keberadaan al-Golani.  PBB juga menetapkan HTS sebagai organisasi teroris. Awal bulan ini, AS dan Turki menjatuhkan sanksi terhadap dua orang yang diduga mengumpulkan uang untuk kelompok militan, termasuk HTS.

Al-Golani menjadi sorotan ketika bulan-bulan awal pemberontakan Suriah pada tahun 2011, saat dia menjadi pemimpin cabang Alqaeda di Suriah, yang pada saat itu dikenal sebagai Front Nusra. Militan dan pejabat tinggi dari Alqaeda Osama bin Laden bergerak ke basis operasi kelompok di Suriah utara, dan banyak dari mereka kemudian tewas dalam serangan AS.

Pada Juli 2016, Front Nusra mengubah namanya menjadi Front Fatah al-Sham dan mengatakan telah memutuskan hubungan dengan Alqaeda, yang dianggap oleh banyak orang sebagai upaya untuk memperbaiki citranya. Fatah al-Sham kemudian bergabung dengan beberapa kelompok lain dan menjadi Hayat Tahrir al Syam.

Selama periode itu, al-Golani menunjukkan wajahnya di depan umum untuk pertama kalinya. Dia mengubah gaya berpakaiannya dari turban dan jubah putih menjadi kemeja dan celana panjang. Pejuangnya mengejar militan kelompok ISIS yang melarikan diri ke Idlib setelah kekalahan mereka dan menindak Horas al-Din atau Penjaga Agama, yaitu kelompok militan lain yang mencakup anggota garis keras Alqaeda yang memisahkan diri dari HTS.

BACA JUGA  Dmitry Peskov Tegaskan Tidak Ada Negara yang Kebal Terorisme

Namun, perubahan citra publik al-Golani tampaknya tidak mengesankan Pemerintah AS.

Unggahan di akun media sosial program Rewards for Justice pemerintah AS memperlihatkan foto al-Golani mengenakan kemeja biru muda dan blazer biru tua dengan tulisan dalam bahasa Arab yang berbunyi: “Halo, al-Golani. Baju yang bagus. Anda dapat mengganti seragam Anda, tetapi Anda akan selalu menjadi teroris. Jangan lupa hadiah 10 juta dolar AS.”

Pada 2017, HTS membentuk pemerintahan penyelamat untuk menjalankan urusan sehari-hari di wilayah tersebut. Pada awalnya, ia berusaha untuk menegakkan interpretasi hukum Islam yang ketat.

Polisi agama ditugaskan untuk memastikan bahwa perempuan menutup aurat dengan benar. Polisi agama juga akan memaksa toko-toko tutup setiap Jumat agar orang dapat menghadiri shalat Jumat. Mereka melarang musik dan tidak membolehkan merokok di depan umum.

Pada Maret 2020, Rusia dan Turki mencapai gencatan senjata. Sejak itu, Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak telah menyaksikan ketenangan. Sementara HTS memfokuskan upaya untuk menindak sisa-sisa ISIS dan kelompok jihadis lainnya. Laporan lembaga think tank International Crisis Group mengatakan, HTS telah berevolusi dan menjauhkan diri dari jihadisme global. HTS juga terkadang menggambarkan dirinya sebagai pembela minoritas di barat laut Arab.

Pada Maret, anggota kelompok bersenjata yang didukung Turki menembak mati empat pria Kurdi di Kota Jinderis saat mereka menyalakan api untuk merayakan tahun baru Kurdi. Al-Golani bertemu dengan keluarga korban dan penduduk Kurdi lainnya di daerah tersebut dan berjanji akan membalas dendam terhadap para pelaku.

Dalam wawancara dengan PBS ada 2021, al-Golani mengatakan, sebutan teroris terhadap kelompoknya tidak adil dan bersifat politis. Kendati dia kerap mengkritik kebijakan Barat di wilayah Suriah, kelompoknya tidak pernah berniat untuk melawannya.

Al-Golani mengatakan, keterlibatannya dengan Alqaeda telah berakhir. Bahkan di masa lalu kelompoknya menentang melakukan operasi di luar Suriah. Namun Departemen Luar Negeri AS menyatakan, al-Golani tetap ditetapkan sebagai teroris dan tidak mengomentari kemungkinan pertimbangan untuk mengubah penetapan tersebut. Peneliti di pusat penelitian Century International, Aron Lund, meyakini AS tidak mungkin menghapus HTS dan al-Golani dari daftar teroris.

“Sejauh yang saya tahu, pemerintah AS tetap benar-benar prihatin tentang hubungan kelompok itu dengan jihadisme global,” kata Lund.

Seorang peneliti di lembaga think tank Jusoor for Studies yang berbasis di Turki, Waiel Olwan, mengatakan, dia yakin al-Golani mencoba untuk menunjukkan bahwa dia mengendalikan Idlib dan menjamin tempat untuk dirinya sendiri di Suriah setelah konflik berakhir. Sementara seorang aktivis yang kelompoknya melacak pelanggaran oleh HTS, Asim Zedan, mengatakan bahwa penetapan teror yang sedang berlangsung merupakan pukulan terhadap citra diri al-Golani.

“Setelah membentuk pemerintahan keselamatan dan mendirikan kementerian, al-Golani kini melihat dirinya sebagai kepala negara,” kata Zedan.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru