31 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Teroris (XC-III): Asep H Arsyad al Sadaad, Mantan Teroris yang Kini Mendirikan Usaha bersama Mantan Napi yang Lain

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Teroris (XC-III): Asep H Arsyad al Sadaad, Mantan Teroris...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Radikalisme merupakan paham keagamaan garis keras dan tertutup. Paham ini mulanya mempengaruhi pola pikir seseorang menjadi tertutup melihat kebenaran di tengah perbedaan. Kemudian, paham ini bergulir beriring waktu menjelma aksi-aksi terorisme yang sangat membahayakan, baik kepada sang pelaku maupun lebih-lebih kepada orang lain.

Radikalisme dalam catatan sejarah sudah ada pada masa Nabi Muhammad di mana paham ini masih sangat kecil skalanya. Radikalisme pada waktu itu belum membentuk kelompok seperti sekarang. Pada masa Nabi radikalisme diperlihatkan oleh sikap keras dan pikiran tertutup Dzul Khuwaisirah yang tak segan-segan menentang keputusan Nabi.

Sikap keras dan pikiran tertutup ini memuncak dan membentuk kelompok pada masa kepemimpinan Sayyidina Ali Ibnu Abi Thalib. Sejarah menyebut kelompok yang dimaksud adalah Khawarij, kelompok oposisi yang menentang keputusan Ali selaku pimpinan saat itu. Khawarij tak segan-segan mengkafirkan Ali beserta pengikutnya. Bahkan, Khawarij tragisnya menghalalkan darah Ali. Naudzubillah!

Apakah radikalisme berhenti sampai di situ? Tentu tidak. Radikalisme terus berkembang hingga membentuk organisasi yang kian masif. Sebut saja, organisasi lokal semacam Jama’ah Islamiyah (JI) hingga organisasi internasional Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Beberapa organisasi keagamaan radikalis ini telah mempengaruhi warga Negara Indonesia. Salah satunya, Asep H Arsyad al Sadaad.

Keterlibatan Asep dalam radikalisme-terorisme telah merugikan banyak orang, mulai keluarga sendiri yang merasa malu hingga korban aksi kekerasan tersebut. Beruntungnya, Asep mendapat hidayah sehingga kembali ke jalan yang benar. Selepas bertobat Asep berpikir untuk menjadi manusia yang dapat bermanfaat kepada orang banyak sebagai cara menebus dosa sosial yang telah diperbuatnya di masa lalu.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XLI): Eks Napiter Inisial MI Kembali ke NKRI dan Siap Bantu Pemerintah

Asep kini bersama 200 orang mantan teroris dan gerakan radikal mendirikan badan usaha berupa Koperasi Komunitas Mantan Narapidana Teroris dan Gerakan Aktivis Radikal yang disingkat “Kontantragis”. Usaha yang didirikan pada tanggal 28 Oktober ini adalah usaha bidang produksi kopi, sabun cuci muka, sabun pembersih lantai, dan cokelat bubuk.

Koperasi Kontantragis terbentuk usai Asep bertemu dengan Budi, korban pengeboman Hotel JW Marriot, Jakarta. Bahkan, koperasi ini sudah berjalan di beberapa kota. Mulai dari Garut, Tasikmalaya, dan Purwokerto. Untuk produk yang dihasilkan koperasinya selama ini dipasarkan ke sejumlah pesantren yang berada di beberapa daerah.

Permintaan pasar dari koperasi yang dibangun Asep selalu tinggi, tapi modal yang dimiliki terbatas sehingga butuh dukungan lebih dari beberapa pihak, termasuk pemerintah. Maka, perlu support bisnis ini guna mencegah mantan teroris kembali ke paham radikal lagi.[] Shallallah ala Muhammad.

*) Sebagian dari tulisan ini disadur dari cerita Asep H Arsyad al Sadaad yang dimuat di media online Merdeka.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru