Harakatuna.com. Jakarta – Persoalan teroris KKB Papua makin memanas. Strategi menjaga Bumi Cendrawasih kondusif masih terus dievaluasi Pemerintah. Pasukan TNI menyatakan sudah siaga tempur. Meski begitu, Pemerintah berupaya melakukan berbagai pendekatan agar tidak ada lagi nyawa yang melayang. Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin prihatin atas gugurnya banyak aparat di tangan teroris KKB Papua.
“TNI dan Polri perlu memperkuat strategi yang komprehensif untuk Papua,” imbau Ma’ruf saat menggelar rapat terbatas terkait Papua, di Jakarta, kemarin.
Rapat tersebut diikuti sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju. Antara lain Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Hadir juga Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Kepala Staf Presiden Moeldoko dan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Andi Widjajanto. Ma’ruf mengaku mendapat laporan masih adanya tindak kekerasan fisik serta adanya ancaman dari Kelompok Separatis Teroris (KST) di wilayah tersebut.
Kekerasan yang dilakukan oleh para teroris KKB Papua ini mesti mendapatkan penanganan serius. Strategi yang dilakukan harus diubah agar korban jiwa tidak bertambah. “Evaluasi operasi dan perkuat langkah-langkah dengan menetapkan status operasi menjadi siaga tempur darat,” tutur eks Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
Namun, Ma’ruf mengingatkan, pendekatan yang dilakukan tetap harus berbasis sosial-kultural dan administratif-politik. Dengan cara itu, maka peluang untuk menangani serta menyelesaikan akar persoalan dan isu strategis di enam provinsi di Papua bisa diselesaikan. “Penting mengelola komunikasi luar negeri dan dalam negeri yang tepat,” ingatnya.
Dalam kesempatan tersebut juga dibahas pembebasan pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens yang disandera KST. Yudo Margono usai rapat menyatakan, Pemerintah masih mencari lokasi sandera tersebut. Pencarian dilakukan melalui Pemerintah Daerah, tokoh agama, hingga tokoh adat. “Sampai sekarang belum ketemu. Kami masih mencari di daerah Nduga,” ujarnya.
Yudo mengatakan, pencarian itu belum memerlukan operasi militer khusus. Sebelumnya pada 18 April lalu, dia mengumumkan siaga tempur di daerah tertentu di Papua. Hal itu dilakukan, mengingat ada daerah yang masih rawan KST.
Menurut dia, siaga tempur bukan operasi militer. Status siaga tempur merupakan bentuk kesiagaan pasukan TNI guna menghadapi kelompok teroris KKB Papua. Meski demikian, TNI harus waspada dan sewaktu-waktu dapat melaksanakan operasi militer.
“Sekarang kami melakukan operasi teritorial. Ini bukan ofensif, kami tetap defensif, tapi kami harus siap di daerah yang kerawanannya tinggi. Di sini kami harus siaga tempur,” jelasnya.