31.7 C
Jakarta
Array

Yang Suka Mengkafirkan Cenderung Tidak Punya Guru Panutan

Artikel Trending

Yang Suka Mengkafirkan Cenderung Tidak Punya Guru Panutan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Harakatuna.com. Rembang-Haraka Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang menyelenggarakan acara Tasyakuran Khataman Tafsir Al-Jalalain yang diampu oleh KH Syarofuddin IQ pada Ahad (13/1) lalu. Kegiatan yang diadakan di halaman pesantren tersebut menghadirkan KH Ubaidullah Shodaqoh untuk menyampaikan mauidzah hasanah.
Kiai Ubaid menjelaskan kepada para hadirin bahwa saat ini banyak sekali orang yang menganut Islam gaya baru. Menurutnya, kelompok ini adalah mereka yang menyatakan dirinya baru hijrah, akan tetapi memiliki kebiasaan suka menyalahkan yang tidak sepemikiran dengan mereka.
“Mereka adalah orang-orang yang baru hijrah. Namun suka menyesatkan bahkan mengafirkan yang lainnya,” jelasnya.
Rais PWNU Jawa Tengah ini mengatakan bahwa mereka biasanya tidak memiliki guru. Kalau pun ada, guru mereka tidak memiliki guru. “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak punya guru. Jika punya guru, gurunya tidak punya guru,” ucapnya.
“Meskipun yang dibaca Al-Qur’an, meskipun yang dibaca hadis, akan tetapi tidak sesuai dengan Nabi Muhammad. Tidak ada di pesantren istilah santri otodidak. Santri itu ilmunya berasal dari gurunya,” imbuhnya.
Kiai Ubaid mengingatkan kepada para santri agar senantiasa belajar dengan adanya guru. Hal ini dikarenakan jika seseorang tidak memiliki guru, kemungkinan besar akan menjerumuskan orang lain.
“Orang yang belajar tanpa guru itu nanti akan tersesat dan menyesatkan lainnya. Maka para santri harus berhati-hati. Oleh karena itu, jika kalian pintar membaca kitab, mintalah ijazah dari guru dan kiai kalian,” pesannya.
Kiai asal Semarang ini mengibaratkan ilmu yang tidak memiliki sanad seperti halnya obor yang bisa memberikan penerangan, namun jika bahan bakarnya habis akan menyesatkan pembawanya.
“Ilmu yang tanpa sanad hingga Rasulullah, maka akan seperti halnya obor. Bisa memberikan penerangan, namun jika kehabisan bahan bakar akan membuat pembawanya tersesat, tersandung-sandung,” jelasnya.
Namun jika seseorang memiliki sanad, itu seperti orang yang penerangannya menggunakan tenaga listrik. Akan tetap hidup dan tidak akan habis.
“Guru-guru, para kiai itu ibarat kabel. Kabel yang menghubungkan kepada Allah. Oleh karena itu, kita wajib menghormati guru-guru dan kiai kita menghormati mereka semua. Insyaallah ilmu santri akan terus menerus menerangi umat,” pesan Kiai Ubaid.
“Maka dari itu, kita harus mendoakan para guru kita,” pungkasnya. (Hanan/Fathoni)
Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru