28.2 C
Jakarta

Muhammadiyah Minta Pemerintah dan Masyarakat Kuatkan Moderasi Ekstrimisme

Artikel Trending

AkhbarNasionalMuhammadiyah Minta Pemerintah dan Masyarakat Kuatkan Moderasi Ekstrimisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia adalah Muhammadiyah. Ormas ini terus mendorong moderasi ekstrimisme yang tumbuh di Indonesia. Sebab ekstremisme ini cenderung melibatkan anak-anak muda.

“Sejak awal Muhammadiyah mendorong moderasi ekstrimisme, bukan deradikalisasi. Ini kami sampaikan di berbagai forum,  baik nasional maupun Internasional,” kata Sekrtetaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti dalam diskusi Empat Pilar MPR RI tentang “Menangkal Penyusupan Paham Ekstremisme di Kalangan Kaum Muda” di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (26/4/2021).

Mu’ti mengatakan, Muhammadiyah mengikuti berbagai berbagai kesepakatan internasional, bahwa istilah yang dipakai itu adalah ekstrimisme bukan radikalisme.

“Dalam diskusi internasional yang meraka gunakan itu ada violent extremism dan non violent extremism. Nah Muhammadiyah menggunakan istilah itu, karena dari sisi analisis dan juga dari sisi identifikasinya lebih mudah. Ini mudah kita jelaskan ketimbang dengan istilah radikalisme,” katanya.

Dalam kontek violent extremism, lanjut Mu’ti, ternyata faktor yang memang dominan itu adalah ideologi. Artinya, mereka yang terpapar ekstrimisme itu tidak berarti kelompok yang secara ekonomi tidak diuntungkan,  tetapi memang kelompok yang memiliki aspirasi-aspirasi tertentu,  baik menyangkut idealisme bentuk negara maupun idealisme politik dan berbagai idealisme anti negara yang lainnya.

Ekstremisme Menyasar Kalangan Milineal

Menurutnya, kemunculan ekstrimisme di Indonesia yang juga menyasar kalangan milenial dapat kita amati dari sudut pandang sisologi. Kelompok muda ini adalah kelompok yang memang dia dalam masa mencari jati diri dan mencari identitas. Dalam proses mencari jati diri ini, ketika mereka tidak mendapatkan bimbingan dari guru atau dari tokoh atau dari media yang memang bisa membawa mereka pada track yang benar, maka mereka akan mudah terpengaruh paham ekstrimisme.

Mereka juga terkadang mengalami problem dalam memahami Pancasila. Kekurangan pengetahuan tentang Pancasila itu kemudian berkelindan dengan kurangnya contoh keteladanan dari para tokoh. Akhirnya mereka menemukan contoh ideal heroisme dari tokoh-tokoh yang mereka anggap bisa menjawab kerisauan mereka  dalam pencarian makna dan jati diri.

“Kurangnya contoh itu dan kemudian observasi terhadap realitas yang menurut mereka bertentangan dengan idealisme mereka, itulah yang kemudian menjadi pembenar untuk mereka melakukan sesuatu,” katanya.

BACA JUGA  Presiden Minta Pemerintah Kuatkan Sinergi Melawan Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme

Penyebab ekstrimisme lainnya, kelompok generasi muda kurang memiliki ruang ekspresi. Mereka lebih banyak terkurung oleh gadget dan komputer, kurang berkesempatan untuk mengekspresikan dirinya dalam bentuk karya,  apakah karya ilmiah,  karya seni, olah raga, dan sebagainya.

Anak Muda Terpengaruh Radikalisme Melalui Media Sosial

Waktu mereka sekarang sebagian besar itu habis di ruang tertutup. Mereka lebih asik menggunakan gadget  dan menyendiri di kamar daripada berinteraksi dengan teman sebaya.

“Sehingga ruang-ruang aktualisasi itu perlu kita buka  untuk mereka bisa bertemu dengan teman sebaya secara fisik, dibanding dengan bertemu sebaya secara virtual,” katanya.

Menurut Mu’ti perlu ada bagaimana negara mengatasi atau secara sadar dan sungguh-sungguh menjadikan violent extremism dan terorisme ini menjadi masalah bersama.

“Sekarang ini kan pendekatannya pendekatan eksternal dan formal, bahkan pendekatan proyek. Kalau seperti ini terus tidak akan berhasil. Perlu ada pendekatan semesta partisipatif ,” tutur Mu’ti.

Pendekatan semesta partisipatif adalah membangun sebuah kesadaran kolektif,  bahwa kekerasan berbasis ekstrimisme dan terorisme ini masalah bersama. Bukan hanya masalah BNPT dan Densus.

“Kemudian dorong juga berbagai komunitas, seperti olahraga, seni, budaya, musik, agama, termasuk wartawan untuk menjadi bagian dari langkah semesta partisipatif itu,” tutupnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru