31 C
Jakarta

Warning! Madura Darurat Teroris: Islam Tidak Ramah dan Marah-Marah Terus Menjamur

Artikel Trending

KhazanahTelaahWarning! Madura Darurat Teroris: Islam Tidak Ramah dan Marah-Marah Terus Menjamur
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Sebuah informasi yang memcengangkan ketika densus 88 menangkap 2 orang terduga teroris di Kediri dan Sumenep Madura dari jaringan Jamaah Islamiyah (JI) bagian Jawa Timur.

“Telah ditangkap AN di Kecamatan Pare, Kediri, dan MA di Sumenep tadi siang sekitar pukul 11.32 WIB,” ujar Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta Selatan, Selasa (9/11/2021).

Fakta tersebut merupakan informasi yang cukup menjadi kejutan kepada masyarakat Madura yang selama ini dikenal dengan daerah yang ramah, daerah dengan pendidikan pesantren yang kuat, serta berbagai simbol tradisional keislaman yang ramah melekat.

Fenomena tersebut direspon oleh ketua PCNU Pamekasan, Kiai Taufiq Hasyim, M. Pd. I dalam tulisannya yang dilansir melalui pcnu-pamekasan.or.id. Menurutnya, penangkapan teroris di Madura tidak lain bisa dilihat dari beberapa kejadian dimulai pada tahun 2017, serta kejadian yang mengintai setelahnya.

Sebut saja fenomena penghadangan Kiai Ma’ruf Amin, pengajian yang isinya ‘Banser’ halal darahnya, caci maki di atas panggung, syi’ar agama yang isinya orasi kebencian, pernyataan NU Mutanajjis, pernyataan KH Said Aqil sesat, hingga kasus persekusi yang sedang hangat dibicarakan di Sumenep, isu PKI yang muncul tiap September, isu sesat terhadap NU dan Ansor, dan beberapa kasus lain.

Bagi Kiai Taufiq, kejadian diatas menjadi babak baru perjalanan kelompok-kelompok Islam marah-marah yang ada di Madura. Arus pergerakan radikalisme di Madura semakin terlihat kuat dengan adanya  sebuah kalimat yang disampaikan oleh salah seorang tokoh nasional bahwa “sudah terbentuk jaringan poros Jakarta-Madura dalam membangun ideologi Trans-Nasional dan radikalisme dengan dana besar di Madura”.

Madura, NU, Islam Tradisionalis yang begitu kuat

Menyebut NU pada masyarakat Madura, pada sebuah analogi, NU bagi masyarakat Madura bukan hanya sebagai organisasi, melainkan agama. Kalimat tersebut bukanlah bentuk kesesatan, melainkan upaya untuk menganalogikkan lian.

Kalimat lainnya yang bisa dilekatkan adalah masyarakat Madura sudah NU sebelum ada dalam kandungan. Tidaklah heran ketika kita melihat masyarakat Madura memiliki tradisi kuat dengan tahlil, maulid nabi yang meriah, serta tradisi-tradisi keislaman yang dibawa NU, masyarakat Madura adalah ahlinya.

Hal ini tidak lain bahwa, kehadiran NU yang digagas oleh KH. Hasyim Asy’ari tidak lain adalah sebuah restu dari Ulama Besar Madura, Syaikhona Cholil. Secara tidak langsung, orang Madura memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan seluruh pengabdiaannya kepada NU, sebab hal itu adalah tanggung jawab yang diberikan oleh Syaikhona Cholil.

BACA JUGA  Kawal Pasca Pemilu: Hidupkan Persatuan, Hentikan Perpecahan!

Kuatnya tradisi keislaman yang dibawa NU kepada masyarakat Madura, sejauh ini membuktikan bahwa Islam yang berkembang sangat beragam, ramah terhadap orang desa. Islam tampil sebagai agama yang bisa menjawab kebutuhan masyarakat desa, memperkokoh persaudaraan dengan adanya koloman tiap malam jumat, atau tradisi-tradisi lainnya.

Maka tradisi yang semacam ini, menjadi masalah ketika ada kelompok-kelompok Islam  yang berusaha membid’ahkan, bahkan mengharamkan lantaran tidak ada dalil, dan hadis. Selayaknya orang Madura yang dikenal dengan keras, maka Islam yang marah dan penuh ketegangan bisa diterima oleh sebagian masyarakat Madura. Hal ini bisa dilihat dengan penyambutan gemerlap atas aksi bela ulama yang dilakukan oleh beberapa kelompok masyarakat Madura.

Aksi tersebut bukanlah tanpa kejelaskan, sebab dari sinilah kita bisa melihat bahwa corak keislaman mengalami perubahan yang begitu besar. keberadaan FPI sebagai organisasi yang membawa tokoh “habib” dalam dakwahnya, mendapat perhatian besar dari masyarakat Madura itu sendiri. Sehingga ada jarak yang cukup besar antara Islam yang dibawa oleh NU, dengan Islam yang dibawa oleh kelompok-kelompok tersebut.

Teroris musuh bersama

Kuatnya pergerakan para teroris menjadi awal perjuangan para ulama, kader-kader organisasi NU, Muhammadiyah, serta organisasi-organisasi lain yang sejalan dengan cita-cita kemerdekaan Indonesia serta satu visi untuk mempertahankan NKRI. Radikalisme dan terorisme adalah musur bersama yang terus menjadi PR. Apalagi sejauh ini, ketertinggalan informasi terkain literasi keagamaan, dan literasi digital.

Fakta keberadaan teroris yang tertangkap di Sumenep Madura harus dilakukan berbagai upaya oleh beberapa kelompok masyarakat, diantaranya: pertama, peran kiai, para ulama untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang radikalisme yang semakin marak, menjadi hal urgen untuk dilakukan.

Para kiai memiliki peran penting, sebab bagi masyarakat Madura, kehadiran kiai melebihi pemerintah, menjadi kelompom masyarakat yang sangat dihargai. Sehingga arahan dan ajakan kiai sangat penting untuk menanggapi hal ini.

Kedua, anak muda NU harus memiliki kesadaran utuh untuk bergerak lebih. Peran anak-anak muda NU untuk turut berpartisipasi aktif dalam memberikan edukasi kepada anak muda lainnya untuk membendung arus radikalisme yang semakin menyebar seperti Covid-19 harus dilakukan secara massif.

Upaya ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan pesatnya gerak yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tersebut. Kita sedang melawan musuh, dengan cara apapun, mereka akan terus hidup. Apakah ini akan kondusif? Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru