26.1 C
Jakarta

Tips Atasi Kendala Menulis

Artikel Trending

KhazanahTips Atasi Kendala Menulis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Siapa bilang menulis itu sulit? Lha tiap hari tanpa kita sadari sering melakukan aktivitas menulis. Buktinya kita rajin menulis status atau pesan di berbagai aplikasi media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, atau WhatsApp. Tidak sedikit yang bilang bahwa kendala menulis itu tidak punya waktu, dll.

Meski yang kita tuliskan ialah sekadar komentar atas kejadian terkini atau curahan hati atas keadaan atau kondisi tertentu, aktivitas yang dilakukan sesungguhnya ialah menulis. Dan dari tulisan status medsos itu sebenarnya bisa dijadikan tema dalam menulis cerpen, puisi, esai, maupun opini. Bahkan tulisan status medsos bila dikumpulkan berdasarkan tema tertentu juga bisa dijadikan buku lho.

Jadi, kita semua sebenarnya punya potensi menjadi penulis. Keterampilan menulis sesungguhnya kemampuan yang dimiliki tiap orang. Selama seseorang bersedia memupuk kemauan untuk menulis, kemampuannya akan semakin terasah.

Kendala Menulis

Akan tetapi, kita dihantui anggapan menulis itu sulit. Ini yang disebut kendala mental (mental block). Yang akhirnya membuat kita urung menulis. Kadang juga berbagai macam alasan dilontarkan meski belum pernah mencoba berpikir dan menulis ide yang ada dalam pikiran kita.

Kita batal menulis cerpen atau artikel opini, misalnya karena dihantui kesulitan dalam memilih kata-kata, menyusun kalimat di awal tulisan, atau menentukan ide yang akan ditulis. Pun yang sering dikeluhkan menulis itu harus membaca, sedangkan ia malas membaca.

Memang membaca merupakan jantungnya literasi. Membaca akan memberi kesempatan bagi kita untuk mendapatkan berbagai ilmu atau informasi baru. Kita akan lebih mudah merangkai kata dalam tulisan bila kita punya banyak informasi dari bacaan yang kita baca.

Selain itu, kita gampang putus asa. Ini merupakan faktor yang harus dibuang jauh-jauh. Ada sebagian kita berhenti menulis karena berkali-kali ikut kompetisi tetapi tidak pernah menang. Ada juga yang mengirimkan banyak tulisan namun tak satupun yang diterbitkan oleh redaksi. Yang perlu diingat sesungguhnya adalah, jika tulisan kita tidak diterbitkan atau memenangkan kompetisi, ia setidaknya telah menghasilkan sesuatu yang bisa dinikmati orang lain.

BACA JUGA  Menulislah, Ide Itu Begitu Berharga

Perlu bagi kita untuk selalu memahami bahwa menulis bukanlah sebuah beban. Menulis merupakan salah satu kegiatan ibadah. Dengan menulis akan menghasilkan santapan ilmu yang bisa berguna bagi siapapun yang membacanya. Orang lain akan bertambah ilmunya atau setidaknya mendapatkan informasi baru dari membaca tulisan kita.

Tips Mengatasi

Nah, setidaknya ada delapan hal yang bisa kita lakukan untuk menghilangkan kendala mental (mental block) dalam menulis. Pertama, kita harus yakin bahwa bisa menulis. Yang diperlukan adalah kemauan yang kuat dan bulat. Kedua, membuat target tentang tema yang akan dibahas dan ditulis. Lalu membuat catatan-catatan kecil. Bisa ditullis pada secarik kertas atau aplikasi word di smartphone kita.

Ketiga, memperbanyak membaca. Bila ingin bisa menulis cerpen, ya harus banyak baca cerpen yang sudah dimuat di koran, misalnya. Jika ingin lancar menulis opini atau esai, ya banyaklah baca contoh-contoh opini atau esai. Sehingga kita bisa akrab dengan gaya tulisan seperti cerpen, puisi, opini, maupun esai. Ditambahkan pula membaca buku-buku motivasi agar kemauan menulis semakin meningkat dalam diri kita.

Keempat, memulai menulis ringan, seiring kata hati. Kemudian memperbanyak referensi agar tulisan lebih terarah. Bila perlu lakukan diskusi secara khusus dengan orang yang paham di bidang/topik itu.

Kelima, jika rasa bosan menghampiri, berhenti sejenak dan mencoba mencari inspirasi baru dengan melakukan kegiatan ringan seperti jalan-jalan, mengunjungi suatu tempat atau datang ke tempat wisata buku.

Keenam, komitmen. tetaplah menulis, meski tak ada apresiasi dari siapapun. Penting bagi kita untuk menikmati proses menulis sebagai bagian keseharian. Ketujuh, tidak perlu segan dan sungkan untuk meminta saran dari orang lain. Kritik atas tulisan yang dihasilkan tidak perlu dijadikan beban dan menggerus rasa optimis.

Kedelapan, bergaul dalam lingkungan yang dekat dengan semangat dan roh literasi. Ini membuat kita bisa lebih banyak berdiskusi atau bertanya pada orang yang dianggap mampu atau yang berpengalaman menulis. Berkumpul dengan orang yang berpengalaman akan memberi kemudahan dalam menulis.

Kurniawan Adi Santoso, S.Pd
Kurniawan Adi Santoso, S.Pd
Guru SDN Sidorejo Kec. Krian Kab. Sidoarjo

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru