27.9 C
Jakarta

Meneropong Khilafah Akhir Zaman, Haruskah Perang Dunia 3 Dulu?

Artikel Trending

Milenial IslamMeneropong Khilafah Akhir Zaman, Haruskah Perang Dunia 3 Dulu?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakr bin Muhammad bin Sabiquddin, atau yang akrab dikenal dengan Imam as-Suyuthi (w. 1505) pernah menulis karya eksiklopedik tentang sejarah Nabi, khulafa’ ar-rasyidin, dan raja-raja imperium Muawiyah dan Abbasiyah. Buku tersebut berjudul Tarikh al-Khulafa’, Sejarah Para Penguasa. As-Suyuthi menuturkan secara apa adanya, secara kronologis. Bahkan perang pembantaian cucu Nabi, Husein bin Ali, di Karbala pun diuraikan dengan transparan.

Membaca karya tersebut setidaknya memberikan kita pandangan tentang dua hal. Pertama, autentisitas sejarah, sejak Islam berkembang hingga mencapai puncak kejayaan di Granada, Spanyol. Dalam konteks ini, pembaca ditarik secara subjektif. Bisa jadi ia beranggapan, sistem politik Islam yang mengantarkan pada kejayaan tersebut baik bila diterapkan sekarang. Atau, ia beranggapan bahwa Muslim harus melek politik, bila ingin kembali peroleh kejayaan seperti di masa lalu.

Kedua, pandangan bahwa ternyata manusia masa lalu dan hari ini sama saja. Peribahasa Arab, “Ma min yaumin illa wa ba’dahu syarrun (Tiada hari berlalu kecuali semakin bertambah buruk)” tampaknya tak relevan lagi. Bagaimana Sayyidina Ali hampir berperang dengan Aisyah, istri Nabi, atau bagaimana pembunuhan sedarah dalam keluarga Umayyah serta Abbasiyah. Ayah membunuh anak, anak membunuh saudara, dan seterusnya, menjadi hal yang dianggap biasa.

Apakah yang dimaksud khilafah, seperti diteriakkan para pengusung khilafah, adalah seperti yang terjadi di masa lalu? Jika iya, betapa mengerikan. Apakah khilafah itu basis perangnya memakai pedang, sehingga terealisasinya khilafah harus akhir zaman, pasca Perang Dunia 3, dan teknologi musnah?

Armageddon dan Perang Nuklir

Berbicara tentang Armageddon, memori kita diingatkan terhadap peristiwa mengerikan yang akan terjadi. Buku sudah ditulis dan film sudah ditayangkan, untuk menggambarkan tragedi tersebut. Wisnu Sasongko, seorang peneliti dari Universitas Brawijaya menulis dwilogi Armageddon. Armageddon; Peperangan Akhir Zaman (Bagian 1) dan Armageddon; Antara Petaka dan Rahmat (Bagian 2). Armageddon dalam buku ini, kata Sasangko, tak sama dengan yang di film Hollywood.

Armageddon yang dikisahkan dalam buku ini adalah sebuah peristiwa besar di akhir zaman, yaitu perang dunia terbesar di akhir zaman yang dimulai dari Magiddo, sebuah kota di Israel. Beberapa  ahli tafsir bahkan menafsirkannya sebagai awal dari (serangkaian) peristiwa hari akhir,” terangnya saat bedah buku Armageddon di Institut Teknologi Sepuluh November, pada (15/3/2005) lalu.

Pernyataan Sasangko itu hendak menciptakan narasi berbeda dengan yang digambarkan dalam film Armageddon, yang tayang perdana 1 Juli 1998 lalu. Film yang disutradarai Michael Bay, dan ditulis J.J. Abrams, Jonathan Hensleigh, dkk itu diproduksi Buena Vista. Harry Stemper (Bruce Willis), pemeran utama, ditugaskan untuk mengebor asteroid seukuran kota yang tengah menuju bumi, lalu meledakkannya dengan nuklir. Asteroid raksasa itu, konon, yang akan mengundang Armageddon.

Terlepas mana pengertian Armageddon yang benar, kata kuncinya adalah “peristiwa besar dan memusnahkan di akhir zaman”. Lalu kita teringat tentang Al-Malhamah al-Kubra, perang hebat di akhir zaman. Konon, saking hebatnya peperangan tersebut, banyak penduduk bumi musnah. Beberapa spekulasi muncul. Ada yang berpendapat bahwa kemusnahan massal itu terjadi lantaran nuklir saat perang. Dan pasca perang, teknologi pun punah.

Baik Armageddon sebagai jatuhnya asteroid raksasa ke bumi, atau Al-Malhamah al-Kubra sebagai perang nulir, sama-sama mengerikan sekali. Lalu kenapa hari-hari beberapa orang ramai bicara soal Perang Dunia 3, yang konon akan melibatkan nuklir, dan menyebabkan kemusnahan massal?

Pasca Perang Dunia 3 Hanya ada Pedang?

Lalu mari kita bicarakan apa yang terjadi pasca peristiwa mengerikan tersebut? Kembali seperti masa lalu? Mungkin kita tidak akan sanggup. Ketergantungan kita terhadap teknologi hari ini berada di titik nadir, hingga mungkin tanpa teknologi, tak akan bisa bertahan hidup. Tetapi bagaimanapun, teknologi akan sampai di  titik maksimal, ujung kecanggihan. Beberapa cendekiawan menyebut, ketika teknologi mencapai segalanya, hari kiamat akan terjadi.

BACA JUGA  Kesesatan Paham Radikal Harus Dimatikan Oleh Akal Sehat

Misteri Perang Dunia 3 dan kaitannya dengan Armageddon serta  Al-Malhamah al-Kubra ini tak jarang dimanfaatkan oleh para pengusung khilafah. Barangkali karena term ‘khilafah’ diidentikkan dengan identitas politik masa lalu, saat teknologi belum ditemukan, dan perang hanya memakai pedang. Lalu bersamaan dengan itu, beranggapan pula, bahwa Perang Dunia 3 adalah gejala kebangkitan khilafah?

Terutama setelah konflik Iran-AS terjadi, para pengusung khilafah tersebut semakin aktif menyuarakan penegakannya. Merasa sudah semakin dekat dengan yang—menurut mereka—disabdakan Nabi, perihal khilafah seperti zaman Nabi (khilafah ‘ala manhaj an-nabawiyyah). Dengan mengabaikan kemungkinan terburuk yang akan terjadi ketika Perang Dunia 3, nafsu mendirikan khilafah terus menggelora. Sebenarnya itu hendak menegakkan nubuat Nabi, atau hasrat politik kekuasaan belaka?

Kalau pun nanti teknologi akan musnah, bukan berarti khilafah wajib ditegakkan sebagai ganti sistem demokrasi, umpamanya. Kalau pun nuklir akan menjadikan kita kembali seperti masa lalu, bersenjatakan pedang, bahkan hidup primitif, apa kita pikir sanggup melewati penderitaan lantaran radiasi nuklir Perang Dunia 3? Sungguh para pengusung khilafah tidak berpikir tentang itu. Mereka melampaui empati kengerian, lantaran silau oleh keinginan menjadi superior dalam berkuasa.

Akhir Zaman; Ngeri Tapi Ingin Menguasai

Kendati hari ini adalah puncak era kehidupan manusia, mislanya, sehingga semua hal terjadi dalam lingkup ‘akhir zaman’. Tetapi optimisme untuk memprioritaskan kemaslahatan tidak boleh sedikit pun bergeser. Armageddon atau Al-Malhamah al-Kubra membuat sebagian kalangan takut, dan memang seharusnya demikian. Apakah khilafah akan terjadi setelah kengerian itu, tetapi pengusungnya tetap bersikukuh menegakkannya?

Sungguhpun demikian, tidak ada yang tahu kapan akhir zaman akan tiba. Kapan kiamat akan terjadi, kapan asteroid raksasa menabrak bumi, kapan perang besar akan memusnahkan teknologi dan ekosistem bumi ini. Harusnya nafsu untuk menguasai, artinya hasrat untuk mendirikan khilafah itu belakangan.

Fokus hari ini idealnya meminimalisir semua kemungkinan terburuk . Sebab, ada  juga pendapat, asteroid yang notabene berekor asap, lantaran terkikis  atmosfer, adalah apa yang al-Qur’an sebut sebagai dukhan. Lainnya mengatakan, dukhan adalah asap disebabkan bom nulir. Dukhan-lah yang akan memusnahkan teknologi bumi. Artinya, Perang Dunia 3—dalam pendapat-pendapat tersebut—bukan faktor satu-satunya yang menghancurkan planet ini.

Kita juga tidak mesti phobia khilafah, andai itu tidak digaung-gaungkan di negeri Indonesia yang plural ini. Tak perlu menunggu momen dibentuknya khilafah, apalagi menanti terjadinya Perang Dunia 3. Khilafah adalah sistem politik, ingin menguasai tidak berarti harus menanti datangnya Armageddon dan Al-Malhamah al-Kubra. Menegakkan khilafah juga bukan kewajiban teologis.

Jadi, apakah khilafah akan tegak dengan terlebih dahulu terjadi Perang Dunia 3? Jawabannya tidak. Term tentang peristiwa akhir zaman beragam, dan seringkali spekulasi belaka. Banyak intelektual membahas akhir zaman. Armageddon dan Al-Malhamah al-Kubra hanya satu di antara dua term paling terkenal tentang sebab kemusnahan teknologi, manusia, dan bumi.

Sedangkan khilafah itu murni produk dinamika politik. Bahkan hari ini pun, ia bisa terjadi. Bisa tegak. Tetapi bagaimanapun caranya, di tanah air tercinta ini, khilafah harus kita lawan. Sekali lagi, yang telah dinubuatkan akan tetap terjadi, sekalipun tanpa bantuan kita. Tidak perlu mempolitisir Perang Dunia 3 hanya karena ingin menegakkan khilafah.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru