27.6 C
Jakarta

Antara Hoax dan Terorisme

Artikel Trending

Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Negara Indonesia sedang sedang digempur pesta politik. Kubu satu dan kubu lain saling berambisi menggapai kekuasaan. Optimisme memompa andrenalin untuk terus melangkah, tanpa rasa takut, dan tidak berkecil hati.

Ambisi seringkali membutakan politikus mengejar apa yang diinginkan. Tidak sedikit politikus terjebak menggunakan cara-cara negatif yang tidak diperbolehkan. Cara-cara negatif yang ngetrend di era kekinian adalah hoax dan terorisme.

Beberapa hari silam Indonesia digempur isu hoax dibasmi dengan undang-undang terorisme. Ada sebagian yang setuju, ada sebagian lain yang menyangkal. Saya ingin menyebutkan bahwa hoax dan terorisme adalah dua sosok yang sama, sementara yang membedakan antar masing-masing adalah kedoknya. Kesamaan keduanya disebutkan dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 8 yang berbunyi: Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.

Ayat 8 tersebut menyebutkan salah satu ciri-ciri pelaku hoax, yaitu ketidakserasian antar kata lisan dan kata hati. Mereka mengatakan apa yang tidak sebenarnya. Lisan berkata beriman, sementara hati menyangkal apa yang diucapkan.

Kelincahan lisan dan tangan dalam menyampaikan informasi kepada orang lain sedikit banyak merobohkan persatuan umat, memperkeruh keharmonisan persaudaraan, dan mengotori kejernihan berpikir. Terus, apa hubungan hoax dengan terorisme?

Bila hoax menodai Islam, terorisme pun demikian, bahkan lebih daripada itu. Ayat 8 tersebut yang menggambarkan hoax memiliki kelanjutan ayat yang menjelaskan tindakan terorisme. Dalam studi Al-Qur’an, keterkaitan dua ayat tersebut dikenal dengan sebutan “Munasabah”. Disebutkan dalam al-Baqarah ayat 11-12: Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.

Pada ayat 11-12 digambarkan karakter terorisme, yakni gemar berbuat kerusakan di muka bumi, padahal Tuhan menghendaki semesta ini dipelihara keindahannya, karena menjaga semesta merupakan cerminan syukur manusia kepada Tuhan-Nya. Pengrusakan merupakan bentuk kekufuran, yakni tidak mensyukuri nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada makhluk-Nya.

BACA JUGA  Definisi Hari Tenang di Tengah Maraknya Kampanye di Media Sosial

Di sisi lain, terorisme pada ayat 11 diungkapkan dengan kata ganti “hum (mereka)” yang merefes kepada kata “man (orang)” yang munafik pada ayat 8. Terorisme merupakan penyakit kronis yang diawali dengan perbuatan hoax. Hoax yang mengotori hati dapat mengantarkan pelaku cenderung bertindak ekstrem, seperti bom bunuh diri, bom tempat ibadah, dan seterusnya.

Tindakan teroris sejatinya telah membutakan atau membohongi kata hatinya yang menghendaki perdamaian, kesejahteraan, dan keselamatan. Apalagi, teroris seringkali mengatasnamakan agama. Mereka merasa bahwa tindakan teror dengan membasmi diskotik, pihak yang tidak menghendaki khilafah, dan tempat ibadah non-muslim merupakan pilihan yang benar dan dikehendaki Allah dan para utusan-Nya. Padahal, Allah dan rasul-Nya mengutuk terorisme, karena terorisme bukan spirit Islam. Islam menghendaki perdamaian sebagaimana membekas dalam arti kata “al-islam” yang diambil dari kata “salam“, keselamatan.

Thus, hoax adalah penyakit kecil yang dapat mengantarkan pelakunya mengidap penyakit kronis, yaitu terorisme. Maka, dengan demikian, hindari dan amputase perbutan hoax dan terorisme pada diri kita. Obatilah penyakit ini dengan mengonsumsi pesan Islam yang mencintai perdamaian dan kesejahteraan.[] Shallallah ala Muhammad!

[zombify_post]

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru