31.8 C
Jakarta

Wawasan Al-Qur’an tentang Berbakti kepada Orangtua

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanWawasan Al-Qur'an tentang Berbakti kepada Orangtua
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kita adalah anak seorang ibu. Tiada manusia terlahir tanpa keterlibatan ibu. Terkecuali manusia pertama Nabi Adam dan istrinya Hawa. Mereka tercipta dari proses yang berbeda.

Keterlibatan sosok ibu yang melahirkan tentu ada sosok ayah yang membuahi indung telur. Kerja sama yang solid, mulai proses penciptaan anak hingga pendidikannya, ibu dan bapak disebut sosok yang memiliki jasa yang besar dalam diri anaknya.

Termasuk anak durhaka bila dia tidak berbakti kepada orangtuanya. Bukankah ada legenda populer Malin Kundang yang menggambarkan kedurhakaan anak kepada orangtuanya? Kendati itu legenda, pesannya dapat dibenarkan. Sederhananya, kisah Malin Kundang berpesan hendaknya manusia berbuat baik dan tidak mendurhakai orangtuanya sendiri, karena azabnya sangat besar.

Allah menyebutkan perintah berbakti kepada orangtua dalam Qs. al-Isra’/17: 23, yang berbunyi: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Ayat tersebut berpesan hendaknya tidak menyekutukan Allah Swt. dengan sesuatupun dan berbakti kepada orangtua. Perintah berbakti pada ayat tersebut menempati posisi kedua setelah larangan syirik. Hal ini mengisyaratkan betapa pentingnya berbakti kepada orangtua. Bahkan, berbakti di sini hendaknya tidak berkata-kata kasar yang dapat menyinggung perasaan orangtua, bahkan menyakiti keduanya.

Quraish Shihab menyebutkan bahwa kata “ihsanan” yang ditemukan dalam Al-Qur’an dan menjelaskan sikap bakti kepada orangtua hampir disandingkan dengan huruf “ba'” yang bermakna “ilshaq” atau kelekatan. Hal ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada orangtua hendaknya selalu melekat dalam diri setiap manusia, tidak ada jarak yang memisahkan. Andai saja kata “ihsanan” disandingkan dengan huruf “li”, maknanya adalah terdapat jarak bagi manusia dalam berbuat baik kepada orangtuanya. Adanya jarak ini memiliki kesan yang kurang baik.

BACA JUGA  Membangun Jakarta ala Anies Baswedan

Kenapa berbakti kepada orangtua itu menjadi keharusan bagi manusia? Karena orangtua, lebih-lebih ibu, miliki jasa yang amat besar bagi masa depan anak. Ayah adalah sosok yang memperjuangkan masa depan anak, mulai dari memilihkan sosok ibu yang baik bagi anaknya kelak hingga menafkahi keberlangsungan hidupnya. Ada sebuah ungkapan yang menyatakan: “Jika Anda menyiapkan calon ibu yang baik, maka Anda menyiapkan generasi yang luhur.”

Sementara, jasa ibu digambarkan dalam Al-Qur’an: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Qs. Luqman/31: 14)

Perjuangan ibu dimulai dari mengandung anak dalam keadaan lemah dan menyapihnya dalam dua tahun. Demikian pesan ayat 14 tersebut. Tidak hanya sampai di sana, orangtua, lebih-lebih ibu mendidik anak dengan harap anaknya tumbuh menjadi orang yang mulia. Karena, di balik keberhasilan anak ada sosok ibu yang hebat yang dipilihkan oleh sosok ayah yang tak kalah hebat juga. Karena itu, sosok ayah hendaknya memilihkan ibu yang tepat dan baik.

Termasuk dari bentuk bakti anak kepada orangtuanya, anak hendaknya mendoakan orangtuanya. Bentuk doa yang terekam dalam Al-Qur’an adalah: Rabbi irhamhuma kama Rabbayani shaghira. Artinya, Tuhanku! Kasihilah keduanya, disebabkan karena mereka berdua telah mendidik aku sewaktu kecil. (Qs. al-Isra’/17: 24). Masihkah kita meragukan jasa orangtua kita? Tunggu apa lagi. Berbaktilah. [] Shallallah ala Muhammad.

[zombify_post]

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru