31.8 C
Jakarta
Array

Tragedi Guru Budi dan Persoalan Akhlak Terpuji

Artikel Trending

Tragedi Guru Budi dan Persoalan Akhlak Terpuji
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Tragedi guru Budi yang menggemparkan masyarakat Indonesia dalam beberapa minggu ini sungguh  menyisakan banyak tanda tanya, pun pekerjaan rumah bagi segenap orang tua. Bahwa persoalan akhlak, moral, etika, dan sejenisnya sangatlah penting sekali untuk membentengi anak.

Menyikapi kasus yang menimpa guru Budi, sementara waktu dapat disimpulkan bahwa akhlak terpuji masih jauh dari anak-anak Indonesia. Anak-anak atau murid zaman now, begitu istilah yang sedang populer, tak lagi memegang teguh akhlak terpuji. Padahal, pendidikan sudah mereka “telan”.

Kasus yang menimpa guru SMAN 1 Torjun, Sampang Madura pada 1 Februari 2018 itu merupakan rentetan peristiwa yang sudah sering terjadi di dunia pendidikan. Persoalan krisis akhlak terpuji yang mendera sebagian besar anak-anak muda bukan tanpa sebab.

Dari segi eksternal, budaya luar yang vulgar menjadi penyumbang paling dominan. Tentu juga dipengaruhi oleh faktor lain. Sementara dari segi eksternal, terdapat segudang faktor penyebab dekadensi moral anak muda zaman now.

Lingkungan sekolah, antara dahulu dan sekarang sudah sangat berbeda jauh. Dalam hal akhlak misalnya, murid zaman dahulu sangat tawadlu’ pada guru. Kalau bertemu di jalan, misalnya, menyapa sang guru dengan kepala dan badan menunduk ke bawah.

Para murid, selain hormat pada guru, mereka juga takut. Bahkan pengalaman penulis menyatakan bahwa ada satu guru yang sangat disegani semua murid. Lihat ujung peci guru ini saja, murid-murid sudah pada ketakutan. Tentu ketakutan dalam hal ini positif. Takut jika melakukan kesalahan.

Berbeda di zaman now. Guru dianggap seperti “teman sebaya”. Yang apabila melakukan kesalahan sedikit, maka murid-murid dengan riang membully guru tersebut. Perkataan tak digubris. Di masukkan telinga kanan, lalu di keluarkan telinga kiri.

Tak ayal, betapa pada saat itu murid sedang membahas pelajaran Aqidah Akhlak, misalnya, namun pasca pelajaran tersebut, murid-murid tak jarang yang jajan tidak bayar dan sejenisnya. Guru jadi bahan candaan murid sejatinya bukanlah persoalan langka. Bahkan tidak segan-segan murid mengkriminalisasi guru jika sang murid merasa dirugikan atau dilecehkan.

Ungkapan yang sempat viral di medsos tentang kompetensi guru zaman now memang bukanlah isapan jempol. Bahwa guru zaman now dituntut tidak sekedar mahir di bidang pendidikan, namun juga hukum, dan yang paling penting lagi adalah memiliki kemampuan bela diri. Ilmu bela diri diperlukan dalam kondisi kekinian agar bisa selamat dari ancaman murid dan orang tua kurang ajar. Ini sungguh miris, namun inilah yang terjadi saat ini.

Oleh sebab itu, segenap elemen bangsa ini tidak bisa hanya diam tanpa melakukan inisiatif dan tindakan konkret. Misalnya lembaga sekolah, dapat menggenjot dan menekankan pendidikan karakter. Pendidikan macam ini dirasa oleh para ahli sebagai solusi atas kondisi anak bangsa yang minus akhlak terpuji.

Sementara elemen lain, yang juga sangat bersinggungan langsung pada murid ada orang tua murid (wali murid). Para orang tua zaman now harus menyadari bahwa mendidik anak tidak bisa dititipkan begitu saja. Artinya, sudah cukup di sekolahkan, lalu ketika pulang dibiarkan begitu saja tanpa kontrol.

Dalam Islam, perintah mendidik anak sejatinya merupakan tanggung jawab orang tua itu sendiri. Dalam sebuah hadis. Nabi Muhammad bersabda: ”Tidak ada seorang Muslim pun yang mempunyai dua putri yang kemudian dirawat dan dididiknya dengan baik kecuali orang tersebut akan dimasukkan ke dalam surga.” (HR Bukhari).

Abdullah bin Umar, bahkan memberikan uangkapan yang menghenyakkan segenap orang tua: “Didiklah anakmu karena kamu akan ditanya tentang tanggungjawabmu, apakah sudah kamu ajari anakmu, apakah sudah kamu didik anakmu dan kamu akan ditanya kebaikanmu kepadanya dan ketaatan anakmu kepadamu.”

Nah, pendidikan yang wajib diajarkan anak sejak dini adalah akhlak. Misalnya, orang tua dengan caranya sendiri-sendiri memberikan pengertian bahwa jika dicubit itu sakit, maka jangan mencubit orang lain. Kemudian secara pelan-pelan juga memasukkan cara berpikir pada anak bahwa terhadap orang yang lebih tua, kewajibannya adalah menghormati dan lain sebagainya.[n].

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru