Harakatuna.com. Malang. Dosen Universitas Muhammadiyah Malang Pranada Boy mengungkapkan tiga sisi pandangan terhadap Islam dalam Tabayyun Kebangsaan yang digelar oleh Forum Studi Agama Islam Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, pada Rabu (27/9/2017) di Auditorium Fakultas Hukum Univesitas Brawijaya, Malang.
“Islam difahami dari tiga sisi; Islam sebagai doktrin normatif, Islam sebagai disiplin ilmu dan Islam sebagai ekpresi dan gejala sosial,” katanya.
Lebih lanjut, ia menguarikan, bahwa doktrin Islam itu apa yang sudah tertuang dalam dua pedoman utama, yakni Al-Quran dan Al-Hadis. “Islam sebagai doktrin adalah apa yang termaktub dalam al-Qur’an dan Hadist,” ungkapnya.
Politik dalam Islam itu menurut Pranada tergolong dalam kategori ketiga, yakni kategori ekspresi dan gejala sosial. Hal tersebut dikarenakan pada praktiknya di berbagai negara berbeda-beda. “Islam politik termasuk dalam kategori Islam sebagai gejala sosial. Sebagai gejala sosial sifatnya adalah fleksibel dan tidak mengikat,” katanya.
“Islam yang dibicarakan adalah Islam yang dipraktikan dan menjadi fenomena sosial. Islam antara satu wilayah dengan wilayah yang lain berbeda,”lanjutnya.
Ketua Pusat Studi Islam dan Filsafat Universitas Muhammadiyah Malang itu menuturkan, bahwa nasionalisme lahir dari interaksi Islam dan negara barat karena prinsipnya yang selaras. “Interaksi Islam dan negara barat itulah yang melahirkan konsep nasionalisme. Meskipun secara akademik nasionalisme bukan berasal dari akar Islam, tapi prinsip dan dasar nasionalisme selaras dengan prinsip Islam,”
Saat itu juga, hadir pembicara lain, yakni Penulis buku Kontroversi Dalil-Dalil Khilafah Muhammad Sofi Mubarok dan Kapolrestabes Malang Hoirudin Hasibuan. Diskusi ini dimoderatori oleh Dahlan.
Syakirnf