Harakatuna.com. Jakarta. Masjid seakan jadi panggung politik. Mimbar khutbah dijadikan sebagai tempat orasi menebar benci. Khatib tak lagi memberi pesan takwa yang sesungguhnya. Ittaqullah seperti pemanis bibir.
Melihat fenomena demikian, Forum Silaturrahim Takmir Masjid (FSTM) Se-Jakarta menyampaikan lima sikapnya melalui press release yang Harakatuna terima pada Jumat (26/1).
- Menolak segala bentuk politisasi masjid.
- Masjid harus dikembalikan sesuai dengan fungsinya, yaitu tempat untuk beribadah kepada Allah swt dan tempat unutk menyampaikan pesan-pesan suci agamaNya.
- Masjid harus menjadi sarana untuk mempersatukan umat, bukan dijadikan sarana untuk memecah belah dan memperuncing perbedaan.
- Meminta seluruh elemen masyarakat untuk mendukung gerakan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan.
- Menjadikan mimbar-mimbar masjid sebagai media untuk menyampaikan dakwah atau ajakan menjalankan ajaran agama secara sejuk dan damai, menerima perbedaan dan saling menjunjung toleransi bukan caci maki, ujaran kebencian, dan ajakan permusuhan.
Selain itu, FSTM juga akan menggelar halaqah pada Jumat (26/1) di Masjid Assalafiyah Pangeran Jayakarta, Sodong, Jatinegara Kaum, Jakarta Timur. Kegiatan tersebut akan mengambil tema “Menolak Politisasi Masjid: Upaya Mengembalikan Fungsi Masjid dan Merawat NKRI”.
Ada enam narasumber yang bakal berbicara pada halaqah tersebut, yakni Pengurus DMI DKI Jakarta KH. Makmun Al Ayyubi, Pengurus FK ULUM KH. Bahrudin Ali, Pengurus LTM NU Husny Muhsin, Pengurus Lembaga Dakwah NU KH. Ghufron Mubin, KH. Hamdi Masyhuri dan Ketua FSTM Jakarta Husny Mubarok Amir.
Kegiatan ini diharapkan dapat mengembalikan masjid sebagai corong ajaran Islam rahmatan lil alamin. “Dari masjid, kita berupaya untuk tetap menyampaikan pesan ajaran Islam rahmatan lil alamin,” kata Husny dalam press releasenya.