27.8 C
Jakarta

Wasathiyyah sebagai Antibodi Penangkal Wabah Radikalisme

Artikel Trending

KhazanahPerspektifWasathiyyah sebagai Antibodi Penangkal Wabah Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Wabah virus Covid-19 sudah melanda dunia setahun lebih. Namun, belum ada tanda-tanda kapan mereda. Bahkan, dari hari ke hari jumlah manusia terpapar positif dan meninggal dunia masih kategori tinggi. Pemerintah Indonesia pun akhirnya mengambil sikap memberlakukan PPKM Level 4 hingga 2 Agustus 2021.

Situasi yang cukup genting seperti saat ini tentu jangan membuat kita lengah. Mengingat biasanya, momentum ini juga banyak dimanfaatkan oleh oknum penebar virus radikalisme. Bahkan, mereka tak segan-segan melakukan dengan cara apapun, termasuk melalui pendekatan yang tak kasat mata dengan bermetamorfosis, entah itu menyasar generasi muda lewat narasi di dunia maya.

Sebagai ummatan wasathan tentu kita harus berpikir jernih menyikapi hal ini. Dalam hal ini moderasi beragama bis akita jadikan sebagai antibodi virus radikalisme dan juga dalam upaya mewujudkan herd imunity-nya. Tentunya, dengan sikap wasathiyyah yang patut menjadi pijakan kita.

Adapun nilai-nilai wasathiyah yang patut kita terapkan di antaranya, pertama sikap moderat. Umat yang moderat itu selalu menghindari perilaku yang memihak salah satu pihak dan selalu mengambil jalan tengahnya. Jangan egois, hanya mementingkan kepentingan sendiri atau kelompoknya, melainkan mengedepankan kemaslahatan bersama.

Karenanya, saat menghadapi wabah Covid-19 ini jangan condong hanya dari satu sisi saja dalam bersikap. Misalnya, hanya atas dasar nilai keagamaan saja. Hal ini akan mengakibatkan pemaknaan kita terhadap agama akan sempit secara tekstual semata. Padahal, agama itu harus ramah dan rahmatan lil ‘alamin. Misalnya saja membatasi masjid sementara untuk keselamatan bersama sangat berbeda dengan menghalang-halangi kebebasan beribadah. Di sini ada misi panjang penyelamatan jiwa agar ke depan kita bisa beribadah dengan nyaman dan khusuk.

Kedua, sikap adil. Salah satu syarat menjadi saksi yaitu adil. Saksi yang adil tidaklah mementingkan kepentingan suatu individu atau kelompok. Dan bertindak sesuai dengan takarannya. Kita harus menilainya dari segala sisi, sehingga kita bisa berlaku adil terhadap apapun dan siapapun. Pun demikian dalam menghadapi pandemi ini, kita harus adil memberikan bantuan terhadap korban yang terdampak.

BACA JUGA  Cara Aswaja Merawat Kedamaian dan Menolak Ekstremisme

Ketiga, adanya controlling. Setelah berusaha untuk berlaku adil, kita harus bisa mengontrol terhadap apapun yang terjadi. Mengontrol apakah perbuatan kita sudah sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Di samping itu juga, menghindari dari segala sesuatu yang bisa menyakiti beberapa pihak. Jangan sampai kita malah membuat gaduh dengan memprovokasi untuk menentang aturan PPKM Darurat.

Selain itu, controlling juga bisa dimaknai dengan amar ma’ruf nahi munkar. Jangan atas dasar agama kita egois tidak mempedulikan orang lain. Padahal agama juga mengajarkan kita untuk mentaati pemimpin. Di antaranya Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (Q.S. An-Nisa’ [4]: 59). Lagian, berbagai anjuran yang tertuang seperti kebijakan PPKM adalah demi kebaikan bersama.

Keempat, sabar dan tawakal. Seperti halnya umat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW yang sabar menghadapi bencana, kita pun harus menjadi seorang yang sabar saat menghadapi wabah Covid-19 ini. Sabar itu bukanlah menjadi pribadi yang pasif menerima segala ujian dan cobaan Covid-19 tanpa adanya usaha dan doa.

Kita harus menjadi pribadi yang aktif dengan berusaha dan memohon kepada-Nya untuk memerangi wabah Covid-19. Setelah sudah berusaha semaksimal mungkin, tugas kita selanjutnya adalah tawakal kepada-Nya, karena hanya Dia-lah yang berhak memutuskan kapan wabah ini berakhir.

Kelima, sikap husnudzon. Saat kita telah berusaha semaksimal mungkin untuk menghadapi wabah Covid-19. Dan apabila tak kunjung berakhir kita harus bersabar, dan tawakal, lalu tugas selanjutnya adalah husnudzon atau berbaik sangka terhadap-Nya. Pun demikian, hadirnya aturan PPKM harus kita sikapi dengan selalu berbaik sangka kepada pemerintah.

Dari berbagai nilai-nilai wasathiyah tersebut, tugas kita adalah berusaha untuk selalu mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam menghadapi wabah Covid-19 ini. Umat Islam yang cinta tanah air sudah sepatutnya memperkukuh nilai-nilai wasathiyyah di tengah wabah Covid-19. Lekas pulih bumi.

Suwanto
Suwanto
Pengurus Takmir Masjid Kagungan Dalem, Lempuyangan Yogyakarta dan Pengajar di Pondok Dompet Dhuafa Jogja

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru