31.7 C
Jakarta
Array

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Bedah Pemikiran Gus Dur

Artikel Trending

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Bedah Pemikiran Gus Dur
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com, Surabaya-Dalam menyongsong tahun politik, hari ini (Senin, 4/9) Universitas Katolik Widya Mandala laksanakan Bedah Pemikiran Gus Dur. Kegiatan ini diadakan oleh Women and Youth Development Institute of Indonesia (WYDII) dengan menghadirkan beberapa tokoh nasional.

Menariknya, kegiatan yang mengusung tema “Merawat Cita-Cita Gus Dur: Menegakkan Visi Bernegara Pancasila dari Ancaman Radikalisme” dihadiri langsung oleh Prof. Dr. Muhammad AS Hikam yang merupakan mantan Menristek masa Gus Dur dan Prof. Anita Lie, M.A., Ed. D.

Nurjannah, ketua panitia pelaksana kegiatan ini menuturkan kebanggaanya atas terlaksananya kegiatan ini dengan lancar tanpa kendala. Pihaknya menerangkan bahwa kegitan ini berusaha mempertemukan berbagai tokoh lintas Iman. Sehingga dari itu diharapkan gagasan tetang Gus Dur dapat terjabarkan secara holistik.

“kami berusaha semaksimal mungkin mengundang berbagai tokoh nasional yang saya rasa cukup representatif untuk menerangkan pemikiran Gus Dur. Apalagi, Bapak AS Hikam dan Ibu Anita adalah guru kami sendiri. Kami berharap beliau mampu mengenang pemikiran Gus Dur serta membedah tema acara kita ini,” tutur Nurjannah pada sambutannya.

Kagiatan yang menampung lebih 250 pemuda lintas iman ini berhasil menuntaskan dua step diskusi. Step peratama adalah pemaparan gagasan Gus Dur oleh AS Hikam. Dalam kesempatan yang pertama ini, mantan Menristek itu menuturkan gagasan-gagasan Gus Dur tentang Demokrasi dan Kenegaraan.

Menurutnya, Gus Dur adalah iconik Islam transformatif, Islam Nusantara. “Gus Dur adalah perlambang dan sekaligus teladan bagi warga suatu negara yang majemuk dengan berbagai budaya dan agama ini. Bagi saya Gus Dur telah mewariskan 4 pilar pemikiran yang harus ditiru. Tentang Keindonesiaan, Human Rights, Demokrasi dan [Red: yang terpenting] anti kekrasan,” ujar As Hikam.

“Gus Dur dan ke-Indonesiaan mengajarkan kita menjadi warga negara yang baik, yang bisa menerima berbagai suku, ras, agama dan golongan. Gagasan ke-Indonesiaan ini erat kaitannya dengan konsep Pribumisasi Islam dan Demokrasi Indonesia yang diajarkan Gus Dur. Sehingga dari itu akan tercipta Human Rights yang suka perdamaian dan anti radikalisme” pungkasnya.

Sementara itu, step kedua adalah dialog terbuka. Bagian ini forum difasilitatori oleh Prof. Anita Lie, M.A., Ed. D (Dosen Univ Katolik WM), (Hikmah Bafaqih (Ketua Fatayat NU Jatim) dan Dr. Fawaizul Umam (Dosen IAIN Jember). Beberapa orang fasilitator tersebut menyepakati bahwa gagasan kebangsaan dan gagasan demokrasi yang diajarkan Gus Dur perlu untuk dilanjutkan. (Fay)

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru