27.5 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Teroris (XC): Wildan Menjadi Teroris karena Murni Kemanusiaan

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Teroris (XC): Wildan Menjadi Teroris karena Murni Kemanusiaan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Menjadi teroris itu pilihan masing-masing orang. Pilihan ini lebih tepatnya disebut dengan, kalau boleh meminjam istilah yang digunakan di pesantren dulu, “takdir” atau kehendak manusia yang kemudian diputuskan oleh Tuhan.

Terpapar paham radikal-teror bukanlah sesuatu yang dipandang biasa-biasa saja. Paham ini benar-benar sangat membahayakan, baik kepada diri si pelaku maupun kepada orang lain. Akan sangat mungkin banyak korban sebab aksi paham picik tersebut.

Paham radikal-teror sudah tersebar begitu luas di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Warga negara Indonesia yang terpapar terorisme, salah satunya, Wildan.

Wildan bercerita, bahwa ia terpapar paham radikal-teror karena faktor kemanusiaan. Wildan merasa lebih empati kepada orang lain dibanding kepada dirinya sendiri.

Sikap Wildan tersebut sangat keliru. Karena, menjadi jiwa selamat dari bahaya radikal-teror jauh lebih penting daripada memilih bergabung dengan kelompok radikalis.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXVIII): Eks Napiter Poso Mie Kembali ke Pangkuan NKRI

Kesadaran Wildan mulai tumbuh semenjak ia berada di Suriah. Ia telah memilih keputusan atau takdir yang salah. Karena, berjihad yang sebenarnya tidak harus ke Suriah. Tapi, jihad cukup dengan menjaga keselamatan diri dan membahagiakan orangtua.

Wildan teringat bahwa berbakti kepada orangtua disinggung dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Bahwa, berbakti kepada orangtua jauh lebih penting dibanding berbuat baik kepada orang lain.

Akhirnya, Wildan bisa kembali lagi ke tanah air Indonesia. Di negeri inilah dia merasakan anugerah Tuhan yang tak dapat ditukar dengan sesuatu apapun. Negeri cukup makmur dan sejahtera.

Wildan memberikan nasehat, bahwa paham radikal-teror bisa tersebar melalui pergaulan dan media sosial. Tapi, yang paling sulit dijaga adalah penyebaran paham ini di media sosial. Intinya, siapapun harus lebih berhati-hati.[] Shallallahu ala Muhammad.

*Beberapa dari tulisan ini menukil dari cerita Wildan yang dimuat di Jatim.tribunnews.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru