30 C
Jakarta
Array

WFP: Konflik Timur Tengah Lebih Parah Ketimbang Bencana Tsunami di Indonesia

Artikel Trending

WFP: Konflik Timur Tengah Lebih Parah Ketimbang Bencana Tsunami di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Suriah – Direktur Regional Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Tengah dan Eropa Timur World Food Programme ( WFP) Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) Muhannad Hadi mengatakan situasi di Timur Tengah semakin parah akibat konflik berkepanjangan.

“Situasi di Timur Tengah makin parah, sangat disayangkan kita melihat makin banyak warga menderita yang dikarenakan krisis yang dibuat manusia sendiri, ini lebih dari tsunami, ini tsunami yang dibuat manusia,” kata Hadi kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (22/1/2019).

Hadi mengatakan rakyat yang paling menderita akibat peperangan berada di Yaman, Suriah, dan Libya.

Makin banyak ibu dan anak kelaparan serta kekurangan gizi. Tercatat setidaknya 85.000 anak yang mati karena kelaparan dan kekurangan gizi akibat perang.

Kondisi yang makin parah ini terlihat sejak munculnya gerakan Arab Springs satu dekade lalu.

“Kebutuhan pangan meningkat dua kali lipat sejak 2008,” kata Hadi.

Kebutuhan bantuan pangan terbesar saat ini bergeser dari Suriah ke Yaman. Sedikitnya 12 juta warga Yaman yang sehari-harinya mengandalkan bantuan pangan.

Dibutuhkan setidaknya 150 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,1 triliun per bulan untuk memenuhi kebutuhan di Yaman.

“Untuk memahami kelaparan, Anda harus membayangkan sebagai seorang ibu, yang menjelaskan kepada anak-anak Anda kenapa malam ini mereka tidur dengan perut kosong. Kelaparan itu perasaan bagaimana hak asasi Anda dicabut,” kata Hadi.

Hadi yang telah bekerja untuk WFP di daerah-daerah konflik selama 27 tahun terakhir mengaku, ia belum pernah melihat penderitaan sehebat di Yaman, Suriah, dan negara-negara tetangganya.

Kendati demikian, Hadi mengaku tetap optimis akan dicapai cara untuk menyelesaikan konflik pada satu hari nanti.

“Sampai solusi ditemukan, ini kewajiban kami untuk membuat warga bertahan hidup, tetap kuat dan penuh harapan akan keadaan yang lebih baik,” ujar dia.

Kelompok pemberontak Houthi menguasai ibu kota Yaman, Sana’a pada akhir 2014, ketika mereka juga telah menguasai Hodeida dan pelabuhannya.

Keadaan makin parah ketika setahun kemudian, Arab Saudi dan sekutu-sekutunya ikut campur dalam perang untuk mendukung Presiden Yaman Abedrabbo Mansor Hadi melawan Houthi.

Sementara di Suriah, perang saudara berkecamuk sejak 2011 ketika kelompok oposisi ingin menjatuhkan Presiden Bashar al-Assad.

Situasi semakin parah dengan kemunculan ISIS dan intervensi militer dari negara koalisi pimpinan Amerika Serikat.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru