Harakatuna.com. Washington-Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berkata, Presiden Donald Trump “siap” mengerahkan militer melawan Turki demi melindungi Kurdi Suriah. Dalam wawancaranya kepada NBC seperti dikutip Sky News Senin (21/10/2019), Pompeo mengatakan mereka lebih memilih perdamaian dari pada perang.
“Namun ketika terjadi tindakan di mana aksi militer diperlukan, Anda harus tahu Presiden Trump sepenuhnya siap melakukannya,” tegasnya.
Pompeo menolak untuk menjabarkan sampai pada tahapan apa Trump bakal mempertimbangkan serangan terhadap Turki. Demikian juga Kemenlu AS enggan menjawab. Komentar dari Pompeo terjadi di tengah konflik yang terus terjadi antara Kurdi Suriah dengan Turki, meski terdapat gencatan senjata selama lima hari.
Presiden 73 tahun itu menghadapi tekanan baik bipartisan setelah tiba-tiba mengumumkan penarikan pasukan AS dari utara Suriah. Keputusan itu dianggap memberikan jalan bagi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan operasi militer pada 9 Oktober lalu.
Perlindungan Trump atas Kurdi dan Suriah
Trump dianggap mengkhianati Kurdi Suriah, yang merupakan sekutu penting AS dalam operasi menumpas Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Pada Senin, dia mengumumkan tidak semua prajurit bakal ditarik, meski sebelumnya dia bersikukuh tak ingin meninggalkan satu pun. Dia menjelaskan bakal meninggalkan sejumlah kecil militer di Suriah, dengan sebagian besar bakal diterbangkan ke Irak alih-alih pulang.
Berbicara dalam rapat kabinet, presiden ke-45 dalam sejarah AS itu menegaskan mereka tidak akan melindungi Kurdi Suriah seumur hidup. Dia menambahkan dia memenuni janji kampanye dengan menarik AS dari konflik internasional di tengah upayanya menatap Pilpres AS 2020 mendatang.
Trump mengatakan, pasukan AS akan ditempatkan di posisi yang berbeda untuk mengamankan minyak, dan dipasang dekat Yordania dan Israel. “Ini adalah pemikiran yang sama sekali berbeda. Tidak ada alasan bagi kami untuk bertahan. Puncaknya, mereka akan dipulangkan,” ujarnya.
Menteri Pertahanan Mark Esper memaparkan Pentagon berniat mengerahkan pasukan dekat ladang minyak bersama Pasukan Demokratik Suriah (SDF) untuk menjaga dari ISIS.
Di tengah berakhirnya gencatan senjata, Jerman mengusulkan zona aman di utara Suriah guna melindungi warga sipil dan memastikan ISIS tak bangkit.
Menhan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer berujar, zona itu harus melibatkan Rusia dan Turki untuk melindungi 160.000 warga Kurdi Suriah yang mengungsi sejak serangan berlangsung.