27.8 C
Jakarta

Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI Minta Jaga Keharmonisan dengan Toleransi dan Kasih Sayang

Artikel Trending

AkhbarNasionalWakil Ketua Komisi Dakwah MUI Minta Jaga Keharmonisan dengan Toleransi dan Kasih Sayang
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Habib Nabiel Almusawa, prihatin dengan fenomena merasa paling sunnah namun mudah membid’ah dan mengkafirkan orang lain yang terjadi di masyarakat. Dia pun mengajak semua pihak untuk mengembalikan nilai moral Ahlussannah waj Jamaah (Aswaja).

Habib Nabiel menekankan, Aswaja atau ajaran yang berpedoman pada sunnah Nabi Muhammad merupakan ajaran yang lembut, tidak mudah untuk mengkafirkan seseorang atau memecah belah bangsa. Aswaja merupakan nilai moral, akhlak Nabi Muhammad yang patut dicontoh umat untuk menebar kebaikan, kasih sayang antarsesama. “Mengklaim paling saleh, paling sunnah merupakan bentuk keangkuhan yang bisa merusak nilai-nilai ke-Islaman,” ujar Habib Nabiel, dalam keterangan yang diterima redaksi, Rabu (22/1/2025).

“Merasa paling benar, lalu membid’ahkan kelompok lain,seperti yang merayakan Maulid Nabi dan Isra’ Mi’raj, itu, mohon maaf, mirip dengan gejala-gejala kalau zaman dulu itu Khawarij, takfiri,” imbuhnya.

Menurut Dewan Syuro Majelis Rasulullah SAW ini, secara ushul fiqih, empat mahzab yang dikenal di Indonesia, yaitu Mazhab Hambali, Mazhab Maliki, Mazhab Hanafi, dan Mazhab Syafi’i juga menganut Aswaja. Di Indonesia, Aswaja memiliki ciri khas khusus, lebih spesifik karena mengalami adaptasi dan akulturasi dengan budaya lokal, layaknya strategi Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Indonesia. 

BACA JUGA  Kepala BNPT Ajak Negara Sahabat Perkuat Komitmen Cegah Terorisme

Habib Nabiel menambahkan, karakter Aswaja yang lekat dengan Indonesia adalah karakter yang moderat. Aswaja di Indonesia cenderung bisa menyesuaikan diri beradaptasi bisa lebih toleran. “Sebaliknya, sikap mudah menghakimi orang lain, ekstremisme, dan intoleran itu kurang pas dengan karakter budaya Indonesia, karena bisa menyebabkan konflik,” ucapnya.

Habib Nabiel melanjutkan, jika terdapat perbedaan, ikhtilaf dalam masalah fiqih, tidak bisa dihukumi sesat dan masuk neraka. “Jangan sampai ini menjadi perpecahan dan berujung pada konflik berkepanjangan,” pengurus Rabithah Alawiyah Indonesia. 

Oleh karena itu, Habib Nabiel menyerukan untuk mengembalikan nilai moral, akhlak Aswaja. “Bagaimana Nabi Muhammad mengajarkan kita untuk menjaga adab dan menghargai pandangan orang lain. Toleransi ini merupakan bagian dari ajaran Aswaja yang harus kita tegakkan di tengah masyarakat yang semakin plural ini,” pungkas Habib Nabiel.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru