25.9 C
Jakarta

Ustaz Adi Hidayat Berbicara soal Kasus Israel-Palestina

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanUstaz Adi Hidayat Berbicara soal Kasus Israel-Palestina
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Kasus Israel-Palestina disebut sebagai sesuatu yang sangat pelik. Kasus ini sebenarnya sudah lama bergema di jagat media sosial. Seakan ia tidak kunjung menemukan titik terang. Sehingga, peperangan berlangsung tiada henti.

Di tengah peliknya kasus tersebut, seorang ustaz kondang Adi Hidayat ikut terjun dalam menyelamatkan Palestina dari serangan Israel. Salah satunya, yang jelas adalah doa, kemudian diikuti dengan penggalangan dana yang mencapai miliaran.

Keterlibatan Ustaz Adi Hidayat (UAH) tentu mencuri perhatian banyak orang Indonesia. Sehingga, beberapa hari yang lalu dia mendapat kesempatan untuk menghadiri undangan talkshow di stasiun televisi TVOne. Pada kesempatan itu, UAH menyebutkan alasan ikut serta dalam pembelaan terhadap Palestina. Sederhananya adalah Palestina pernah terlibat dalam kemerdekaan Indonesia dulu.

Tahun sebelum Indonesia merdeka 6 September 1944, lanjut UAH, Bung Hatta mencari dukungan untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Orang pertama yang memberi dukungan adalah Syekh Muhammad Al-Amin Al-Husaini, grand mufti asal Palestina.

Gagasan yang disebutkan oleh UAH memang tidak dapat terbantahkan. Karena, benar seperti yang terekam dalam sejarah bahwa Palestina memiliki jasa terhadap Indonesia, tak lain dalam pemberian support atas kemerdekaan negara merah putih ini.

Namun, yang mengganjal dalam benak saya ketika mengikuti talkshow UAH adalah pernyataannya yang menggiring kasus Israel-Palestina terhadap isu agama. Katanya, Israel menyerang Palestina karena Yahudi memiliki satu keyakinan rasial yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.

UAH melanjutkan, bahwa di tengah warisan itu Yahudi harus menjadi superior atau harus selalu diisyaratkan ada di atas. UAH menguatkan gagasannya dengan surah al-Baqarah ayat 120, bahwa orang Yahudi tidak akan mau berada di bawah sistem kehidupan yang ditata orang lain.

BACA JUGA  Pilihlah Presiden yang Berilmu dan Beretika, Siapa Dia?

Sampai di sini, saya kurang sependapat jika kasus Israel-Palestina dikaitkan dengan agama. Jika mendengar ulasan pengamat politik, kasus Israel-Palestina murni persoalan politik, yakni perebutan tanah. Bahkan, di Palestina sendiri tidak semua orang Islam, melainkan masih ada banyak orang non-muslim.

Sungguh tidak elok gagasan UAH yang terkesan menyudutkan pemeluk agama di luar Islam, terutama orang Yahudi. Sangat mungkin gagasan UAH mempengaruhi sedikit banyak orang Indonesia tidak rukun antar agama. Padahal, perdamaian yang diajarkan Tuhan sangat penting dijaga oleh semua pemeluk agama.

Selain itu, UAH menambahkan, bahwa orang Yahudi dalam surah al-Baqarah ayat 79 mengubah isi ajaran Musa yang mengajarkan kedamaian, ketenteraman, dan kebaikan kepada kepentingan sepihak. Perubahan itu dapat dilihat dalam Kitab Kejadian Perjanjian Lama di Pasal 72 ayat 28, yang isinya kurang lebih: “Sebab itu kamu tidak disebut dengan Ya’kub, tetapi Israel. Karena, Israel telah menang bergulat melawan Tuhan.” Karena itu, mereka merasa berkuasa.

Sebagai penutup, gagasan UAH perlu dikoreksi ulang. Karena, menghubungkan kasus Israel-Palestina dengan agama bukan menyelesaikan masalah, malahan menambah masalah. Akan sangat mungkin timbul perpecahan antara pemeluk agama yang berbeda.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru