28.9 C
Jakarta

Yordania Khawatirkan Kondisi Palestina yang Semakin Terancam

Artikel Trending

AkhbarInternasionalYordania Khawatirkan Kondisi Palestina yang Semakin Terancam
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Amman – Kerajaan Yordania khawatir hubungan Arab Saudi dengan Israel yang mulai “mesra” dapat mengancam hak pengelolaannya atas Masjid al-Aqsa, salah satu situs tersuci Islam di Yerusalem. Kunjugan ini ada hubungannya dengan Kondisi Palestina.

Kecemasan pihak Amman itu muncul setelah kunjungan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu ke Saudi dan melakukan pertemuan dengan Putra Mahkota Mohammad bin Salman (MBS). Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan membantah adanya pertemuan itu. Namun, seorang penasihat senior Saudi dan pejabat Israel membenarkan adanya pertemuan itu.

Yordania mengkhawatir hilangnya hak pengelolaan Masjid al-Aqsa karena pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mencoba mengamankan kebijakan regionalnya yang pro-Israel di minggu-minggu terakhir kekuasaannya.

Kementerian Luar Negeri Yordania dalam sebuah pernyataan pada Rabu malam menentang upaya untuk mengubah status quo historis dan hukum masjid tersebut. “Kerajaan akan melanjutkan upayanya untuk melindungi dan merawat masjid, dan mempertahankan hak semua Muslim untuk itu sesuai dengan hak asuh Hashemite atas situs suci Muslim dan Kristen Yerusalem,” kata juru bicara kementeriaan tersebut, Daifallah al-Fayez, seperti dikutip The Guardian, Jumat (27/11/2020).

Pernyataan itu menyusul seruan Raja Yordania Abdullah II untuk melindungi sistus-situs suci Yerusalem dan kondisi Palestina secara umum. Raja Abdullah II adalah seorang anggota Dinasti Hashemite yang telah memerintah situs-situs Yerusalem—yang dikenal sebagai Haram al-Sharif—sejak 1924. Pada tahun tersebut Dinasti al-Saud di Arab Saudi diberi kendali atas Makkah dan Madinah.

BACA JUGA  Netanyahu Perintahkan Tentara Bersiap Evakuasi Warga Sipil dari Rafah Gaza

Pengawasan Masjid al-Aqsa dan Dome of the Rock (Kubah Batu) di Yerusalem telah menjadi sumber utama legitimasi bagi penguasa Dinasti Hashemit yang berkuasa di Yordania selama hampir satu abad, sebelum pembentukan negara Yordania dan Israel dan berlaku selama tujuh dekade yang penuh gejolak kebuntuan, perang, dan akhirnya melakukan perdamaian. Dalam seperempat abad sejak kedua belah pihak meresmikan hubungan, pakta tersebut telah menjadi pusat stabilitas kesepakatan.

Para pemimpin Yordania sekarang takut Donald Trump, wakil presidennya; Mike Pence, dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, bersama dengan PM Netanyahu, mungkin tergoda untuk mengubah dinamika itu dengan menawarkan situs-situs tersebut ke Arab Saudi sebagai inti dari kesepakatan normalisasi hubungan Israel-Saudi. Dampak dari langkah seperti itu akan mengecilkan pakta yang ditandatangani dalam beberapa pekan terakhir antara Israel, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain.

Menghangatnya hubungan antara Arab Saudi dan Israel telah mendekati bagian atas daftar keinginan presiden Trump soal kebijakan Timur Tengah-nya, seperti memperkuat Riyadh dengan mengorbankan musuhnya Iran.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru