Harakatuna.com. Jakarta – Universitas Islam Malang (Unisma) melalui Griya Moderasi Beragama dan Bela Negara (GMBBN) menggelar pelatihan moderasi beragama dan bela negara bagi civitas akademika di Hall KH. Wahab Hasbullah, Gedung Usman Bin Affan Lantai 7, Jum’at (27/12/2024). Kegiatan ini dihadiri oleh tokoh nasional dan akademisi terkemuka serta melibatkan dosen agama dan mahasiswa Unisma sebagai peserta.
Wakil Rektor III Unisma, Dr. H. Muhammad Yunus mengatakan, ancaman saat ini berupa proxy war dan menegaskan pentingnya peran strategis kampus dalam menjaga komitmen kebangsaan. Islam harus dipahami secara komprehensif. “Moderasi beragama dan bela negara melalui komitmen kebangsaan perlu dirumuskan dalam menghadapi perang modern, seperti proxy war yang melibatkan kelompok tertentu untuk mengganggu stabilitas,” katanya.
Terpisah, Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Kementerian Agama (Kemenag) RI, Dr. M. Munir menegaskan pentingnya moderasi beragama dan bela negara di lingkungan perguruan tinggi, serta menekankan perlunya membangun ekosistem yang mendukung kedua hal tersebut.
“Komitmen kebangsaan harus dikuatkan untuk melawan paham-paham yang merusak keutuhan bangsa. Ideologi radikal sulit dilupakan meskipun organisasi terlarang telah dibubarkan. Mereka terus bergerak bahkan menyusup ke dunia pendidikan,” ujarnya.
Munir juga menyoroti fenomena global terkait radikalisme dan intoleransi, serta mengungkapkan kekhawatirannya terhadap strategi kelompok radikal yang semakin meluas hingga menjangkau sekolah favorit dan pesantren. “Pemerintah dan kampus harus berperan aktif membangun pemahaman keagamaan yang toleran dan melawan segala bentuk radikalisme,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Pengkajian Islam dan Keaswajaan (LPIK), Imam Syafii menuturkan pentingnya menyebarkan Islam sebagai agama yang menjadi rahmatan lil alamin. Griya moderasi beragama dan bela negara Unisma merupakan bagian dari LPIK yang memiliki program dakwah untuk menebarkan Islam yang toleran, bukan dakwah dengan kekerasan.
Dalam kesempatan ini, Wakil Ketua PWNU Jawa Timur sekaligus Dosen Pascasarjana Unisma, Prof. Dr. H. Maskuri menegaskan pentingnya peran pemerintah dan akademisi dalam menjaga keutuhan NKRI melalui moderasi beragama yang berlandaskan Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Senada, Ketua GMBBN Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. Yusuf Hanafi, MA menambahkan, strategi kelompok radikal yang sering memanipulasi sejarah, merusak budaya lokal, dan memanfaatkan isu SARA untuk memecah belah masyarakat. Ia menekankan pentingnya memperkuat nilai-nilai toleransi dan moderasi dalam kehidupan berbangsa dan beragama.