Dengarkan artikel ini
Harakatuna. Surakarta. Penulis buku Khilafah HTI dalam Timbangan Ainur Rofiq Al-Amin mengatakan, bahwa ada tiga konstruksi berfikir Hizbut Tahrir (HT) untuk menopang eksistensi khilafah di Indonesia, yakni pertama Islam kaffah. Menurutnya, Islam kaffah itu menerapkan seluruh aturan yang ada dalam Islam. Tegaknya Islam secara kaffah itu menurut HT adalah dengan berdirinya khilafah.
“Islam tidak bisa dilaksanakan secara kaffah manakala tidak ada khilafah,” ujarnya dalam Talkshow dan Bedah Buku Khilafah HTI dalam Timbangan di Aula Pascasarjana IAIN Surakarta Lantai 4, Rabu (30/8/2017).
HT mengenal istilah mabda’ yang terbagi menjadi dua, yakni fikroh dan toriqoh. Fikroh adalah “aturan-aturan dalam syariat Islam,” ungkap Ainur Rofiq. Smenetara Toriqoh adalah “cara untuk melaksanakan fikroh.”
“Toriqoh bagi Hizbut Tahrir adalah khilafah,” jelas dosen UIN Sunan Ampel Surabaya itu.
Konstruksi kedua menurut Ainur Rofiq adalah syariat Islam. Aturan-aturan Islam itu harus diterapkan. Khilafah, menurut HT, itu sudah termasuk di dalamnya. Mereka getol mengatakan, “Mari, terapkan syariat Islam!”
Ainur Rofiq menyampaikan, bahwa syariat Islam itu terlalu luas. Untuk menerapkan syariat Islam tidak harus khilafah. Mengidentikkan syariat Islam dengan khilafah adalah mempersempit makna syariat itu sendiri. “Apalagi syariat Islam dimaknai identik dengan khilafah, itu malah sempit lagi,” katanya.
Ketiga negara Islam. Konstruksi ini selalu dipertentangkan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka menanyakan dalam doktrinasinya, “NKRI itu negara Islam atau bukan?” tentu saja orang yang ditanya menjawab bukan. Maka saat itulah mereka mengatakan bahwa NKRI harus diganti dengan khilafah sebab syariatnya mewajibkan negara Islam, begitu pola pikir mereka.
Selain Ainur Rofiq, hadir juga pada kesempatan tersebut sebagai pembanding, yakni Budayawan Iman Widodo dan Dosen IAIN Surakarta Sulhani Hermawan.
Syakirnf
