29.7 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Teroris (XC-I): Yudi Zulfahri Mantan Teroris yang Kini Membela NKRI

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Teroris (XC-I): Yudi Zulfahri Mantan Teroris yang Kini Membela...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Radikalisme bukanlah paham yang baru-baru ini tersebar di penjuru dunia, terlebih di Indonesia. Paham ini sudah ada sejak hidup Nabi Muhammad di mana seorang yang terpapar radikalisme bernama Dzul Khuwaisirah. Kemudian, paham ini mulai membentuk sebuah kelompok pada masa pemerintahan Sayyidina Ali. Kelompok radikal tersebut dikenal dengan sebutan Khawarij.

Perkembangan radikalisme semakin masif ke depan. Paham diekspresikan dalam berbagai bentuk. Salah satunya, aksi-aksi terorisme. Banyak orang yang terpapar radikalisme-terorisme. Termasuk warga Negara Indonesia sendiri. Dialah Yudi Zulfahri. Yudi tergabung dalam kelompok terorisme Jamaah Islamiyah (JI) pimpinan Dulmatin.

Yudi yang lulusan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), yang sekarang telah berganti nama menjadi IPDN berperan sebagai penyedia logistik dan menyiapkan fasilitas latihan bagi para mujahid yang melakukan pelatihan kelompok teroris di kawasan pegunungan Jalin, Aceh.

Yudi terpapar ideologi radikal saat mengikuti pengajian khusus di Aceh, yang diisi oleh salah satu murid Aman Abdurahman. Di pengajian itu kerap kali diajarkan paham atau doktrin radikal dari pemikiran Aman Abdurahman kepada para jamaahnya, termasuk mengatakan pemerintah adalah produk kafir.

Selepas mengikuti pengajian itu, Yudi memutuskan keluar bertugas sebagai PNS di Baitul Mal Kota Banda Aceh usai lulus dari STPDN. Karena, bagi Yudi, kalau tetap menjadi PNS, imannya tidak sah, disebabkan mengikuti orang kafir.

Karena terpengaruh paham yang disampaikan murid Aman, keinginan Yudi bertemu dan belajar langsung kepada Aman semakin menggebu-gebu. Karena Aman saat itu sedang ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin akibat terorisme, Yudi mengikuti kajian Aman lewat media sosial dan buku-buku yang ditulisnya. Bahkan, Yudi pernah diajak langsung oleh pengikut Aman untuk mengunjunginya di Sukamiskin.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXII): Dodi Suridi Eks Napiter Pernah Rakit Bom untuk Diledakkan di Thamrin

Akibat dari perbuatannya Yudi diserbu oleh Densus 88 Antiteror. Ia ditahan di balik jeruji besi dengan kasus terlibat pelatihan teroris di wilayah Pegunungan Jalin. Di dalam penjara inilah ia refleksi dan melewati beberapa tahap yang cukup panjang untuk hijrah dari paham radikal. Karena, orang yang terpapar paham radikal seperti orang yang kecanduan narkoba yang butuh tahapan demi tahapan untuk sembuh.

Yudi sembuh dari radikalisme melalui mekanisme mentoring dengan mantan pelaku teror lainnya yang sudah bertobat. Seorang mantan teroris yang menjadi mentor Yudi adalah mantan terpidana bom Bali I Ali Imran. Ali Imran menyadarkan Yudi dengan meminta ia membaca referensi buku yang dibawanya.

Deradikalisasi dengan mentoring dari mantan pelaku teror jauh lebih efektif dibanding ditangani oleh pemerintah langsung. Karena, mantan pelaku teror memiliki pendekatan yang berbeda sehingga mampu menggugah hati untuk hijrah dari paham berbahaya itu. Selain itu, orang yang terpapar paham teror jauh lebih terbuka komunikasi dengan mantan pelaku. Sebab, di dalam kelompok teroris ada pandangan in group dan out group. Maka, yang di luar mereka atau out group biasanya dianggap musuh.

Berangsur kemudian, mentoring tersebut membuahkan hasil yang menyenangkan. Yudi sadar bahwa radikalisme-terorisme merupakan sesuatu yang dilarang dalam agama. Sehingga, kehadiran Yudi dapat diterima kembali di tengah-tengah masyarakat. Lebih dari itu, Yudi mulai terbuka untuk belajar di perguruan tinggi Universitas Indonesia jurusan Pertahanan Nasional. Bahkan, ia aktif mengkonter radikalisme lewat beberapa forum seminar.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita Yudi Zulfahri yang dimuat di media online CNNIndonesia.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru