26.8 C
Jakarta

Virus Corona itu Ulah Tangan Manusia

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanVirus Corona itu Ulah Tangan Manusia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Virus Corona, sebuah tema yang tak kunjung selesai diperbincangkan oleh miliaran orang di pelosok dunia. Pelbagai sisi dibahas, mulai virus ini diklaim sebagai tentara Allah sampai diduga sebagai ulah tangan manusia.

Saya—seperti diduga oleh Deddy Corbuzier—lebih tertarik melihat Virus Corona sebagai fenomena alam yang diakibatkan dari ulah tangan manusia. Saya teringat dengan bunyi ayat Al-Qur’an yang cukup familiar: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Qs. ar-Rum/30: 41).

Pada ayat itu diuraikan kerusakan bumi setelah Allah ciptakan dengan baik dan teratur. Kerusakan ini disebabkan ulah tangan manusia sendiri yang mengelola bumi secara tidak benar. Sebut saja, pembakaran hutan, penebangan pohon secara ilegal, industri pertambangan batubara, dan lain-lain.

Manusia mulai tidak menggunakan akal yang sehat dalam mengelola bumi. Mereka terjebak dalam hawa nafsunya (ego) untuk memonopoli atau meraup secara keseluruhan. Sehingga, alam mulai bosan melihat sikap kebinatangan manusia yang tidak dapat dikendalikan. Bentuk kebosanan alam semesta ini diekspresikan dengan mewabahnya Virus Corona yang menyerang jutaan orang di seluruh dunia.

Sikap kebinatangan manusia sebenarnya telah dikhawatirkan oleh beberapa malaikat, sehingga terjadi perdebatan antar malaikat dan Tuhan. Al-Qur’an merekam perdebatan ini dalam Qs. al-Baqarah/2: 30: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Sikap optimis Tuhan dalam penciptaan manusia pada ayat tersebut mengisyaratkan, bahwa tidak semua manusia bersikap seperti binatang. Masih banyak manusia yang bersikap laiknya malaikat. Sebut saja, Nabi Muhammad Saw. yang disebut sebagai “insan kamil”, manusia sempurna, atau meminjam istilah filosof Jerman Nietzsche: Ubermensch.

Sedang, manusia yang masih melekat sifat kebinatangannya dinilai oleh Al-Qur’an sebagai manusia yang: Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. (Qs. at-Tin/95: 5). Manusia semacam ini pada mulanya diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Mereka terlahir dengan fitrah bak tabularasa. Sayang, kefitrahan ini mereka nodai sendiri.

BACA JUGA  Definisi Hari Tenang di Tengah Maraknya Kampanye di Media Sosial

Alam semesta memang seakan benda mati. Pada hakikatnya, alam semesta itu hidup. Alam semesta akan memberikan feedback yang baik bila manusia sebagai khalifah dapat mengelolanya dengan baik pula. Hidupnya alam semesta dapat diperhatikan bagaimana ia bertasbih kepada Tuhannya. (Qs. al-Isra’/17: 44).

Bahkan, hidupnya alam semesta juga disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad: Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi sampai pun semut di sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.

Respons alam semesta ditentukan sejauh mana manusia memperlakukannya. Paulo Coelho, novelis asal Brazil bertitah: “Saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membantumu meraihnya.” Betapa berartinya kehadiran alam semesta (jagat raya) ini. Semesta akan sangat peduli dengan maksud baik manusia. Sebaliknya, semesta akan sangat murka dengan niat buruk manusia.

Semoga Virus Corona yang sedang melanda negeri, bahkan dunia segera pudar, kembali ke habitatnya! Kehidupan manusia kembali seperti semula. Semoga manusia lekas menyadari sifat kebinatangan yang telah mengakibatkan alam semesta murka: penebangan pohon secara ilegal, pembakar hutan, dan industri pertambangan batubara, berganti lebih peduli terhadap lingkungan![] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru