26.8 C
Jakarta

Yang Membuat Habib Rizieq Syihab Menderita Adalah Kekurangajaran Pengikutnya

Artikel Trending

Milenial IslamYang Membuat Habib Rizieq Syihab Menderita Adalah Kekurangajaran Pengikutnya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Beberapa waktu lalu, putusan hakim untuk Habib Rizieq Syihab, dalam kasus pelanggaran prokes, ringan. Bulan Juli mendatang, harusnya ia sudah bebas. Ternyata itu putusan satu kasus saja. Kasus lainnya, kabar bohong terkait hasil tes swab Covid-19 di RS Ummi, Bogor, justru berat. Ia akan menetap di penjara selama empat tahun. Imam Besar FPI menderita lantaran banyak kasus. Tetapi siapa menyangka bahwa itu semua karena kekurangajaran pengikutnya sendiri?

Duduk persoalannya adalah, kita harus menyinyalir kepentingan-kepentingan yang ada di bawah nama besar Habib Rizieq. Ia punya massa, lalu kepentingan politik merapat padanya. Sang Imam Besar diseret-seret konfrontasi, dan FPI yang awalnya damai dan concern mengonter Wahabi-Takfiri berbalik arah—berteman dengan mereka dalam rangka menentang pemerintahan. Alur politik(us) ini sudah lama, dan ujungnya adalah hari ini; ia mendekam di penjara.

Lalu bagaimana dengan pengikutnya yang merupakan politikus oposan oportunis?

Semuanya menghilang. Setelah markas FPI terlarang, pesantrennya juga demikian, dan Sang Imam Besar dipenjara, ia benar-benar sendiri tanpa massa yang signifikan. Yang tersisa adalah pengikut jalanan, massa akar rumput yang tidak punya kekuatan apa-apa kecuali arak-arakan di jalan: demonstrasi yang tak berarti. Fahri Hamzah, Fadli Zon, Yusuf Martak, Slamet Maarif, bahkan Amien Rais, semuanya pergi laiknya mati. PA 212 tidak ada kabar. Habib Rizieq menderita. Ia benar-benar telah ditinggalkan.

Siapa yang tidak kasihan melihat Habib Rizieq hari ini? Ia adalah korban pragmatisme politik: dirangkul-disanjung ketika dibutuhkan, tetapi ditendang ketika tidak berguna lagi. Tetapi para pengikut akar rumput tidak sadar-sadar, dan pemerintah terus mereka salahkan. Bahwa rezim ini zalim, komunis PKI, anti-Islam, dan sebagainya. Para politikus berandal telah pergi dari Habib Rizieq, tapi narasi kebenciannya masih pengikutnya pelihara. Seolah, ia menjadi imam besar kebencian.

Imam Besar Kebencian

Semua orang mengakui, Habib Rizieq adalah seorang ahlussunnah. Ia tidak bercita-cita mengganti sistem pemerintahan, hanya memasukkan syariat yang menurutnya belum ada dalam implementasi sistem kita. Ketika ia hari ini harus hidup di sel tahanan, respons menyalahkan otoritas kebijakan menjadi sasaran kebencian. Habib Rizieq, pada saat bersamaan, ternyata juga terlena dengan sanjungan-rangkulan pragmatis para politikus, lalu jadi Imam Besar yang penuh kebencian.

Setiap teriakan Sang Imam Besar yang lantang kemarin melahirkan kebencian akut: mengajari umat untuk memusuhi pemimpinnya sendiri. Para pengikutnya yang polos, terutama yang berasal dari kampung-kampung, yang mudah tergerak, semangat demo dan ingin perang meski tidak paham duduk perkaranya, bertindak melampaui batas—untuk tidak mengatakan kurang ajar. Kemarin, mereka kembali demo arak-arakan. Siapa yang laik disalahkan?

Keadaan tidak akan membaik, selama di dalam diri Sang Imam Besar, kebencian terhadap pemerintah terus menggebu-gebu. Selama itu pula, ia akan menderita lantaran pengikutnya yang tidak terkontrol oleh kebenciannya sendiri. Habib Rizieq boleh bangga karena para pengikut mengelukannya sebagai pahlawan umat Islam, tetapi sanjungan itu palsu. Mereka tengah dimanfaatkan elite politikus oposan yang sama sekali tidak punya kepentingan dengan Islam kecuali kepentingan pinjam nama.

BACA JUGA  Maraknya Konten Ekstrem-Radikal di Media Digital yang Wajib Dimatikan

Kebencian saling bertransmisi. Dari Habib Rizieq ke petinggi ormasnya, ke elite oportunis, ke pengikutnya di akar rumput. Empat tahun lagi Habib Rizieq bebas, ia akan mendekam di penjara lagi jika ia terus menjadi Imam Besar kebencian. Ia yang memantik permusuhan dan perpecahan harus mendapat tindakan terukur. Penjara adalah jalan terakhir meredam massa. Mau sampai kapan ia bolak-balik penjara oleh kesalahannya sendiri sambil menyalahkan pemerintah?

Solusi Habib Rizieq

Singkatnya solusi adalah kesadaran Habib Rizieq bahwa selama ini, oleh para politikus yang kini menghilang, ia sudah ditipu. Tidak ada alasan lagi untuk bertindak angkuh. Alih-alih menyelesaikan persoalan, ia justru sedang menenun penderitaannya sendiri untuk waktu yang lama. Jika di dalam hati Sang Imam Besar ada rasa puas karena merasa menegakkan kebenaran, ia harus menyadari bahwa cara yang ia pakai, yaitu mengumpat dan menghina, bukanlah akhlak yang baik.

Habib Rizieq perlu mengingat situasi yang lalu, misalnya ketika ia sepanggung dengan Habib Syech, para tokoh NU, juga sejumlah pejabat pemerintah. Damai. Tidak ada saling-caci. Ia justru aktif mengkritik dai-dai yang suka membid’ahkan dan mengafirkan orang lain. Tidak ada yang berpikir bahwa kini keadaannya berubah total. Habib Rizieq justru lebih senang bergandengan dengan orang-orang tidak benar dari kalangan pengikutnya yang banyak kurang ajar.

Semua ingin mencari solusi terbaik. Tetapi arak-arakan massa, seperti saat sidang putusan pengadilan kemarin, tidak ada gunanya sama sekali. Lebih-lebih sekarang Covid-19 melonjak tajam di Jakarta, seharusnya para pengikut yang sukanya rombongan itu menaati prokes. Bayangkan jika nanti ada indikasi bahwa Habib Rizieq terkena sanksi tambahan karena mengundang kerumunan massa, bisa bertambah masa tahanannya. Dan itu karena kekurangajaran siapa, kalau bukan pengikutnya sendiri?

Dalam hal ia adalah zuriyah Nabi, kita harus menghormatinya. Pemerintah, melalui putusan hakim, juga mempertimbangkan ketokohan Habib Rizieq. Persidangan berlangsung adil. Kalau pun ada yang menghina Habib Rizieq, pasti itu adalah oknum bodoh, bukan representasi pemerintah. Yang jadi masalah adalah, pengikut Habib Rizieq justru menggeneralisasi itu semua sebagai ulah pemerintah, lalu bertindak di luar batas.

Kapan para pengikut tersebut berhenti kurang ajar kepada, dan demi, Sang Imam Besar sendiri?

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru