28.2 C
Jakarta

Virus Transnasionalisme Lagi Marak Incar Milenial, Pancasila Adalah Bentengnya

Artikel Trending

KhazanahPerspektifVirus Transnasionalisme Lagi Marak Incar Milenial, Pancasila Adalah Bentengnya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Sebagai bangsa yang bhinneka, satu-satunya rumah tempat kita bernaung adalah Pancasila. Ia merupakan ideologi yang mampu mengayomi semua anak bangsa, termasuk juga generasi milenial. Tentunya melalui komitmen kita dengan senantiasa mengamalkannya di setiap sendi-sendi kehidupan berkebangsaan agar selamat dari virus yang sangat berbahaya, yaitu virus transnasionalisme.

Pancasila harus menjadi pedoman budaya laku dalam meniti jalan hidup bernegara. Ideologi Pancasila wajib tersemat di dalam segenap akal, jiwa, dan hati, sehingga menjelma laiknya kekasih yang bisa membuka cakrawala cinda dan kebangsaan yang cerdas dan berkeadaban luhur.

Kalau kita kuliti lembaran sejarah, Soekarno berkali-kali mengemukakan bahwa Pancasila ialah konsepsi ideal yang merangkul seluruh lapisan masyarakat, golongan, ras, dan agama menuju persatuan Indonesia yang mapan. Ini menjadi penting ditekankan, mengingat di era modern saat ini acap kali kita dihadapkan serangan ideologi transnasional yang tak sejalan dengan Pancasila.

Bahkan sebagian dari mereka membungkusnya dengan nama Islam, menyebar melalui internet, serta menjangkiti generasi milenial. Hal ini menjadi ancaman serius bagi generasi milenial yang notabene sangat lekat dengan dunia digital.

Realitanya memang demikian, target atau bidikan para pengasong ideologi transnasional tersebut adalah kalangan milenial. Generasi yang dihuni kalangan anak muda ini menjadi target, lahan empuk para oknum ideologi import tersebut. Apalagi, Indonesia berpenduduk sebagian besar Islam. Tentu akan menjadi incaran para pengasong transnasionalisme seperti khilafahisme yang selama ini acap kali mengatasnamakan Islam dalam promosinya.

Perlu ditegaskan bahwa menurut sang proklamator, Soekarno bahwa Islam tak dijadikan sebagai dasar negara (formeel verklaring) di Indonesia, karena yang dipentingkan Islam bukan formeel verklaring. Namun, api ke-Islaman betul-betul harus selalu menyala di dalam dada umat (Lubis, 2010). Konsepsi Islam tak perlu disematkan secara artifisial dalam sampul fisik yang nampak. Namun, hal yang paling penting adalah dinyalakan melalui nilai (value) isinya yang terkandung.

Untuk membendung aliran deras transnasionalisme yang perlahan-lahan menyerang generasi milenial, Pancasila harus selalu diaktualisasikan dalam segala sendi kehidupan. Kemudian, generasi milenial harus turut ambil bagian menjaga, merawat, dan mengamalkan Pancasila. Sebaliknya, ideologi transnasional dalam bentuk apapun harus kita waspadai.

BACA JUGA  Bahaya Islam Transnasional dan Kewajiban Masyarakat untuk Memeranginya

Transnasionalisme dan turunan evolusinya seperti Talibanisme, Wahabisme, Khilafahisme, dan Fundamentalisme jelas menjadi sebuah ancaman nyata bagi generasi muda. Apalagi ekspansi mereka saat ini sangat getol di ruang-ruang digital. Ini akan membuat persebarannya semakin cepat. Tentunya kita jangan tinggal diam saja, membiarkan mereka merasuk ke tubuh bangsa Indonesia.

Oleh karenanya, spirit Pancasila yang telah memetakan kemajemukan masyarakat Indonesia dalam payung persatuan harus selalu kita digelorakan. Kemudian goodwill dari pemerintah berupa pematangan strategi pemutakhiran dan pengamalan Pancasila semurni-murninya pada seluruh lapisan masyarakat harus dijalankan.

Pasalnya, ketegasan pemerintah dalam menyikapi organisasi-organisasi berideologi transnasional dan puritan sejatinya ialah salah satu kunci untuk memutus mata rantai penyebaran virus transnasionalisme yang memecah belah umat. Dan tentunya dengan dukungan dan kerja sama segenap elemen bangsa.

Oleh karenanya, ada beberapa cara mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan berkebangsaan. Pertama, implementasi objektif yakni melaksanakan Pancasila ini dalam setiap aspek penyelenggaraan negara baik eksekutif, yudikatif, maupun legislatif serta dalam hubungan kehidupan dengan negara lain.

Seluruh kehidupan Pancasila, asas politik, dan kedaulatan rakyat serta tujuan negara harus berdasarkan nilai spiritualitas Pancasila. Penyelenggara negara tersebut juga harus bersenergi melalui peranannya masing-masing dalam rangka menangkal berbagai gempuran virus transnasionalisme yang rentan dan kerap menggempur kalangan milenial.

Kedua, implementasi subjektif yakni Pancasila dilaksanakan dalam nafas kehidupan setiap warga negara Indonesia tanpa terkecuali baik itu kehidupan pribadi, keluarga maupun bermasyarakat dan bernegara, termasuk dalam jihad akbar melawan ideologi transnasional.

Implementasi subjektif tersebut sangat ditentukan oleh kesadaran, ketaatan, dan integritas kolektif dalam mengamalkannya. Oleh karenanya, Pancasila harus dipahami, diresapi, dan dihayati sebagai nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat.

Sebagai generasi muda pewaris bangsa, patut dan wajib bagi kita untuk mengokohkan benteng Pancasila dengan berusaha mengerti, paham, dan menghayati serta mengaktualisasikan melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berkebangsaan. Kita adalah bangsa yang tangguh, dan punya ideologi tangguh, yakni Pacasila. Dan Pancasila ini adalah imun bangsa dalam melawan sekaligus menangkal ideologi transnasional.

Suwanto
Suwanto
Pengurus Takmir Masjid Kagungan Dalem, Lempuyangan Yogyakarta dan Pengajar di Pondok Dompet Dhuafa Jogja

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru