27.8 C
Jakarta

Parade Kezaliman Ormas Radikal di Bulan Ramadan

Artikel Trending

Milenial IslamParade Kezaliman Ormas Radikal di Bulan Ramadan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Setiap acara pasti menginginkan suatu tujuan. Orang-orang eks HTI dan FPI, membuat acara dengan tema “Parade Kezaliman Jelang Ramadhan, Indonesia Hendak Dibawa Kemana?” melalui Youtube khilafahchannel, adalah agenda yang bertujuan untuk memashurkan wacana khilafah.

Tengku Zulkarnain, M. Ismail Yusanto, Munarman, Ahmad Yani, adalah pembicara, yang sejak dulu kala menginginkan Indonesia berganti bentuk menjadi NKRI Bersyariah versi Munarman (FPI). Dan berganti menjadi negara Islam atau Khilafah versi Tengku Zulkarnain, M. Ismail Yusanto (HTI). Bagian itu yang hendak mereka wartakan.

Parade Kezaliman Ormas Radikal

Dalam setiap acara pasti mereka mengisukan “kezaliman” seperti tema yang mereka angkat. “Kezaliman” menjadi tema romantisme mereka (anggota HTI dan FPI) untuk memberi label bahwa umat Islam selalu direndahkan oleh otoritas. Tak tanggung, mereka mengatakan bahwa banyak pihak yang ingin Islam disingkirkan dan dimojokkan.

Itulah yang HTI dan FPI sebut sebagai kado pahit bagi umat Islam menjelang Ramadan. Meski di bulan Ramadan, sebut mereka, ada upaya penyingkiran umat Islam. Para nasionalis, kata HTI, seperti takut kepada kebangkitan umat Islam. Hingga, akhirnya, menurut M. Ismail Yusanto, pemerintah mengambil jalan cepat, yaitu dengan mengkriminalisasi tokoh-tokoh umat Islam. Membubarkan ormas Islam.

“Kesemrautan Indonesia” adalah tema atau sinopsis yang digelorakan setiap acara-acara HTI dan FPI. Jika dilihat secara seksama, mereka ingin menjebak masyarakat luas dengan isu murah itu, yang sebenarnya tidak laku di Indonesia. Ketidakadilan, dan ketidaksejahteraan, pasti ada dalam setiap negara. Tapi mengatakan bahwa Indonesia adalah negara “gagal” dan “zalim” yang mencoba menyingkirkan umat Islam dengan balutan “nilai Ramadan”, adalah ketidakadilan dan kezaliman itu sendiri.

Parade kezaliman bukan hanya dalam bentuk tindakan radikal dan membunuh orang lain dengan bom bunuh diri. Parade kezaliman bisa berbentuk fitnah, dan hasut, dalam rangka untuk menjebloskan orang kepada tujuan pragmatisnya: Khilafah. Inilah sesungguhnya, parade kezaliman ormas radikal di Ramadan.

Parade Ramadan Parade Toleransi

Parade Ramadan sesungguhnya baik bila diisi parade toleransi. Menumbuhkan sikap toleran, tanpa hasut adalah langkah baik mengisi bulan Ramadan. Tak terkecuali pada ormas manapun. Jin pun, bila mau, dia patut menyuburkan rasa toleran kepada siapa pun.

BACA JUGA  Indoktrinasi HTI di Taman Mini, Bagaimana Melawannya?

Sebab, toleran dalam bahasa arab disebut al-tasamuh merupakan salah satu ajaran inti Islam yang sejajar dengan ajaran lain, seprti kasih (rahmat), kebijaksanaan (hikmat), kemaslahatan universal (maslahat ummat), keadilan (adl). Ajaran toleransi itu adalah syarat yang tak bisa dibatalkan, sebab boleh disebut bersifat transhistoris, trans-ideologis, dan lainnya.

Semua umat Islam wajib bertoleransi sebagaimana disebut dalam banyak ayat Al-Quran. Perbedaan yang ada tidak menjadi penghalang untuk merajut persaudaraan antar sesama manusia. Bahkan, Nabi Muhammad juga lahir karena untuk bertoleransi. Nabi bertoleransi tidak hanya untuk gologan, etnis, dan agama tertentu saja, melainkan sebagai rahmat al-alamin.

Kendati, tak ada alasan bagi kita untuk tidak bertoleransi bahkan untuk membenci orang lain. Al-Quran menyuruh untuk tidak membenci tuhan-tuhan agama lain, sebagaimana dalam ayat: “Janganlah kalian memaki-maki sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dangan melampaui batas tanpa pengatahuan. Demikianlah kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitahukan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS al-A’am [6]: 108).

Ayat di atas menunjukkan bahwa kita sesama manusia harus saling melindungi, meski berbeda secara sesembahan. Berbeda secara partai dan haluan ideologis-teologis. Islam tidak pernah membenarkan seseorang mengganggu sesembahan orang lian. Dengan kata lain, pemaksaan dalam perkara agama, di samping bertentangan dangan harkat martabat manusia sebagai makhluk berakal, juga berlawanan dengan ajaran Al-Quran.

Kendati demikian, sampai di sini, sudah jelas bahwa manusia tidak ada kewenangan untuk mengentervensi keimanan dan pilihan seseorang. Hanya Tuhan yang berhak menilai benar dan tidaknya keyakinan orang. Tetapi memberantas parade radikal dari hasut fitnah keji di bulan Ramadan ini, oleh kelompok radikal macam FPI dan HTI, adalah pilihan yang tak bisa kita tinggalkan.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru