29 C
Jakarta

Menangkal Radikalisme Terorisme dengan Implementasi Nilai-nilai Pancasila

Artikel Trending

KhazanahPerspektifMenangkal Radikalisme Terorisme dengan Implementasi Nilai-nilai Pancasila
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Radikalisme terorisme bukanlah masalah sepele yang dihadapi bangsa Indonesia. Ia merupakan masalah yang kompleks karena melibatkan jaringan-jaringan dan gerakannya terorganisir. Para agennya bergerak di berbagai lini kehidupaan bangsa. Mereka menolak nilai-nilai pancasila.

Ajaran dan doktrin yang mereka tanamkan selain terorganisir juga sangat kuat. Ini terbukti anggota dari agen gerakan garis keras  atau radikalis banyak yang melakukan aksi terorisme hingga melakukan bom. Selain merugikan diri sendiri juga merugikan orang lain.

Butuh langkah yang strategis untuk menangkal dan membendung radikalis terorisme. Radikalisme dan terorisme tidak hanya di atasi ketika sudah terjadi aksi teror atau pengeboman layaknya pemadam kebakaran. Namun, bagaimana mencegah sebelum aksi-aksi tersebut terjadi di lapangan. Mencegah agar aksi-aksi tersebut tidak sampai terjadi. Kalau perlu dibasmi sampai ke akar-akarnya.

Memang selama ini sasaran rekrutmen anggota agen-agen gerakan garis keras ialah orang-orang yang berpemahaman agama yang sedikit atau dangkal; tetapi mempunyai semangat belajar agama yang berapi-api. Ini dimanfaatkan betul oleh para agen gerakan garis keras untuk mendoktrin dan menanamkan ajaran-ajaran agama yang keras. Termasuk dalam memahami makna jihad. Hingga akhirnya membunuh orang bukanlah sebuah dosa, bahkan kewajiban. Alangkah riskannya.

Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Menagkal Radikalisme terorisme

Salah satu cara yang tepat untuk menangkal dan mencegah gerakan radikalisme-terorisme ialah dengan implementasi nilai-nilai Pancasila. Mengapa Pancasila? Pancasila merupakan ideologi dan dasar negara yang bersumber dari kearifan lokal (budaya bangsa) dan mengakomodir keragaman. Nilai-nilai Pancasila sangat sarat makna perdamaian, keadilan dan religiusitas.

Menurut Franz Magnis-Suseno (2011: 116-117), arti Pancasila sangatlah mendasar karena dua hal. Pertama karena kekhasan nasionalisme bangsa Indonesia, dan kedua karena pluralitas (kebhinnekaan) bangsa Indonesia. Persatuan bangsa Indonesia tidak bersifat etnik (tidak hanya satu bahasa seperti Jerman atau satu wilayah seperti Korea); melainkan etis (memiliki pengalaman yang sama hingga timbul hasrat membangun masa depan). Sementara pluralitas di Indonesia sangatlah besar.

Selain itu, pluralitas budaya, bahasa, geografis, agama, dan penghayatan keagamaan. Maka kebangsaan Indonesia jangan pernah taken for granted. Tetapi perlu dipelihara. Jika hakekat Indonesia adalah plural, maka persatuannya hanya tangguh jika semua pihak ingin bersatu. Dan dasar dari pluralisme Indonesia adalah kemampuan untuk menerima dalam perbedaan, menghormati identitas kultural, etnik, dan agama setiap komponen bangsa.

BACA JUGA  Salah Fatal Para Radikalis Memahami Ayat-ayat Perang, Lawan!

Tetapi banyak pihak yang ingin mengganti Pancasila dengan alasan bila pancasla itu kafir, thogut dan tidak islami. Justru padahal Pancasila itu sangat islami. Sila pertama itu senada dengan Q.S Al-Ikhlas ayat 1. Dan sila-sila selanjutnya merupakan dimensi turunan setelah hubungan vertikal seorang hamba dengan Allah; yakni relasi horizontal sosial seorang manusia dengan manusia.

Saya kira soal itu tidak perlu diperdebatkan lagi. Persoalannya tinggal bagaimana Pancasila benar-benar menjadi pandangan dan prilaku hidup sehari-hari bangsa ini. Bagaimana nilai-nilai Pancasila terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga Pancasila tidak berhenti pada tataran wacana semata.

Nilai-nilai Pancasila

Ingat setiap sila Pancasila menyiratkan nilai-nilai yang urgen. Sila pertama mengjarkan kita untuk menghargai orang yang berbeda keyakinan dengan kita. Kebebasan memeluk agama. Sila kedua mengajak kita untuk memuliakan manusia. Kita semua adalah saudara meskipun berbeda suku, ras dan etnis. Hingga akhirnya menjadi masyarakat yang beradab.

Sila ketiga, menujukkan pentingnya persatuan. Menekankan kekeluargaan, gotong royong dan nasionalisme. Sila keempat mengandung sebuah nilai tentang arti penting. Ya. Sebuah musyawarah  sebagai sarana untuk memecahkan masalah demi mencapai mufakat atau arti penting dari demokrasi.

Dan sila terakhir bermakna bila sebuah keadilan dan kesejahteran sosial adalah hak setiap warga negara. Kesewenang-wenangan dan penindasan suatu pihak terhadap pihak lain harus dihapuskan. Untuk itu semua pihak-pihak harus memperjuangkannya.

Nah, sangat penting untuk memahami nilai-nilai Pancasila di atas kemudian mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika Pancasila sudah menjadi karakter dan etika sosial maka secara otomatis ideologi radikalis dan teroris akan tereliminir dengan sendirinya. Karena nilai-nilai Pancasila adalah tameng untuk menangkis penyakit ini. Dan Pancasila juga merupakan kristalisasi dari kearifan lokal dan budaya bangsa yang tidak berseberangan dengan agama. Mari implementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Ahmad Solkan
Ahmad Solkan
Penulis lepas, Alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru