26.7 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Napiter (C-XXX): Marifah Hasanah, Perempuan Napi Teroris yang Kini Kembali Cinta NKRI

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Napiter (C-XXX): Marifah Hasanah, Perempuan Napi Teroris yang Kini...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Deradikalisasi termasuk jihad bangsa ini melawan terorisme. Tapi, dalam pelaksanaannya deradikalisasi hendaknya dibarengi dengan konsep jihad yang benar, antara lain, bertutur kata yang santun dan menghindari kekerasan atau pemaksaan.

Deradikalisasi yang benar akan berguna untuk menyadarkan narapidana teroris (napiter) yang telah melakukan aksi-aksi teror, baik dengan peledakan bom atau bom bunuh diri. Para napiter akan mendapatkan petunjuk hijrah dari terorisme menuju moderatisme NKRI.

Sudah banyak napiter di negara Indonesia yang bertobat mendapat bimbingan deradikalisasi. Salah seseorang di antaranya adalah Marifah Hasanah alias Ummu Iffah. Dia diketahui pernah berkaitan dengan penyumbang dana bagi napiter saat bentrok di Mako Brimob Kelapa Dua pada 2018 silam.

Marifah juga sempat bersinggungan dengan kasus penusukan mantan Menkopolhukam Wiranto oleh Abu Rara. Saat itu, diketahui Marifah sempat berkomunikasi dengan rekannya melalui aplikasi WhatsApp terkait insiden penusukan itu.

Pada tahun 2019 silam Marifah ditangkap oleh tim Densus 88 Antiteror di Semarang. Dia ditangkap di sebuah rumah kontrakan bersama suaminya berinisial AM. Dia dihukum penjara di Lapas Perempuan Bandung, Jalan Pacuan Kuda, Kota Bandung.

Setalah itu, Marifah bertobat dan memilih kembali ke NKRI. Dia menjelaskan alasannya kembali mencintai NKRI dan lepas dari paham radikal. Dia mengaku ingin berubah dan berguna bagi bangsa. Dia sadar selama gabung dalam kelompok teroris tidak mendapat manfaat sedikitpun, malahan merugikan orang lain.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXVIII): Eks Napiter Sugeng Sukses Kembangkan Usaha Water Boom, Pemancingan Hingga Kuliner

Marifah mengikuti program deradikalisasi selama mendekam di Lapas Perempuan Bandung. Dia juga kerap mendapatkan pembinaan yang baik dari petugas Lapas Perempuan Bandung. Itu alasan yang lain mengapa Marifah terketuk hatinya untuk hijrah ke jalan yang benar (setia terhadap NKRI dan mencintai Ibu Pertiwi).

Perjalanan teologis Marifah memang tidak semulus yang dibayangkan. Dia tidak menduga bakal melewati jurang terorisme sebelum mencintai Ibu Pertiwi ini dan memeluk NKRI. Tentu di tengah perjalanan ini ada suka dukanya juga. Intinya sekarang dia sudah berhasil melewati itu semua.

Marifah dengan cadar wajah bukan bermaksud dirinya masih belum hijrah dari terorisme. Cadar hanyalah sebatas fashion yang tidak ada kaitannya dengan ideologi yang dipahami sekarang. Dia sudah bertobat dan yang terpenting hatinya sudah menyesal dan kembali ke jalan yang benar.

Cerita perjalanan teologis Marifah dapat dijadikan pelajaran bagi bangsa ini. Agar bangsa ini tidak mudah terjebak dalam jurang terorisme. Kesalahan yang dilakukan Marifah hendaknya tidak dilakukan kembali oleh bangsa ini. Cerita ini mungkin dapat dijadikan bekal untuk berhati-hati dari kejahatan terorisme.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita mantan napi teroris Marifah Hasanah yang dimuat di media online Detik.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru