30.1 C
Jakarta
Array

Tujuh Manfaat Sahur Menurut Nabi Muhammad SAW

Artikel Trending

Tujuh Manfaat Sahur Menurut Nabi Muhammad SAW
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sahur berasal dari Bahasa Arab yang berarti hidangan yang disantap saat waktu menjelang subuh. Sedangkan suhûr merupakan istilah dari menyantap hidangan sahur (Kamus al-Mishbâh al-Munîr karya al-Fayumi). Kata sahur tersebut kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dan telah tercantum dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang diartikan sebagai makan pd dini hari (disunahkan menjelang fajar sebelum subuh) bagi orang-orang yg akan menjalankan ibadah puasa.

Memang sahur identik dengan puasa, sebab sahur menjadi salah satu rangkaian ritual berpuasa bagi umat Islam. Sayangnya segelinitr umat Muslim mengira sahur adalah syarat berpuasa. Sehingga saat ia tidak makan sahur berarti tidak akan berpuasa. Padahal sahur merupakan tuntunan sunah Baginda Nabi Besar Muhammad saw. Sahur bukan syarat wajib menjalankan ibadah puasa akan tetapi anjuran kuat dari Nabi saw bagi orang yang akan berpuasa. Tentu di balik anjuran Nabi saw ini mengandung beberapa hikmah positif dan manfaat yang dapat diraih. Setidaknya tidak kurang dari tujuh manfaat dalam makan sahur:

Pertama, menyimpan berkah melimpah.

Ini sudah sangat jelas disebutkan dalam hadis sahih bahwa Nabi saw pernah bersabda: Makanlah sahur, sungguh di dalam sahur terdapat berkah. HR al-Bukhari, Muslim, al-Tirmidzi, al-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad dari Anas bin Malik. Berkah berarti kebaikan yang terus bertambah. Menurut al-Nawawi dalam Syarh Muslim, ada dua makna yang dimaksud keberkahan dalam sahur ini yakni menambah kuat dan giat dalam menjalankan puasa sehingga semakin lebih ringan dan semangat melewati hari-hari puasa. Ada juga yang mengartikan keberkahan sahur karena adanya kesempatan untuk bangun pada waktu doa mudah dikabulkan, rahmat dan ampunan banyak turun, barangkali diantara orang yang makan sahur menyempatkan qiyâm al-layl, berdzikir, berdo dan beristighfar hingga masuk waktu subuh. Ibnu Hajar al-ʻAsqalani menambahkan makna keberkahan sahur dalam Fath al-Bârî-nya, antara lain mengikuti sunah, memudahkan bersedekah makanan bagi yang membutuhkan, mendapat kesempatan niat puasa bagi yang belum sempat berniat sebelum tidur, dan bertambahnya pahala. Dari sini makna keberkahan sahur semakin nyata.

Kedua, Menjadi Pembeda dengan Puasa Ahli Kitab

Sebagaimana diketahui bahwa puasa juga merupakan bentuk ibadah umat-umat terdahulu salah satunya adalah Ahli Kitab. Sehingga Ahli Kitab dahulu juga berpuasa namun tidak ada sahur. Diriwayatkan oleh Muslim, al-Nasa’i, dan Ibnu Hibban dari Amr bin al-ʻAsh, Rasulullah saw pernah menyatakan Pembeda antara puasa kita dengan puasa Ahli Kitab adalah makan sahur. Salah satu karakteristik Nabi Besar Muhammad saw adalah tidak ingin sama dengan orang-orang Yahudi terutama dalam hal-hal ritual ibadah seperti puasa. Sebagaimana halnya dengan riwayat yang dimuat dalam Shahîhain al-Bukhârî wa Muslim, saat kaum Bani Israil berpuasa pada hari Asyura karena Nabi Musa diselamatkan oleh Allah swt. Lalu untuk membedakan dengan puasa mereka, Nabi menganjurkan untuk berpuasa sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya sehingga kemudian dikenal puasa hari Tâsûʻâ’ (hari kesembilan bulan Muharram).

Ketiga, Membantu Dari Kepayahan Puasa

Umumnya orang yang berpuasa fisiknya terasa lemas, lapar dan dahaga. Tuntunan Nabi saw berupa sahur ini sangat membantu seseorang menghadapi segala kepayahan puasa. Dalam riwayat Abdullah bin Abbas yang termuat dalam Sunan Ibnu Mâjah, al-Mustadrak ʻAlâ al-Shahîhain, dan Sunan al-Baihaqî, Nabi Besar Muhammad saw pernah berpesan: Mintalah bantuan kalian kepada makan sahur untuk berpuasa pada siang hari. Juga mintalah bantuan kalian pada tidur siang (Qaylûlah) untuk bangun pada malam hari. HR Ibnu Majah, al-Hakim dan al-Baihaqi dari Ibnu Abbas

Keempat, Berada Dalam Nilai Kebaikan.

Nabi Muhammad saw datang membawa kebaikan. Segala sesuatu yang Beliau anjurkan merupakan tuntunan yang dipenuhi segala kebaikan. Salah satu diantaranya adalah sahur. Lebih-lebih lagi jika makan sahur diakhirkan menjelang waktu subuh. Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Rasulullah saw melalui riwayat Abu Dzar al-Ghifari dalam Musnad Ahmad, Umatku senantiasa tercatat dalam kebaikan selagi mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka.

Kelima, Meraih Cinta Allah.

Diriwayatkan oleh Thabrani dari Yaʻla bin Murrah al-Tsaqafi bahwa Rasulullah saw pernah menyampaikan, Ada tiga hal yang dicintai Allah ʻAzza wa Jalla; menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur dan meletakkan salah satu tangan pada tangan lainnya ketika shalat.

Keenam, Mendapat Rahmat (Kasih Sayang) Allah

Thabrani meriwayatkan dari al-Saib bin Yazid bahwa Nabi Besar Muhammad saw pernah mendoakan orang-orang yang sahur, Yarham Allah al-Mutasahhirîn (semoga Allah selalu merahmati orang-orang yang sahur). Menurut riwayat Ibnu ʻAsakir dari Abu Hurairah menggunakan redaksi, Rahima Allah al-Mutasahhirîn (semoga Allah senantiasa merahmati orang-orang yang sahur).

Ketujuh, Mendapat Istighfar dari Malaikat

Hanya karena menyantap sahur sesorang mendapat ampunan dari malaikat. Tiada yang mengetahui jumlah keseluruhan para malaikat selain Allah swt. Dalam Musnad Ahmad, Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah saw pernah bersabda, Makan sahur itu berkah. Jangan sampai kalian tinggalkan meskipun hanya meminum seteguk air. Sungguh Allah dan para malaikat bershalawat bagi orang-orang yang bersahur. Perlu diketahui jika shalawat berasal dari Allah swt berarti rahmat. Shalawat berasal dari malaikat bermakna memohonkan ampun. Shalawat berasal dari manusia berarti doa. []

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru