26.1 C
Jakarta

Antara Menulis dan Bakat

Artikel Trending

KhazanahAntara Menulis dan Bakat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Untuk menjadi seorang penulis tidak harus memiliki bakat khusus atau gen turunan, dengan bakat dan gen tersebut kita menjadi penulis handal dan melahirkan tulisan berbentuk buku-buku. Akan tetapi, kita perlu kemauan dan usaha keras untuk segera menyelesaikan kegiatan menulis dengan baik, dan konsisten.

Salah satu hal yang membuat pekerjaan kita tidak selesai adalah menunda-nunda dengan beragam alasan dan argumentasi yang mementahkan. Tidakkah kita pernah melihat kerabat atau tetangga dekat rumah yang memiliki keterampilan membuat produk dari limbah sampah, lalu diolah menjadi produk siap pakai.

Namun, keterampilan tersebut tidak diwariskan ke anaknya. Oleh karena itu, anaknya menyukai perhitungan dan perpajakan. Harusnya si anak tersebut mewarisi keahlian orang tuannya meramu limbah sampah untuk diolah menjadi barang baru. Namun, dalam kasus tersebut justru berkebalikan dari grand teori atau anggapan masyarakat pada umumnya. Karena kebiasaan kitalah yang menentukan kita sebenarnya.

Keterampilan atau apapun namanyan bukanlah sesuatu yang telah menjadi takdir manusia. Namun, ia merupakan sesuatu yang perlu diciptakan oleh diri sendiri dengan latihan dan ketekunan yang terus menerus sehingga tercapai tujuan. Kata kuncinya adalah proses, bukan tujuan akhir. selalu berorientasi pada tujuan akhir sering kali seseorang mendapatkan kesulitan dan kendala, sebab out-put yang dihasilkan bersifat instan.

Dunia Menulis

Dalam menulis, bakat memang penting, tetapi ketekunan adalah hal yang utama. “Jessamyn West” Namun kalau kita memperhatikan betul setiap tahapan yang kita lewati sedikit-demi sedikit, maka kita akan mendapatkan pelajaran besar dari apa yang kita kerjakan berupa pengalaman hebat. Terkadang untuk menjadi The Big Man seseorang harus belajar dari pengalaman, sebab ia merupakan guru yang bijaksana menuntun kearah keberhasilan.

Menulis bukan hal yang sulit sekaligus bukan juga perkara yang mudah untuk dilakukan, banyak ide-ide terlintas dalam benak kita. Namun, sulit untuk merangkaikan secara runtut ke dalam bentuk tulisan, sebab menulis itu membutuhkan konsistensi untuk melatih kemampuan.

Banyak hal terdapat dalam pikiran kita tentang segala sesuatu, yang kita peroleh dari membaca, interaksi, pengalaman, kejadian langsung dan seterusnya. Akal manusia dapat menyimpan file ide dalam kapasitas yang amat besar jumlahnya, Memory Card komputer hanya dapat menampung file dengan kapasitas tertentu. Hal sebaliknya yang dimiliki manusia dengan memori tanpa batas.

Mungkin kita sering mendengar istilah pasaran sewaktu kita sedang mengalami masalah dan kata-kata tersebut terlontar dari teman atau kolega ditempat kerja. Sebab, “di dunia ini tak ada yang tidak mungkin”. Ungkapan sederhana namun mempunyai arti mendalam. Bahkan, sebagian orang menganggap ini cuma istilah dan permainan kata-kata.

Jadi, tak bisa disalahkan juga kalau ada sebagian menganggap demikian, karena pandangan seseorang sangat bergantung pada konstruksi pengetahuan dan lingkungan hidup. Biasanya orang seperti ini hidupnya cukup statis dan deterministik. Manusia hanya bisa melakukan hal-hal yang mungkin dan tidak bisa melakukan diluar dari kemungkinan, sebab hanya tuhanlah yang bisa melakukan tindakan demikian.

BACA JUGA  Spirit Literasi: Aku Menulis Maka Aku Ada

Semangat untuk Berkarya

Namun istilah tersebut dijadikan semangat (spirit) untuk melakukan segala sesuatu (sekali lagi ingat kata proses) memulai bukan malahan menggerutu dan dongkol atas diri sendiri. Kita bisa karena terbiasa dan menjadi kebiasaan, itulah yang menjadi poin pentingnya.

Lakukanlah sekarang (do it right now). Tidak ada waktu untuk memikirkan yang lain, anda Cuma hanya memulai sekarang atau kesempatan itu tak akan pernah ada untuk selamanya. Waktu tidak akan pernah lari mundur kebelakang hanya menunggu anda.

Mungkin anda akan mengatakan bagaimana caranya memulai? apa kalimat pertama? buku-buku apa yang harus saya siapkan? genre apa model tulisan? metode dan seterusnya. Banyak pertanyaan muncul yang harus dijawab. Sekali lagi saya katakan do it right now anda hanya memulai saja dengan kalimat yang menurut anda mudah dan tidak muluk-muluk.

Anda tidak perlu memikirkan bahwa tulisan anda tidak sebagus tulisan Goenawan Muhammad, Eep Syaifulah Fatah, Dawam Raharjo atau profesor anda di kampus. Sebab membandingkan tulisan dengan mereka yag sudah mahir akan membuat anda gugup dan tidak bisa melanjutkan setiap kalimat.

Pesan bagi Penulis

Sebagai penulis pemula tentunya banyak hal yang perlu kita pelajari dan dalami, akan tetapi sebagai penulis pemula tidak mengenal status seseorang. Apakah dia lulusan dari harvard dengan bejubel title yang menempel didadanya, guru besar di salah satu universitas, anak SMA, petani, nelayan atau bahkan anda sekalipun. Tulisan kita hanya akan dipahami sebagai tulisan pemula yang memerlukan banyak bahan dan daftar referensi tambahan.

Anda bisa memulai menulis dengan kata-kata anda, jangan meminjam kalimat orang lain yang menurut anda terlalu besar. Cukup dengan kalimat sederhana, lama kelamaan akan menjadi paragraaf utuh dan dapat di baca orang lain. Lakukan secara terus menerus, jangan berhenti sebelum gagasan dalam pikiran kita habis.

Dan bila mendapatkan kesulitan anda hanya cukup berhenti sejenak untuk istrahat, atau pergi jalan-jalan ke taman, ke jalan raya, baca buku, diskusi dll. Untuk mendapatkan imajinasi baru. Setelah itu anda bisa melanjutkan kembali menulis.

Jangan membiasakan diri menunggu mood untuk menulis, tapi buatlah anda merasa mood setiap hari. Dengan begitu anda akan melakukannya setiap hari. Yang paling penting anda konsentrasi pada genre tulisan anda, misal anda menyukai tema sosial politik, hukum, sastra, teknologi dan seterusnya. Maka, yang perlu anda lakukan mengumpulkan bahan-bahan terkait tema sebagai referensi.

Perlu di ingat untuk menjadi penulis anda perlu membaca buku, artikel dan cara orang menulis. Sehingga, mendapatkan nuansa lain dalam tulisan. Dengan demikian, kalau orang bisa menulis mengapa kita tidak bisa, hanya butuh kesabaran untuk berlatih secara kontinue. Dan yang paling penting adalah memilih waktu yang tepat.

Oleh: M. Aldi Fayed S. Arief

Penulis, adalah Pemerhati Keislaman, dan Alumni Pondok Pesantren at-Taqwa Pusat Putra, Bekasi.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru