Dengarkan artikel ini
Harakatuna.com. – Bulan Rabiul Awal merupakan bulan istimewa bagi umat Muslim. Bagaimana tidak, pada bulan ini lahir manusia agung bernama Muhammad. Ada beberapa pendapat perihal tanggal kelahirannya, yang paling populer adalah Muhammad lahir pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun 571 Masehi.
Setiap memasuki bulan maulid, umat Islam khususnya di Indonesia bersuka cita menyambut bulan kelahiran sang Nabi. Beragam kegiatan pun diadakan seperti pawai, pengajian dan lainnya sebagai ekspresi kegembiraan atas datangnya Sang Purnama. Yang paling lazim dilakukan adalah pembacaan maulid (maulid Barjanji, Simtudurar, Diba’i dan yang lainnya) baik di masjid, mushala, dan tempat lainnya.
Berbagai acara yang dilakukan umat muslim dalam rangka memperingati kelahiran baginda Nabi Muhammad Saw itu merupakan ekspresi kecintaan umat kepada sang pemberi syafaat. Mereka melantunkan shalawat berharap mendapat curahan rahmat dan syafaat kelak di hari kiamat.
Terlepas dari aneka macam kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperingati hari kelahiran nabi, ada hal yang sangat penting dari sekedar peringatan yang bersifat rutinitas, yaitu meneladani akhlak sang nabi dalam kehidupan sehari-hari.
Meneladani Akhlak Nabi
Tidak cukup rasanya mengaku mencintai nabi tapi perilakunya jauh dari yang diajarkan nabi. Aneh rasanya jika ada orang yang cukup rajin mengikuti acara maulid tapi perilaku kesehariannya tidak mencerminkan akhlak nabi. Cinta tidak cukup diucapkan dengan kata-kata, cinta perlu dibuktikan lewat tindakan dan perbuatan. Wal hasil, mencintai nabi tidak cukup hanya dengan rajin mengikuti acara maulid, tetapi harus dibuktikan dengan cara meneladani akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari. Karena meneladani akhlak nabi merupakan poin utama dari peringatan maulid.
Oleh: Husni Mubarok
