30 C
Jakarta
Array

Ustadz Gatot dan Khilafah Yang Gagal Total

Artikel Trending

Ustadz Gatot dan Khilafah Yang Gagal Total
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ustadz Gatot dan Khilafah Yang Gagal Total

Ide khilafah kini mulai marak diperbincangkan pasalnya banyak gerakan ini mulai mengemuka di masyarakat dan telah memakan korban khususnya kalangan yang banyak berubah setelah mendapat doktrin ini. Berkaitan dengan itu seorang mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi di Bogor, sebut saja Gatot namanya yang kemudian diganti Al-Khattat pulang kampung dan sebagaimana biasa layaknya pemuda, ketika lekas sholat maghrib terjadi mereka pada ngobrol di serambi masjid.

Kali ini Gatot mulai agak berubah dalam berpakaian celana cingkrang, berpakaian seperti Takur dalam adegan Film India. Perubahan tampilan luaran juga ternyata selaras dengan perubahan cara berpikir khususnya tentang paham keagamaan. Gatot alias Al-Khattat memulai pembicaraan yang mengagetkan teman-teman sekampung dan cendrung mencoba untuk mendoktrin kepada teman sekampungnya.

Gatot berkata, kamu sadar tidak bahwa kamu semua ini yang menerima Pancasila dasar Negara Kesatuan Republik ini adalah Taghut, karena menolak Al-Quran dan Hadist dan memilih hukum buatan manusia, yakni Pancasila karena barang siapa yang menolak hukum Allah, maka kafir, zalim atau fasiq”.

Teman-teman yang mendengar pernyataan Gatot alias al-Khattat itu terbengong ada yang kaget ada yang geleng-geleng, lalu salah satu temen diskusi itu menanggapi. Jadi kita ini kafir .??

Dengan lantang Gatot menjawab “Ya, anda semua ini kafir karena mendukung taghut ( Pancasila & UUD 1945 ) dan tak mau berjuang mendirikan Khilafah Islamiyah, selama anda semua tidak ada perjuangan itu, maka kalian semua itu kafir zalim atau fasiq.”

Kemudian salah satu dari pemuda itu sebut saja Kholis, ia jebolan Pesantren mulai angkat bicara, Kholis berkata begini, mas Gatot, saya hafal dengan ayat yang antum maksud dan Antum perlu hati-hati memahami dan melaksanakan ayat ini, sebab sangat berbahaya dan bisa menyulut kekerasan. Dalam sejarah ayat ini pernah digunakan oleh mereka yang memberontak kepada Khalifah Usman RA, dengan mengatasnamakan hukum Allah. Mereka membunuh Khalifah Usman secara kejam dengan dalih Usman telah kafir karena oleh pemberontak dianggap tidak melaksanakan hukum Allah oleh itu halal darahnya. Apa yang diwacanakan kemudian di realisasikan dengan membunuh Khalifah Usman Sahabat Nabi yang berjasa besar dalam mengembangkan Islam. Begitu juga kaum Khawarij yang membunuh Sayyidina Ali, Sepupu sekaligus menantu Nabi serta pejuang Islam terkemuka yang dijuluki pintunya Ilmu dan termasuk Sahabat yg dijamin masuk surga dikatakan kafir dengan ayat itu oleh kaum Khawarij. Paparan Kholis menanggapi pernyataan Gatot alias al-Khattat.

Khalis melanjutkan paparannya, perlu antum diketahui tentang ayat ini telah membuat perdebatan antara Ali dan kaum Khawarij, ketika itu kaum Khawarij di hadapan Ali mengatakan Wahai Ali berhukumlah dengan hukum Allah, tiada hukum kecuali dengan hukum Allah ??”

Kemudian Ali Menjawab “ hua kalimatul haq wauriduha bil bathil” ( itu kalimat benar tetapi maksudnya adalah kebatilan ).

Mendengar cerita itu salah satu dari pemuda itu bertanya, wah menarik jawaban Sayyida Ali itu, tapi apa maknyanya…?? Kholis mencoba menjelaskan, apa yang disampaikan Sayyidina Ali ini ada korelasi dengan perkembangan sejarah Islam, khususnya dalam dunia politik, dimana ayat ini sering dipakai oleh para politisi untuk jualan dan dipolitisir untuk kepentingan politiknya.

Mendengar jawaban ini, Gatot alias al-Khattat bereaksi dengan suara meninggi, “Kalian memang tidak mau syariah dijalankan, Kalian semua memang pendukung Taghut dan tentu saja kalian ini kafir.”

Kholis dengan tenang menanggapi ” Mas Gatot kita diskusi tidak usah panas, Perlu antum ketahui ayat yang antum maksud itu harus dipahami secara benar, dan memahami yang benar adalah tidak hanya bunyi teks tetapi dengan asbabun nuzul, dimana kalau ayat tersebut di pahami, maka ayat tersebut sejatinya bukan ditunjukan ke umat Islam karena ayat tersebut diturunkan atas kejadian sebagian orang Yahudi yang ingin melakukan tahkim kepada Nabi Muhammad terhadap persoalan zina dan mereka menyembunyikan hukum zina yang tertulis dalam Taurat, kemudian turun ayat tersebut. Dengan demikian ayat tersebut adalah ditunjukan untuk ahli kitab ketika mereka mengingkari apa yang tertulis dalam kitab Taurat dan Injil dan tidak ada kaitannya dengan kaum muslimin. Asbabun nuzul menjadi sangat penting agar kita benar-benar dapat menerapkan wahyu itu secara tepat, sebab jika mengabaikan asbabun nuzul, kemudian mengambil ayat sepotong-sepotong akan sangat berbahaya dan dapat menjerumuskan, karena lari dari tujuan wahyu, demikian penjelasan Kholis panjang lebar.

Kemudian Gatot alias Khattat menanggapi ” lohh ustadz saya dalam usrah-usrah tidak menjelaskan asbabun nuzul ayat tersebut “.

Khalis menjawab “itu karena ustadz antum politisi bukan kyai yang tulus ikhlas mengajarkan wahyu, tetapi mereka ingin mempolitisir wahyu demi ambisi politiknya atau juga ustadz antum dalam usrah-usrah itu agen gerakan asing yang ingin memecah belah umat Islam dan negara kita. Kemudian Gatot alias Khattat masih penasaran lalu bagaimana kita ini di negara yang bukan Islam bukankah kita jadi Kafir…??

Khalis menjawab “Tidak, sekarang perlu antum ketahui dalam Islam ada tiga pilar. Pertama, rukun Iman. Kedua, rukun Islam dan ketiga Ihsan. Nah apakah negara kita Pancasila ini melarang kita menyakini rukun Iman ..??”

Semua menjawab “tidakkk..”

“Saya tanya lagi ‘ Apakah negara kita dengan Pancasilanya melarang melaksanakan rukun Islam….??”

Semua menjawab “tidakkkk..”

“Nah jelaskan.Yang menentukan kita Islam dan tidak, itu bukan negara melainkan diri kita sendiri begitu pula yang menentukan surga dan neraka juga kita sendiri bukan negara. Jika ada orang tinggal di negara Islam seperti di Arab Saudi yang dasar negaranya Al-Qur’an dan Hadist, tetapi jika salah satu penduduknya kelakuanya memeras TKI, menyiksa dan mendzolimi, memperkosa dan minum-minuman arak jelas masuk neraka. Meskipun kita orang Indonesia dengan dasar negara Pancasila tetapi beriman dan bertaqwa, maka merekalah yang layak masuk surga. ”

Akhirnya diskusi berakhir setelah masuk waktu Isya.

 

Disadur dari Majalah Risalah edisi 25/IV/ 1432 H / 2011

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru