30 C
Jakarta

Urgensi Doa dan Arogansi Terorisme

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanUrgensi Doa dan Arogansi Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Jejak perjalanan hidup manusia–mulai dari yang baik hingga yang jelek, mulai dari yang ramah hingga yang ekstream bahkan Arogansi Terorisme–tidak lepas dari Sunnatullah. Yaitu hukum-hukum Allah yang mengatur alam dan Inayatullah (Pertolongan Allah) yang tidak kalah dengan sunnah-Nya. Sunnatullah adalah sebutan lain dari Hukum Alam atau Hukum Kausalitas, yaitu segala peristiwa yang didahului oleh sebab.

Namun, di balik hukum alam ini ada Inayatullah yang tidak dapat dijangkau oleh nalar. Manusia cukup menyakininya, karena sesuatu yang metafisik tidak dapat dirasionalkan. Sunnatullah dapat diraih dengan ikhtiar logis manusia, sementara Inayatullah biasanya diusahakan dengan doa. Karena itu, doa menjadi penting mengiring perjalanan hidup manusia, bahkan dalam Arogansi Terorisme doa masih dipercaya akan mensuskan rencananya.

Doa adalah perwujudan sikap optimisme manusia. Orang yang menghindari doa dan mengandalkan usahanya sendiri akan terkesan sombong, karena mereka merasa bahwa dirinya lebih mampu berbuat dan menentukan masa depan dengan caranya sendiri, padahal di balik perjalanan hidup ini ada campur tangan Tuhan. Oliver Lodge berkata: “Keliru orang yang menduga doa berada di luar fenomena alam ini. Kita harus memperhitungkan penyebab peristiwa lain yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kalau doa dinilai sebagai sarana pendidikan kejiwaan, maka mengapa yang menentangnya tidak menduga ia pun dapat merupakan sebab terjadinya beberapa kejadian, sebagaimana yang lain?”

Doa menjadi penting karena manusia tidak punya kuasa di atas kuasa Tuhan. Karena itu, manusia hendaknya mengutamakan permohanannya kepada Tuhan semata, bukan kepada selain-Nya, termasuk sesama manusia. Disebutkan dalam surah Fathir ayat 13-14, yang artinya: “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.”

BACA JUGA  Shalat Tarawih dan Hikmah yang Tersirat di Dalamnya

Betapa besarnya pengaruh doa sehingga dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa permohonan kepada selain Allah itu tidak memiliki nilai sedikit pun. Pentingnya doa juga dikesankan oleh Dr. Alexis Carrel, ahli bedah Prancis, bahwa: “Banyak di antara mereka (pasien) yang memperoleh kesembuhan dengan jalan doa.” Selain itu, doa menjadi penting, tambah Quraish Shihab, karena: “Manusia makhluk yang memiliki naluri cemas dan mengharap. Ia selalu membutuhkan sandaran, lebih-lebih pada situasi cemas dan mengharap.”

Urgensi doa yang begitu besar sesungguhnya menjadi tameng mencegah terorisme. Tindakan kekerasan atas nama agama semacam ini biasanya terjadi karena pelakunya berpemikiran sempit dan selalu cemas saat dihadapkan dengan perbedaan keyakinan yang diklaimnya sesat. Tiada jalan berharap bagi terorisme selain tindakan ekstrem. Karena, tindakan ini adalah satu-satunya solusi yang mereka tempuh dan lalui.

Andaikan seseorang selalu menghadirkan doa dalam setiap masalah yang dihadapi, tentu mereka akan selalu optimis bahwa setelah kesesatan pasti ada petunjuk; setelah kesulitan pasti ada kemudahan; dan setelah hitam, pasti ada putih. Orang yang dibimbing dengan doa akan selalu melihat kebenaran di balik kesalahan. Jadi, tidak benar mengklaim bahwa kesalahan seseorang adalah sesuatu yang tak termaafkan. Tuhan Maha Tahu dan Maha Pengampun selagi hamba-Nya bermohon ampunan-Nya.

Kesalahan fatal terorisme, selain tidak mengindahkan doa, adalah sikap sombong yang menutup akalnya berpikir logis dan mengotori nuraninya menerima sesuatu dengan bijak. Terorisme berkeyakinan bahwa hanya dirinya seorang yang dapat memberi petunjuk kepada manusia yang tersesat. Mereka pun merasa bahwa dirinya seorang yang berada dalam koridor kebenaran. Padahal, kebenaran yang mutlak itu hanyalah Tuhan yang tahu dan juga petunjuk itu hanyalah Tuhan yang memberi. Manusia hanya berusaha meraihnya, kendati tidak selamanya yang berusaha akan pasti dikasih.

Berangkat dari begitu besarnya pengaruh doa, sebaiknya bahkan seharusnya manusia selalu mengikutkan setiap perjalanan hidupnya dengan doa. Karenanya manusia akan menjadi sosok yang rendah hati dan tidak sombong. Kesombongan itu hanyalah milik orang yang tidak berdoa sebagaimana yang diperbuat oleh kelompok terorime.[] Shallallah ala Muhammad.

[zombify_post]

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru