29 C
Jakarta

Ujaran Kebencian Pintu Masuk Menjadi Radikal

Artikel Trending

Milenial IslamUjaran Kebencian Pintu Masuk Menjadi Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Dalam perhelatan KTT G20 Bali, Kamis (17/11/2022), banyak kebahagian yang didapat oleh bangsa Indonesia. Salah satunya suksesnya acara dan harapan-harapan besar bahwa Indonesia bisa menjadi negara kuat, baik kuat secara ekonomi atau dalam bingkai kebangsaan yang dalam beberapa dekade ini terus dipelorotin dari dalam.

Namun, pada gelaran G20 itu juga, ada peristiwa yang kesedihan dari yang bangsa Indonesia rasakan. Yakni, ketika Ibu Negara, Iriana Jokowi dihina oleh netizen.

Kentalnya Ujaran Kebencian

Hinaan alias ujaran kebencian bermula saat Ibu Iriana berfoto bersebelahan dengan istri Presiden Korea Selatan, Kim Kun-hee. Foto Ibu Negara tersebut dijadikan bahan olok-olokan oleh salah akun Twitter @KoprofilJati.

Pemilik akun ini bercuit dengan narasi yang berkonotasi menghina. Misalnya dia mengunggah yang kini sudah dihapus itu, dengan menuliskan caption:

“Bi, tolong buatkan tamu kita minum. Baik, Nyonya,” tulis akun @KoprofilJati.

Dengan caption tersebut, seolah-olah Bu Iriana adalah pembantu istri Presiden Korea Selatan, Kim Kun-hee. Seolah Ibu Negara Indonesia tidak pantas berfoto bersama istri presiden tersebut. Ini yang dipertanyakan banyak orang. Bahkan anak-anak Presiden sendiri, Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep juga mempertanyakan maksud twit tersebut. Meski kemudian, Kaesang Pangarep menyebut dirinya justru mendapat peringatan dari sang ibu. “Habis diWA sama ibuk disuruh sabar. Yowes aku sabar,” cuit Kaesang, Kamis (18/11/2022).

Pintu Masuk Radikal

Sampai saat ini orang yang mengolok-ngolok tersebut belum meminta maaf dan mengelak bahwasanya dia tidak melakukan ujaran kebencian. Dia malah mengatakan sebaliknya, yakni apa yang ditulis bukan merupakan dan bermaksud menghina.

Padahal menurut banyak peneliti, ujaran kebencian adalah pintu masuk orang menjadi intoleran dan radikal. Ini karena dari kebencian itulah banyak orang melakukan kekerasan baik secara verbal mau pun kekerasan secara fisik.

BACA JUGA  Kesesatan Paham Radikal Harus Dimatikan Oleh Akal Sehat

Tapi yang kita lihat, ujaran kebencian di Indonesia memang sangat laku bahkan terus berkembang di Indonesia. Baik ujaran kebencian dalam skala kecil maupun kebencian dalam skala besar yang sifatnya kepada pimpinan tertinggi di Indonesia.

Faktor Pendorong

Nah, kenapa ujaran kebencian laku? Salah satunya didorong dengan berbagai faktor. Pertama, ujaran kebencian bisa terjadi karena dalam pribadi netizen ada prasangka negatif kepada kelompok tertentu, misalnya ada penilaian bahwa sebuah kelompok, agama, atau etnis tertentu tidak beradab, pelit, sangat ekslusif dan lain sebagainya. Oleh karena adanya prasangka tersebut, para netizen mendapati perasaan jijik terhadap kelompok lainnya, kondisi ini senantiasa mendorong mereka melontarkan ujaran kebencian.

Kedua, ujaran kebencian bisa jadi terjadi dari perilaku trolling. Orang yang berprilaku trolling ini berbeda dengan orang dengan prasangka buruk. Haidar menjelaskan bahwa pelaku-pelaku ujaran kebencian dari kategori trolling ini tidak didorong oleh perasaan benci kepada kelompok tertentu. Melainkan, mereka melontarkan ujaran kebencian malah untuk mendapatkan kenikmatan atau kesenangan pribadi (Haidar Buldan Tantowi). Oleh karena itu komentar menjelek-jelekkan tersebut, orang yang membuat posting kemudian merasa kesal atau marah. Ketika sang pembuat posting tersebut kesal, marah, atau jengkel itulah perilaku trolling mendapatkan kesenangannya (Haidar Buldan Tantowi).

Maka demikian, ujaran kebencian selain memang ingin membunuh karakter orang. Ia juga dijadikan sebagai mengaduk-ngaduk emosi orang untuk membenci dan lain-lain. Apalagi hal tersebut bisa mengarah kepada perilaku intoleran yang pada gilirannya menjadi radikal.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru